Pemerintah Shafda Berguru Pada “Raja Idrus dan Ratu Markonah”

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Alkisah, pada tahun 1950-an, Presiden RI Soekarno menerima dua sejoli yang mengaku sebagai Raja dan Ratu Suku Anak Dalam dari Provinsi Jambi. Sang Raja bernama Idrus dan Si Ratu bernama Markonah.

Pada waktu itu, pertemuan Raja Idrus dan Ratu Markonah di Istana Negara dengan Presiden Soekarno diatur oleh orang-orang dekat presiden yang dengan meyakinkan dan sedikit memaksa agar bertemu dan minta pertolongan pada raja dan ratu itu untuk membebaskan Irian Barat dari penjajah Belanda.

Orang-orang dekat Presiden Soekarno mempropagandakan bahwa Raja Idrus dan Ratu Markonah adalah orang yang mempunyai kesaktian dan si pahit lidah yang ucapannya bisa merubah keadaan dengan seketika.

Setelah pertemuan tersebut Raja Idrus dan Ratu Markonah banyak mendapat dana dan bisa menikmati kemewahan hidup dengan menginap di hotel-hotel mewah di masa itu. Sedangkan orang-orang dekat Presiden Soekarno yang mengatur pertemuan pada waktu itu juga tidak kurang mendapat imbalan, pujian bahkan menentukan jabatan.

Penyamaran Raja Idrus dan Ratu Markonah tidak berlangsung lama karena ternyata Raja Idrus adalah seorang tukang becak dan Ratu Markonah adalah pelacur kelas teri di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Saat ini setelah 68 tahun lalu peristiwa “Raja Idrus dan Ratu Markonah masuk istana” terjadi lagi pada Pemerintah Shafda yang terjebak dalam prilaku orang-orang dekatnya.

Orang-orang dekat Pemerintah Shafda memperkenalkan “Raja Idrus dan Ratu Markonah” masuk ke Pendopo dari setiap pelosok negeri ini untuk dimintai pendapat, wangsit, berguru, mendapat kesaktian dan keselamatan. Lebih gawat lagi, “Kambingpun dibedaki” kalau orang-orang dekatnya mengatakan bahwa itu sakti, Pemerintah Shafda akan percaya.

(Mendale, 6 Oktober 2018)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.