2 Tahun Berlalu, Apa Kabar Gempa Gayo?

oleh
Derita Kami Bukan Tontonan. (Foto : Wein Mutuah)

Catatan : Darmawan Masri*

Derita Kami Bukan Tontonan. (Foto : Wein Mutuah)
Derita Kami Bukan Tontonan. (Foto : Wein Mutuah)

Kamis 2 Juli 2015 tepat dua tahun musibah dahsyat berupa gempa bumi berkekuatan 6,2 SR meluluhlantakkan dataran tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, pada 2 Juli 2013 silam.

Beberapa orang meninggal dunia, ribuan rumah rata dengan tanah, juga fasilitas umum, sekolah, Puskesmas dan kantor milik pemerintah, tak luput sarana ibadah, masjid dan mersah (menasah-red).

Musibah memilukan itu masih terasa hingga saat ini. Pemerintah bergerak cepat melakukan rehabilitasi dan rekontruksi, agar masyarakat Gayo di daerah Gempa kembali bisa hidup layak di rumah-rumah mereka. Kejadian itu terus saja menjadi catatan dalam setiap warga Gayo yang merasakan. Hampir semua kecamatan di Aceh Tengah dan beberapa Kecamatan di Bener Meriah merasakan musibah tersebut.

Kebijakan pemerintah pusat, Aceh dan Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah melakukan rehab-rekon bagi warganya dengan membantu biaya pembangunan kembali rumah mereka. Kerusakan pun di bagi ke dalam tiga kategori, berat, sedang dan ringan.

Proses rehab-rekon pun berjalan seiring waktu. Namun, apakah proses itu sudah usai?. Tentu jawabannya adalah belum. Masih banyak tugas pemerintah yang belum terselesaikan.

Banyak bangunan rumah-rumah warga yang belum kembali dibangun dari dana bantuan tersebut (dibeberapa Pokmas). Terlebih bagi rumah warga yang rusak sedang dan ringan. Ada juga rumah kategori rusak berat yang juga belum terselesaikan, dan ini harus segera ditindaklanjuti oleh pemerintah, sebagai pemimpin disuatu daerah.

Bukan hanya itu, tugas pemerintah dalam menata kembali kehidupan pasca gempa bumi yang menguncang Gayo dua tahun silam belumlah usai. Sarana pendidikan masih banyak yang belum terbangun.

Akibatnya, banyak anak-anak Gayo yang saat ini masih sekolah di bangunan darurat yang dibangun pasca gempa. Meski sebagian sekolah sudah di bangun, namun pantauan LintasGayo.co, masih banyak sekolah-sekolah yang bertahan di bangunan ala kadarnya.

Tak usah jauh melihat, di lapangan Musara Alun, Aceh Tengah yang terletak di pusat Kota Takengon, masih berdiri bangunan darurat sekolah, SMKN 3 Takengon, beberapa bulan silam siswa-siswi disana sempat mengajukan protes dan berdemo menuntut pemerintah menyegerakan pembangunan sekolah mereka. Hingga akhirnya siswa dipindahkan belajar di kompleks Panti Asuhan Budi Luhur.

Contoh lain, sarana pendidikan yang belum dibangun adalah sebuah Sekolah Dasar yang tepat berapa di perempatan lampu merah, Kecamatan Bebesen. Hingga saat ini, juga masih menggunakan bangunan darurat.

Belum lagi jika kita melihat langsung ke pelosok-pelosok Aceh Tengah dimana gempa menghancurkan bangunan sekolah lainnya. Kondisi yang sama akan dilihat dengan mata.

Beberapa bulan lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, sempat meresmikan bangunan sekolah SMA di Kecamatan Ketol, harusnya dengan telah diresmikan bangunan tersebut, sekolah-sekolah yang lain juga ikut dibangun dan diselesaikan tepat waktu.

Hingga saat ini, kita tidak mengetahui apa penyebab kelambatan pembangunan sarana pendidikan itu. Padahal, sarana pendidikan merupakan tempat anak-anak Gayo menuntut ilmu, dengan sarana yang layak, adalah salah satu faktor menentukan mutu pendidikan di suatu daerah. Dengan pendidikan bagus, dipastikan daerah ini juga akan maju.

Sudah selayaknya, pemerintah Kabupaten Aceh Tengah melalui pihak terkait mendesak penyelesaian pembangunan sarana pendidikan dengan segera. Jangan sampai kondisi ini berlarut-larut, yang menjadi terpuruknya dunia pendidikan di Gayo.

Belum lagi, kita melihat sarana pendidikan di Kampung relokasi Bah dan Serempah, dua kampung dengan kondisi paling parah saat gempa menguncang Gayo. Hingga saat ini, sarana pendidikan disana juga belum terbangun.

Memori masyarakat Gayo dengan musibah tersebut, tidak akan hilang cepat. Butuh proses, merehabilitasi trauma, terlebih anak-anak yang tengah beranjak dewasa. Minimal, dengan membangun segera sarana pendidikan mereka, perlahan trauma yang terjadi dua tahun silam perlahan akan hilang, jangan biarkan hak-hak mereka mengeyam pendidikan yang layak dikacaukan dengan bangunan yang tidak layak.

Segeralah bangkit, menata kembali pendidikan Gayo yang lebih cerah dimasa mendatang, sehingga potensi anak negeri ini kembali bersinar dalam membangun daerahnya. Wallahualam.

*Sekretaris Redaksi LintasGayo.co

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.