Amni, Juru Parkir Perempuan Tangguh di Bener Meriah

oleh

Catatan Novita Imanona*

Kekuatan jiwa ada pada saat matikan keluhan,  dan syukuri nikmat Tuhan”

Juru Parkir, Amni

BOLA cahaya bernama sang surya siang itu tanpa malu-malu memperlihatkan dirinya. Kota dingin dengan hasil kopi Arabika Gayo melimpah akhir-akhir ini begitu panas saat matahari berada di puncak langit, namun seolah diabaikan saja oleh para pendagang dan pembeli di pasar Pondok Baru, kecamatan Bandar, kabupaten Bener Meriah. Semuanya sibuk dengan rutinitas masing-masing. Suara gaduh anak manusia, motor pun lalu lalang tanpa henti.

Diantara kerumunan orang, terlihat seorang perempuan paruh baya sibuk menjejerkan motor-motor dengan rapi. Sesekali dia berlari ketika ada pengendara, yang memarkirkan motornya melambaikan tangan ke arah perempuan tadi. Tanpa banyak kata, dia terlihat semangat menjalani profesinya. Yaaa… tukang parkir.

Amni, itulah nama sosok perempuan juru parkir itu. Sekitar lima bulan lalu sudah menggeluti profesi tersebut, tanpa ada rasa malu sedikit pun dirinya melalui hari dengan senantiasa bersyukur.

Janda dua anak ini melakukan semua itu untuk memenuhi kebutuhan sehari- harinya. Sejak 14 tahun yang lalu suaminya meninggal dunia, ia membesarkan anak-anaknya yang sekarang sudah berumur 16 dan 18 tahun.

Bekerja… bekerja hanya itu saja dalam fikirannya. Baginya Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, kecuali kita sendiri yang berusaha merubahnya. Mengeluh dan meratapi hidup hanya akan menjadikan hidup ini tanpa makna, tapi bagaimana cara berjuang agar semua ini sanggup dilalui.

“Saya tidak pernah malu, selagi itu masih membawa rezeki yang halal maka saya tidak banyak pertimbangan. Apalagi terkadang pekerjaan ini juga lumayan menantang. Yaaaa kadang- kadang ada juga yang tidak mau bayar, dan terus berlalu. Hehehe”, ungkap Buk Amni sambil tertawa lebar.

Saat diwawancarai, sesekali dia mengelap peluh di dahinya yang nampak sudah sangat berkerut. Pasalnya Buk Amni sudah berumur 51 tahun.

Karakter orang yang dihadapinya sangat lah beragam, dengan demikian menjadi tantangan tersendiri bagi Bu Amni. Namun tidak sedikit pun menyurutkan langkahnya, apalagi menyerah. Baginya hal semacam itu biasa saja.

“Ya sabar-sabar lah nak kita dalam menghadapi nya, kalau tidak maka setiap hari kita bakal ngomel-ngomel terus”, sambungnya kemudian dengan gaya jenaka.

Ditanya soal penghasilan, Bu Amni mengatakan bisa mendapat Rp200 ribu perharinya, Namun jerihnya tersebut dibagi dua dengan kepala juru parkir, sehingga omzet (pendapatan) bersih yang ia dapatkan separuhnya saja.

“Sebelumnya saya pernah jualan kue, itu untuk kelangsungan ekonomi bersama anak-anak. Tapi saya beralih ke pekerjaan yang sekarang, yang penting halal”, ujar bu Amni mengakhiri.

Perjuangan bu Amni tentu bukan perkara mudah, semangat hidupnya untuk menyambung hidup meski jalannya begitu terjal. Namun semangatnya patut diapresiasi, beliau telah mendedikasikan diri untuk hal mulia.

Semangat juang perempuan hebat tanpa henti, engkau adalah sosok ibu dan ayah hari ini, seharusnyalah menjadi cermin buat pengatur negeri yang bergelimang rezeki untuk mudah berbagi.

Semoga rezekimu berkah bu Amni! [Kh]

*Jurnalis Warga, tinggal di Pondok Baru Bener Meriah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.