Primadona Baru, Jernang Tanaman Langka Bernilai Ekonomis Tinggi

oleh

Catatan : Darmawan Masri*

Jernang, awalnya merupakan tanaman liar yang tumbuh di hutan tropis. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama Rotan Jernang Besar karena memang tanaman ini merupakan jenis rotan anggota suku Arecaceae (Palmae) dan dalam bahasa latinnya di sebut Daemonorops draco. 

Di Dataran Tinggi Gayo, awalnya Jernang dicari oleh penduduk hingga ke tengah hutan belantara. Namun, seiring perkembangan kini tanaman Jernang mulai ditanam di perkebunan warga.

Daerah Kabupaten Bener Meriah, adalah daerah awal yang menggalakkan tanaman ini dalam kurun waktu beberapa tahun silam. Tanaman ini awalnya mulai digalakkan di wilayah Kecamatan Pintu Rime Gayo, yang kemudian diikuti Kecamatan Gajah Putih dan kecamatan lainnya.

Menurut penelurusuran LintasGAYO.co, Irman yang merupakan warga Dusun Blang Bertona, Kampung Musara KM 58, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah.

Beberapa waktu lalu, Irman pernah mengatakan bahwa dirinya mengganti tanaman kopi di kebun seluas 2 Ha miliknya dengan Jernang. Pada awal-awal ia menanam Jernang,, Irman mengatakan pernah dianggap gila alias tidak waras. Irman mengaku telah menggeluti tanaman ini sejak 2004 silam.

Anggapan itu mulai sirna 3 tahun kemudian. Ia berujar, kebanyakan warga sekitar kaget dengan penghasilannya. “Per sekali panen bisa mencapai kurang lebih 500 juta. Awalnya mereka anggap saya gila, kini mereka ikut-ikutan. Memang untuk memberi contoh sesuatu yang baru itu, terkadang harus ada anggapan seperti ini, jadi saya senyum aja, tak mempermasalahkan,” kata Irman.

Baca : Sekali Panen Hasilkan 500 Juta, Petani Jernang Gayo : Awalnya Saya Dianggap ‘Gila’!

Melihat prospek ekonomi yang luar biasa itu, kini banyak masyarakat di Kecamatan Gajah Putih dan Pintu Rime Gayo menanam Jernang. Seperti terlihat di Kampung Ronga-Ronga, Kecamatan Gajah Putih, kebanyakan warga menanam di halaman belakang rumahnya. Sedangkan di Pintu Rime Gayo, banyak warga yang menanam di area perkebunan kopi dan coklat.

Pertanyaannya kini, kenapa tanaman ini mahal? Dari hasil penelusuran LintasGAYO.co, diperoleh data bahwa Daemonorops menghasilkan resin dari buah-buahnya yang belum masak. Dikenal secara lokal sebagai jernang, resin ini diperdagangkan di dunia sebagai dragon’s blood; yang dimanfaatkan sebagai bahan pewarna, campuran pernis bahan obat tradisional, dan bahan dupa.

Di bidang kesehatan, Jernang juga turut membantu penyembuhan tumor hingga kanker. Tak ayal, Jernang kini diburu di pusat perdagangan dunia. Secara komposisi menurut Dr. Khairan Yusuf dalam artikelnya Jernang mengandung dracolesen 11 persen, dracoalban 2,5 persen, resinalol 50 persen, sisanya senyawa ester asam benzoat dan benzolaktat.

Jernang juga bersifat antioksidan, karena mengandung senyawa polifenol flavonoid antosianin. Ia mengatakan, senyawa inilah yang membuat Jernang memiliki aktivitas sebagai antitumor, antikanker, antivirus dan bersifat sitotoksid.

Dalam pasaran lokal di Gayo, harga jernang gelondongan perkilo bisa mencapai 480 ribu dan kalau sudah di olah perkilo bisa mencapai 4 juta. Dengan harga yang selangit itu, kini tanaman Jernang bak primadona sebagai prosfek perekonomian di Gayo setelah tanaman kopi.

Baca : Selain Kopi, Bener Meriah Akan Miliki Tanaman Primadona Baru

Mau tahu bagaimana Jernang tumbuh di Gayo, simak juga video berikut :

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.