TAKENGON-LintasGAYO.co : Selama ini banyak diantara masyarakat Gayo menilai bahwa ikan endemik yang hanya hidup di Danau Lut Tawar, Gayo, Aceh Tengah, tak dapat dibudidayakan.
Anggapan ini lantaran mitos yang selalu dipegang kebanyakan masyarakat Gayo, menanggapi kesakralan ikan yang hanya hidup di tingkat airnya yang bersih itu.
Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan, mitos itu mulai terbantahkan. Dalam beberapa kurun waktu terakhir, BBI Lukup Badak dibawah peneliti Iwan Hasri, M.Si berhasil memijahkan ikan depik (Rasbora tawarensis). Dan kini depik pun sudah bisa dibudidayakan.
Prof. Dr. Husna, M.Phil, seorang peneliti dari Pusat Penelitian, Pengelolaan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI), Minggu 9 Desember 2018 saat berkunjung ke Lukup Badak, Pegasing, Aceh Tengah mengatakan, ikan depik berhasil dipijahkan oleh Kepala BBI yang juga sebagai putra daerah.
“Anggapan mitos itu tidak benar. Hasil penelitian depik kini bisa dibudidayakan. Buktinya kemarin (Sabtu) telah ditebar belasan ribu benih ikan depik,” kata Husna yang juga peneliti Danau Lut Tawar ini.
Baca : Benih Ikan Depik Ditebar di Lut Tawar
Prof Husna yang hadir ke Takengon, Aceh Tengah dalam rangka melakukan riset lanjutannya tak menyalahkan jika masih ada masyarakat yang mengganggap depik tak bisa dipijahkan.
“Beberapa hari ini saya bersama tim sering menanyakan kepada masyarakat di seputaran danau. Masih ada yang berpegang terhadap mitos itu. Kita tak boleh menyalahkan, saya kita itu wajar. Karena mereka sampai saat ini tak tahu bagaimana prosesnya,” terang Husna.
“Tugas kita tim peneliti dan Dinas Perikanan Aceh Tengah, untuk terus mempublikasikan prosesnya. Agar masyarakat tahu bagaimana cara memijahkannya,” tambah Prof Husna.
Ia pun menyarankan, agar Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah melalui dinas terkait membuat semacam kolam percontohan, yang bisa dilihat oleh orang banyak.
“Saya kira ikon Danau Lut Tawar adalah ikan depik. Tak ada salahnya dibuat kolam percontohan baik itu berupa aquarium yang dipajang di tempat-tempat strategis minsalnya bandara, kantor bupati dan tempat lainnya. Agar masyarakat tahu, sekaligus menjadi pajangan jika ada tamu daerah yang ingin melihat ikan depik langsung. Selain itu bisa juga dibuat kolam edukasi,” demikian Prof. Dr. Husna, M.Phil.
[Darmawan Masri]