Dikawal Harimau, Tim UKM-PA Leuser Unsyiah capai 3 Puncak Tertinggi Pegunungan Leuser

oleh

Oleh : Win Wan Nur*

Agustus 2018 silam tim ekspedisi Peduli Kawasan Ekosistem Leuser II (PKEL II) 2018 UKM – PA Leuser Unsyiah berhasil menyelesaikan misi mereka untuk mendaki tiga puncak tertinggi di kawasan pegunungan Leuser yang merupakan kawasan taman nasional tertua sekaligus terluas di Indonesia.

Misi ini diawali pada tanggal 3 Agustus 2018 ketika empat anggota kelompok pecinta alam Universitas Syiah Kuala, UKM – PA Leuser Unsyiah yang dilepas para senior berangkat menuju kampung Penosan di Gayo Lues.

Ada dua putra Gayo dalam tim mahasiswa yang rencananya akan menjelajahi kawasan taman nasional yang memiliki keragaman hayati terbesar di Indonesia yang sebagian besar kawasannya berada di wilayah Gayo ini, mereka adalah Ketua tim pendakian PKEL II ini sendiri, Muslim Ruhdi yang berasal dari Bener Meriah dan Uun Fajaruna asal kampung Asir-asir Aceh Tengah, dua anggota pendaki lain adalah Al Furqan berasal Pidie dan Suci Fathurahmi yang merupakan satu-satunya anggota perempuan di tim ini berasal dari Maninjau, Sumatera Barat.

Tiba di Penosan, Jalaluddin Aman Parmadi dan Iskandar dua orang guide lokal yang juga disebut pawang bergabung dengan tim. Keduanya berasal dari Gayo Lues.

Keberadaan guide lokal bersama tim pendaki ini adalah persyaratan yang diwajibkan oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL,) lembaga yang mengeluarkan izin pendakian di kawasan ini. Pendakian yang tidak mematuhi persyaratan ini dikategorikan sebagai ilegal.

Tanggal 5 Agustus 2018 tim yang kini diperkuat enam orang berangkat melakukan pendakian dengan dilepas oleh asisten bupati Gayo Lues karena Bupati sendiri berhalangan sebab menemani rombongan Gayo Lues mengikuti PKA – 7 di Banda Aceh.

Setelah sembilan hari menempuh perjalanan menembus hutan dengan berjalan kaki memanggul ransel seberat 40 kg di punggung, pada tanggal 14 Agustus 2018 tim berhasil mencapai  puncak tertinggi di kawasan ini sekaligus titik tertinggi di provinsi Aceh pada ketinggian 3.455 Mdpl. Ironisnya puncak tertinggi ini tidak memiliki nama di peta.

Keesokan harinya tanggal 15 Agustus 2018 tim turun dari puncak gunung yang berbentuk kerucut ini dan kemudian melanjutkan pendakian ke Puncak Loser . Pada hari itu juga mereka tiba di puncak yang terletak di ketinggian 3.404 Mdpl di mana Belanda dulu membangun tugu trianggulasi yang biasanya dibangun di puncak tertinggi suatu kawasan. Di tempat ini tim menginap semalam.

Pagi tanggal 16 Agustus 2018, dari puncak yang bentuknya sekilas mirip Uluru, batu merah di gurun Australia ini seperti tim turun ke Puncak Leuser yang berada di ketinggian 3.119 MDPL yang bentuknya lebih mirip dengan hamparan padang rumput dengan beberapa gundukan kecil ditumbuhi pohon perdu dan tanaman kantong semar serta ceruk-ceruk sebesar bola kaki berisi air.

Dalam perjalanan pulang menuju Penosan, tim mengalami kejadian menegangkan. Selama seharian, dari pagi sampai sore ketika mereka memutuskan untuk membuka tenda buat menginap. Enam anggota Tim PKEL II ini diikuti oleh seekor harimau sumatra (Panthera tigris sumatranus). Harimau ini mengikuti tim dalam jarak begitu dekat sampai kira-kira 5 meter saja, sehingga mereka pun bisa leluasa mengambil foto sang raja hutan.

Harimau Ikuti Anggota Tim Dari Jarak 5 Meter (Aman Jol)

Dari foto yang diterima dari tim UKM – PA Leuser Unsyiah ini terlihat harimau tersebut dalam keadaan sangat baik, sehat dengan bulu-bulu mengkilat.

Sebagaimana kebiasaan masyarakat Gayo yang sejak sebelum kedatangan Belanda terbiasa berjalan kaki menembus hutan ke pesisir, orang Gayo pantang menyebut nama Harimau atau “Kule” dalam bahasa Gayo saat mereka  berada di dalam hutan, nama itu biasanya diganti dengan kata sandi. Itu pula yang dilakukan oleh tim ini.

Oleh anggota tim, harimau yang mengikuti mereka yang tidak jelas apa jenis kelaminnya ini dengan nama Aman Jol, yang secara harfiah berarti bapak dari Jol.

Menurut Uun Fajaruna, salah seorang anggota tim nama ini tersebut secara spontan ketika Aman Peramadi melihat sang Harimau berada tidak jauh di belakang pemuda asal Asir-asir ini. Pada pendakian yang dia lakukan sebelumnya, Aman Jol, kolega Aman Peramadi sesama guide asal Penosan pernah duduk di tempat harimau itu berada.

Sejak saat itu, nama Aman Jol yang juga merupakan nama seorang tokoh dalam lawak Gayo terkenal, mereka lekatkan pada spesies carnivora darat terbesar di dunia yang mengikuti mereka sepanjang hari itu.

Perlu diketahui bahwa Taman Nasional Gunung Leuser adalah satu-satunya kawasan di dunia yang secara bersama-sama ditinggali empat hewan besar ikonik, kucing besar, gajah, badak dan kera besar. Untuk TNGL, kucing besar diwakili harimau dan kera besar diwakili orang utan.

Untuk alasan konservasi dan melindungi Aman Jol dari perburuan liar, tim memutuskan untuk menceritakan lokasi tepat dan hari bertemunya mereka dengan sang harimau secara off the record.

Tanggal 21 Agustus 2018, sore hari tepat sebelum takbir Idul Adha berkumandang, enam anggota tim PKEL II UKM – PA Leuser Unsyiah, tiba dengan selamat di kampung Penosan tanpa kekurangan suatu apa dengan membawa pengalaman yang tak mungkin terlupakan seumur hidup.

*Penulis adalah anggota UKM-PA Leuser Unsyiah yang bersama tim EJSL 94 menjadi tim pertama yang berhasil mencapai puncak Leuser melalui jalur Peulumat, Aceh Selatan.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.