Pelatihan Penguatan Organisasi Petani Kakao Gayo Lues Berjalan Sukses

oleh
Foto bersama Lestari dan Peserta Petani Kakao Gayo Lues (Ist)

Blangkejeren-LintasGayo.co: Kegiatan Pelatihan Penguatan Organisasi Petani Gayo Lues yang digelar oleh Lestari mulai 13-14 Oktober 2016 di Desa Porang, Blangkejeren berjalan sukses. Sebanyak 40 petani kakao yang berasal dari sejumlah kecamatan di Gayo Lues mengaku antusias dan banyak menerima bekal mengenai harga pasar dan organisasi petani.

Salah satu peserta, Amin atau biasa disapa Aman Jurung Petani sekaligus Kepala Desa Pepelah, Pining mengaku kegiatan pelatihan dapat membawa pengetahuan yang bermanfaat bagi petani di desa.

“Kami berharap petani di Gayo Lues terus mendapat pembinaan. Sebab, dengan kualitas lahan di Gayo Lues yang cocok ditanami banyak tumbuhan namun tidak terkelola dengan baik karena lemahnya SDM,” terang Aman Jurung.

Sebelumnya, kegiatan penguatan organisasi bagi para petani juga digelar di Tapak Tuan, Aceh Selatan. Kegiatan tersebut merupakan proyek USAID LESTARI.

Anggota Lestari, Yusdahema di dampingi M. Thaib kepada LintasGayo.co, Sabtu (15/10) papgi menjelaskan, proyek USAID Lestari bergerak untuk mendukung upaya Pemerintah Republik Indonesia (RI) menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), melestarikan keanekaragaman hayati di ekosistem hutan dan lahan gambut yang memiliki nilai biologis serta kaya akan simpanan karbon.

Lanjutnya, dibangun di atas landasan proyek USAID IFACS (Indonesia Forest and Climate Support), LESTARI menerapkan pendekatan lanskap untuk menurunkan emisi GRK, dengan mengintegrasikan aksi konservasi hutan dan lahan gambut dan strategi pembangunan rendah emisi (Low Emission Development Strategy – LEDS) di lahan lain yang telah terdegradasi.

Yusdahema menambahkan, upaya ini bisa dicapai melalui perbaikan tata guna lahan, tata kelola hutan lindung, perlindungan spesies kunci, praktek sektor swasta dan industri yang berkelanjutan, serta peningkatan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam kegiatan konservasi.

Proyek Lestari diimplementasikan oleh Tetra Tech bersama mitra konsorsium yang terdiri dari WWF Indonesia, Winrock International, Wildlife Conservation Society (WCS), Blue Forests, Yayasan Sahabat Cipta, PT Hydro South Pole Carbon, Sustainable Travel International (STI), Michigan State University, dan FIELD Foundation. Proyek LESTARI berlangsung mulaiAgustus 2015 hingga Juli 2020.

Kegiatan Lestari dilaksanakan di 6 lanskap strategis di 3 pulau terbesar di Indonesia, yang memiliki sebagian tutupan hutan primer yang masih utuh dan memiliki simpanan karbon terbesar. Di Sumatra bagian utara, Lanskap Leuser mencakup Kabupaten Aceh Selatan, Gayo Lues, Aceh Tenggara dan Aceh Barat Daya, termasuk Taman Nasional Leuser dan Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Di Kalimantan Tengah, Lestari bekerja di Lanskap Katingan-Kahayan, yang mencakup Kabupaten Pulang Pisau, Katingan dan Gunung Mas, Kotamadya Palangkaraya, dan Taman Nasional Sebangau dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.

Lestari juga bekerja di 4 lanskap di Papua. Lanskap Sarmi dan Cyclops terletakdl di sepanjang pesisir utara. Lanskap Lorentz Lowlands, mencakup Kabupaten Mimika dan Asmat ditambah sebagian dari Taman Nasional Lorentz, dan Lanskap Mappi-Bouven Digoel yang terletak di pesisir selatan Papua.

Sambungnya, Lestari memiliki kantor pusat di Jakarta, dengan kantor cabang di setiap lanskap dan di ibukota provinsi Aceh, Kalimantan Tengah dan Papua.

Sementara itu, hasil yang ingin dicapai Lestari adalah:
1. Penurunan total emisi GRK (CO2 ekuivalen)sebesar 41 % dari kegiatan pemanfaatan lahan, perubahan pemanfaatan lahan dan deforestasi di seluruh wilayah lanskap proyek
2. Perbaikan pengelolaan 8,42 juta ha hutan primer atau sekunder, termasuk wilayah yang menjadi habitat orangutan
3. Perbaikan manajemen setidaknya di 6 wilayah konservasi, sehingga mampu melestarikan habitat orangutan dan spesies kunci lainnya, dan mengurangi perburuan spesies hewan endemik
4. Paling tidak terwujud 10 kemitraan publik dansektor swasta yang mempromosikan pembangunan rendah emisi dan pembangunan berbasis konservasi
5. Penggalangan dana dari sumber pemerintah dan swasta, dalam bentuk investasi bersamaguna menunjang keberhasilan proyek
6. Meningkatnya komitmen para pemangku kepentingan dari sektor swasta, pemerintah dan masyarakat dalam mendukung upaya konservasi dan pemanfaatan hutan secara berkelanjutan termasuk perlindungan spesies yang hidup di dalamnya
7. Terciptanya kebijakan, peraturan perundangandan prosedur yang mendukung pembangunan rendah emisi, perbaikan pengelolaan dan konservasi hutan yang disahkan dan diterapkan di semua jenjang
8. Terdapat model untuk integrasi strategi pembangunan rendah emisi dan konservasi hutan di tingkat kabupaten, provinsi dan nasional yang didistribusikan ke semua tingkatpemerintahan dan pemangku kepentingan kunci lainnya. (Supri Ariu)

 

Peserta Petani Kako Gayo Lues serius menyelesaikan tugas kelompok pelatihan (Ist)
Peserta Petani Kako Gayo Lues serius menyelesaikan tugas kelompok pelatihan (Ist)
Peserta petani kakao menggelar diskusi kelompok membahas pasar dan organisasi kelompok tani (Ist)
Peserta petani kakao menggelar diskusi kelompok membahas pasar dan organisasi kelompok tani (Ist)
Peserta antusias mengikuti sesi permainan melatih kerjasama kelompok tani (Ist)
Peserta antusias mengikuti sesi permainan melatih kerjasama kelompok tani (Ist)
Foto bersama Lestari dan Peserta Petani Kakao Gayo Lues (Ist)
Foto bersama Lestari dan Peserta Petani Kakao Gayo Lues (Ist)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.