Takengon-LintasGayo.co : Salah seorang narasumber dalam diskusi the killing field Gayo 1904 yang digagas media LintasGayo.co, Sabtu 19 September 2015 di opsroom Setdakab Aceh Tengah, Iwan Gayo memaparkan hasil penelitian sementaranya dalam menelusuri jejak kekejaman Jenderal Van Daalen dengan melakukan genosida di benteng-benteng urang Gayo di Gayo Lues dan Alas.
Dipaparkan, penelitian yang tengah dilakukan bersama dua wartawam senior lainnya, LK Ara dan Oedin Dela Rosa kata Iwan Gayo menemukan data dan fakta berbeda-beda.
“Melalui kajian pustaka yang kami lakukan, sekitar 2000 lebih urang Gayo dibantai, dan tadi Pak Yusra memaparkan hampir 4000 orang dan data lain yang kami dapatkan 7000 orang lebih,” kata Iwan Gayo.
Dikatakan, bahwa insiden berdarah di Gayo sangat perlu dikaji dalam sejarah perjuangan bangsa ini. “Tidak sedikit urang Gayo yang jadi korban, diskusi ini sangat penting,” ujar Iwan Gayo.
Selama melakukan penelitian, Iwan Gayo melanjutkan telah melakukan penelusuran, tracking dan mapping ke benteng-benteng yang ditaklukkan Van Daalen di Alas dan Gayo.
“Dengan propaganda agama, Van Daalen berhasil merekrut ekstrimis-ekstrimis dari Maluku, untuk membantai di Gayo Lues, tiga unit kapal perang diturunkan, dan puluhan ribu serdadu di datangkan,” ungkapnya.
Perang di Gayo tidak mudah bagi Van Daalen, Iwan Gayo memaparkan, butuh waktu enam bulan Belanda baru bisa mengalahkan benteng-benteng di Gayo. “Mereka putus asa, makanya melakukan pembantaian membabi buta kepada urang Gayo,” tegas Iwan Gayo, sembari menambahkan setelah Belanda menguasai Gayo, hampir ratusan ribu warga sipil menjadi korban.
Dalam diskusi tersebut, selain Iwan Gayo menjadi salah seorang narasumber, tokoh sejarah Gayo yang berdomisili diluar negeri Yusra Habib Abdul Gani juga memaparkan pandangannya terkait insiden berdarah itu. Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin juga menyampaikan pandangannya soal kejadian itu, dari perpekstif pemerintahan. Diskusi di moderatori oleh akademisi muda Gayo yang kini tengah menyelesaikan studi doktoralnya di Unibersitas Laiden, Belanda, Arfiansyah.
(Darmawan Masri)