Bertanya, Apa Urusan Anda Bertanya?

oleh

Oleh: Husaini Muzakir Algayoni*

Apa urusan anda menanyakan itu? Sebuah kalimat yang biasa-biasa saja sebelumnya namun kalimat tersebut menjadi hits dan viral di media sosial (medsos) lantaran kalimat tersebut diucapkan oleh seorang pemimpin di negeri ini. Kalimat ini muncul berawal dari pertanyaan seorang Jurnalis Aiman Witjaksono kepada Edy Rahmayadi selaku Gubernur Sumatra Utara dan Ketua Umum PSSI dalam wawancara di di sebuah stasiun TV Swasta, Senin (24/09/2018) .

Edi Rahmayadi menjawab pertanyaan Aiman dengan kalimat “Apa urusan anda menanyakan itu?” kemudian Aiman menjawab lagi “Wartawan punya hak untuk bertanya apa saja.” Nah, dari obrolan tersebut; penulis teringat dengan Socrates, seorang Filosof Yunani Kuno yang suka bepergian keberbagai macam tempat untuk bertanya kepada orang dalam mencari kebenaran sejati karena kebenaran yang dapat ditemukan oleh setiap orang asal ia mau bertanya dan bertanya. Maka dari itu zaman Socrates (470-399 SM) disebut dengan zaman mengajukan pertanyaan yang dapat melahirkan kesadaran.

Apa jadinya kalau ucapan Edy tersebut didengar oleh Socrates kalau ia masih hidup di zaman sekarang, apakah Socrates akan menjawab ucapan tersebut dengan “Aku tahu bahwa aku tidak tahu apa-apa” aku tidak tahu apa-apa makanya aku bertanya. Bertanya kata Socrates bahwa dengan tanya itu bukan mencari pengetahuan untuk dirinya tapi sedang membimbing orang untuk sadar bahwa “Dia sebenarnya sama tidak tahunya.” Namun, Aiman hanya tertawa mendengar jawaban Edy tersebut karena menghormati Edy sebagai sosok Pemimpin.

Kenapa Socrates bertanya, karena dengan bertanya akan melahirkan sebuah dialog dan dialog merupakan salah satu metode Socrates dalam pemikiran filsafatnya yang disebut dengan dialektika (dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog) dan tujuan dari filsafat itu sendiri ialah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan filosofis sehingga meraih rasa cinta dan kebijaksanaan sesuai dengan asal kata dari filsafat itu sendiri yaitu Philosophia (cinta pada kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan).

Bertanya, erat kaitannya dengan dunia filsafat karena filsafat adalah pemikiran, pengetahuan yang logis berpikir. Dalam sejarah filsafat, Thales (624-546 SM) disebut sebagai bapak filsafat karena dialah yang pertama kali mengajukan pertanyaan kritis yang jarang diperhatikan orang bahkan orang-orang yang hidup di zaman sekarang. Pertanyaan yang dilontarkan Thales ketika itu ialah “Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?.”

Jauh sebelum Thales mengajukan pertanyaan tersebut, Nabi Ibrahim as terlebih dahulu mengajukan pertanyaan filosofis. Pertanyaan-pertanyaan yang diutarakan oleh nabi Ibrahim as, mengapa benda-benda yang tidak dapat berbuat apa-apa (berhala) itu disembah? Dimanakah Tuhan yang sebenarnya, ketika nabi Ibrahim melihat bulan dan bintang di malam hari, lalu matahari di siang hari, ia berkata di dalam hati, mungkinkah benda itu Tuhan? Tetapi, ternyata ketika bulan dan bintang menghilang dan matahari pun terbenam, ia kemudian berkata “Aku tak akan bertuhan kepada benda-benda seperti itu.” (Baca: Ketika Nabi Ibrahim Berfilsafat, lintasgayo.co 27/03/2018).

Dunia Sophie sebuah novel filsafat karya Jostein Gaarder disebutkan bahwa cara terbaik untuk mendekati filsafat adalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan filosofis. Bagaimana dunia diciptakan? Adakah kehidupan setelah kematian? Bagaimana kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini? Setiap individu pasti mempunyai jawaban yang berbeda dari setiap pertanyaan maka lebih mudah mengajukan pertanyaan filosofis daripada menjawabnya.

Pertanyaan bukan hanya identik dengan dunia filsafat untuk mencari tahu bahkan pertanyaan erat kaitannya dengan dunia pendidikan, seorang guru atau pengajar pasti mempunyai metode khusus dalam mengajar untuk memahamkan anak muridnya. Rasulullah juga mempunyai metode dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada sahabat-sahabat (peserta didiknya), salah satu metode yang dipakai Rasulullah ia metode pertanyaan dengan tujuan untuk menyelami kecerdasan dan pemahaman. Metode pertanyaan sebagaimana yang termaktub dalam hadis.

Dari Abdullah bin Umar berkata: “Sesungguhnya di antara (berbagai macam) pohon itu terdapat suatu pohon yang hijau daunnya dan sangat bermanfaat sebagaimana manfaatnya seorang muslim (terhadap orang lain). Daunnya tidak pernah rontok, tidak pula berguguran. Atas kekuasaan Rabbnya, ia senantiasa berbuah setiap saat. Sungguh, itu sebagaimana (gambaran) seorang muslim. Coba kalian beritahukan kepadaku, apakah kira-kira pohon itu?”…. (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dari pertanyaan maka kita akan tahu dari jawaban pertanyaan tersebut dan semakin banyak kita bertanya maka semakin banyak pula yang kita tahu, dari pertanyaan ini pula kita sedang mencari sesuatu yang ingin kita ketahui. Rasa ingin tahu inilah salah satu keunggulan yang dimiliki manusia sehingga tidak mengherankan dalam novel Dunia Sophie menyebutkan “Untuk menjadi filosof yang baik adalah rasa ingin tahu.”

Selamat bertanya dan bertanya untuk mencari tahu dan pastikan kepada orang yang anda tanya itu tidak mengatakan “Apa urusan anda menanyakan itu?.

*Komunis LintasGAYO.co

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.