Dua Reje Fenomenal di Gayo

oleh
Dua Reje Fenomenal di Gayo, Kurnia Gading dan Asnaini. (Ist)
Dua Reje Fenomenal di Gayo, Kurnia Gading dan Asnaini. (Ist)

Oleh : Darmawan Masri*

Berbilang yang punya ide, namun sedikit yang ikhlas membangun. Yah, itulah fenomena pola kepemimpinan terkini di tanoh Gayo. Ide cemerlang, belum tentu didukung dengan kebijakan yang pro rakyat.

Pola ini cenderung merugikan masyarakat. Hanya sedikit kebijakan-kebijakan yang menyentuh kepada rakyat langsung. Kebanyakan, anggaran daerah hanya tertuju kepada belanja-belanja rutin hingga kepentingan kelompok tertentu saja.

Pola kepemimpinan dimulai dari tingkat bawah. Di Gayo, khususnya Kabupaten Aceh Tengah, pemimpin terbawah dalam struktur pemerintahan disebut Reje (Kepala Desa-red). Secara administratif, Aceh Tengah terdapat 14 kecamatan dengan 295 kampung.

Artinya, ada 295 Reje yang kini memimpin kampung. Dari ratusan itu, ada 2 yang kini menjadi sosok fenomenal di bumi Reje Linge ini. Siapakah mereka?. Berikut 2 sosok Reje fenomenal di Gayo versi LintasGAYO.co.

1. Kurnia Gading ; Reje Dengan Inovasi Bank Sampah

Namanya mulai dikenal karena program-program brilian dalam memimpin Kampung Lot Kala Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah. Adalah Kurnia Gading pria kelahiran Takengon 12 Juli 1976. Gading, begitu ayah 2 anak ini disapa, mulai populer dengan kampung bersih tanpa sampah di Lot Kala.

Ia pun orang pertama di Kabupaten Aceh Tengah yang menggagas Bank Sampah. Beberapa waktu lalu, Gading sempat berujar bahwa sampah sebenarnya tidak kotor, jika jeli melihat peluang dan tau cara pengolahannya menjadi sumber ekonomi baru di tengah-tengah masyarakat.

Kerisauan melihat fenomena sampah yang terus menggunung seiring meningkatnya pola hidup konsumtif di tengah masyarakat Gayo, mengharuskan ada ide-ide cemerlang yang harus diperlakukan dengan khusus dalam pola penanganannya. Salah satunya adalah dengan Bank Sampah seperti yang digagas oleh Gading. Disini masyarakat bisa menukar sampah dengan sembako sesuai dengan nilai harga sampah yang sudah ditetapkan.

Program ini ternyata berhasil membuat Kampung Lot Kala bersih dari sampah. Gading mengakui, masih ada warganya yang belum sadar akan artinya kebersihan. Namun, ia tak putus asa terus memberi pencerahan kepada warganya.

Bank Sampah yang dikelola Kampung Lot Kala binaan Gading ini tak hanya berhenti sampai disitu. Keinginan Gading untuk terus berinovasi semakin kuat. Ia pun rela merogoh kocek dari kantongnya sendiri untuk lebih memahami sampah, dengan belajar ke salah satu pemukiman yang telah sukses menjalankan bank sampah secara profesional di Jakarta dan Bandung.

Dari studi bandingnya itu, semangat Gading pun semakin kuat mengelola Bank Sampah di Lot Kala. Berbekal ilmu yang telah diperoleh, ia pun berkeinginan membeli sebuah mesin pengolahan sampah. Semoga saja, niat tulus dari Reje yang dijuluki LintasGAYO.co dengan sebutan Reje Bersoh (Raja Sampah) dalam hal positif ini semakin berkembang. Dan bisa menjawab persoalan sampah di Aceh Tengah.

Saat ini, Kampung Lot Kala menjadi salah satu pilot project pengolahan sampah di Aceh Tengah, banyak kampung yang sudah berkunjung kesana dalam rangka belajar. Tak hanya sampai disitu, baru-baru ini Kecamatan Samadua, Aceh Selatan juga belajar ke Lot Kala.

Inovasi Gading tak hanya diseputaran sampah saja. Inovasi tiada henti terus digulirkan. Seperti diketahui Lot Kala merupakan pemukiman padat penduduk, dan sangat rawan terjadi kebakaran. Melihat riskannya musibah itu, baru-baru ini Gading berinovasi membuat sumur penabung air di gang-gang sempit. Sumur ini bisa dijadikan sebagai pertolongan pertama saat terjadi kebakaran. Sumur ini menggunakan teknologi sederhana, dengan pola menyedot air dari dalam sumur, bisa dikatakan sebagai alat pemadam kebakaran mini, sebelum pertolongan dari pemadam kebakaran hadir di lokasi.

Inovasi dari Gading yang ditulis ini hanya beberapa saja. Masih banyak inovasi-inovasi lainnya. Mau lihat, yuk berkunjung langsung ke Kampung Lot Kala. Gading sangat terbuka bagi siapa saja yang hendak berkunjung dan belajar ke kampung yang merupakan gerbang masuk ke daerah wisata Danau Lut Tawar dari sisi utara itu.

2. Asnaini ; Reje Banan Pertama Dengan Sejumlah Penghargaan

DALAM sejarah kepemimpinan Kampung di Dataran Tinggi Gayo, selalu didominasi oleh kalangan laki-laki. Dominasi itupun patah tahun 2011 silam. Adalah sosok Asnaini, seorang wanita kelahiran Kute Lintang, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah yang lahir pada 2 Januari 1971 ini menggemparkan seluruh penjuru Gayo. Dia terpilih sebagai Reje (Kepala Kampung-Red) Kampung Pegasing, yang tak lain adalah pemekaran Kampung Kute Lintang sebagai induk lewat pemilihan langsung.

Sontak, dia pun menjadi perhatian berbagai media waktu itu. Dominasi laki-laki dalam sejarah pemimpin kampung di bumi Gayo terpatahkan. Dia diberi kepercayaan sebagai Reje “Banan” (Perempuan-red) pertama di negeri berjuluk serpihan tanah surga ini. Kiprahnya memimpin ternyata dilihat warga sangat layak, berawal dari pimpinan kelompok yang diberi nama Ceding Ayu, Kampung Pegasing, dia pun dipercaya mampu memimpin sebagai Reje di Kampung tersebut.

Banyak yang pro kontra memang, banyak kalangan menyebut Reje dari kalangan perempuan adalah hal yang Sumang (tabu-Red) di Gayo. Namun, itu dipatahkannya. Berdasarkan kesamaan gender antara laki-laki dan perempuang yang diusungnya, tentu perempuan juga memiliki kesempatan luas untuk mengembangkan bakat dan kreatifitasnya dalam melaksanakan berbagai kegiatan positif dan bermanfaat bagi masyarakat. Dia pun berkeinginan mengangkat harkat dan martabat perempuan dalam kehidupannya sehari-hari.

“Seperti semangat Datu Beru yang pernah menjadi Qurratul Adil di Pemerintahan Kesultanan Aceh pada waktu dulu. Dia sudah menunjukkan, bahwa perempuan Gayo layak dijadikan sebagai pemimpin, dan berlaku adil sebagai hakim,” tegasnya.

Selama menjadi Reje Banan  pertama di Gayo, ternyata nama Asnaini mulai dikenal ditingkat Provinsi dan Nasional. Sebagai bukti, dia adalah salah seorang yang menerima anugerah Perempuan Aceh Award pada tahun 2012 silam, anugerah ini diberikan oleh Balai Sura Inong Aceh.

Asnaini menerima anugerah ini bukanlah tanpa sebab, kecakapannya memimpin Kampung Pegasing lah yang menjadikannya menerima anugerah tertinggi perempuan di Aceh tersebut.

Berbekal, keibaannya dengan banyaknya warga yang dipimpinnya itu masih buta huruf dan adanya keluarga yang masih hidup dibawah garis kemiskinan, dia berinisiatif membentuk kelompok baca tulis dan lembaga simpan pinjam. Dia pun mulai menggerakkan perempuan-perempuan di kampung yang dipimpinnya itu.

“Kampung Pegasing cukup subur, air mengalir sepanjang tahun, tapi pendapatan warga dari hasil panen kopi tak cukup menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sebab itu, perempuan harus diberi kepercayaan oleh keluarga, bahwa dia juga mampu. Alhamdulillah, dengan bantuan dari Program PNPM beberapa waktu lalu dengan kucuran dana 2 M kami dapat membangun infrasturktur dan lembaga simpan pinjam. Tak hanya itu saya juga membuat kelompok industri kecil, dengan mengolah buah nenas menjadi kripik olahan,” kata Asnaini.

Ternyata, kemampuan memimpin inilah yang menjadikan dia meraih anugrah Perempuan Aceh Award 2012 silam.

Tak berhenti sampai disitu saja, namanya mulai dikenal di tingkat Nasional. Dan pada tahun 2014 silam, Asnaini pun dinobatkan sebagai salah seorang perempuan Gayo penerima Safarinah Sadli Award 2014.

Dia bersaing dengan ratusan perempuan nominator, yang dianggapnya memiliki kelebihan yang luar biasa. “Saat itu hanya saya, yang tidak memiliki gelar apa-apa jika dibandingkan dengan finalis lainnya. Saya hanya lulusan SMA, tidak punya embel-embel gelar ‘S’ nya dibelakang nama,” kata Asnaini, ditengah tawanya yang memunculkan kesederhanaan itu.

Ternyata namanya, menjadi pusat perhatian ditengah ketatnya penilaian yang dilakukan oleh dewan juri, Abdul Gaffar Karim, Imam Prasodjo dan Najwa Sihab. Dia pun dinobatkan dengan dua orang perempuan lainnya asal Maluku Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan, sebagai penerima Safarinah Award 2015.

Tak hanya itu, sarana air bersih juga menjadi perhatiannya kala itu. Walau air di daerah ini melimpah, namun dia sedih melihat warganya wudhu di aliran air sungai-sungai kecil yang mengalir di tengah-tengah persawahan itu. Dia pun berinisiatif membangung, bak penampungan air, dan air bersihpun disalurkan ke rumah-rumah warga. Inilah yang menjadikannya menjadi penerima Safarinah Sadli Award 2014.

Tak hanya itu, 13 Desember 2015 silam, Ibu dari Alhusniba Rejeka (Mahasiswa), Dewi Ramadhani (SMP) dan Maryani Munthe (SD) ini pun diundang sebagai bintang tamu di acara Sudut Pandang yang merupakan program dari TV nasioal Metro TV dengan dipandu oleh presenter Vivi Aleyda Yahya. 

Begitulah sosok kedua Reje fenomenal di Gayo versi LintasGAYO.co ini, ingin melihat secara detail program-program mereka, LintasGAYO.co mengaja pembaca melihat dari dekat pola kepemmpinan 2 Reje berbeda genre ini, dengan  mendatangi langsung Kampung yang mereka pimpin. Semoga ke depan, semakin banyak pemimpin yang peduli rakyatnya, walaupun harus dimulai dari jenjang kepemimpinan di tingkat bawah. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.