Maulidar, Bidan Desa Berjuang Ditengah Keterisoliran Rimba Simpang Jernih

oleh

Ismail Baihaqi*

MaulidarMenjadi seorang tenaga kesehatan di kawasan pedalaman hutan Aceh Timur, Kemukiman Lokop Serbejadi pantas diapresiasi. Ditengah jaraknya rentang kendali dan kondisi geografis wilayah antara satu kampung dengan kampung lainnya lumayan jauh, seorang tenaga kesehatan ini berjiwa mulia dan tak kenal lelah membantu masyarakat yang membutuhkan jasanya.

Terlebih, saat menolong persalinan ibu-ibu yang hendak melahirkan di pedalaman yang mayoritas dihuni suku Gayo itu.

Adalah Maulidar Aini, A.md.Keb yang diberi tugas oleh Pemerintah Aceh sebagai bidan desa di Kampung Melidi Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur.

Sejak 2010 lalu, dia di percaya mendapatkan kontrak dari Pemerintah Aceh untuk mengabdi di tanah kelahiran suaminya itu. Wanita kelahiran Pining, Gayo Lues ini, selama dinas nya sering berpindah-pindah tugas ke kampung lain.

Tahun 2010 bertugas di Kampung Simpang Jernih, 2011 dipindahkan ke Kampung Melidi yang merupakan tanah kelahiran sang suami, dan tahun 2015 ini kembali dipindahkan ke Kampung Tampur Bur Kecamatan Simoang Jernih.

Ayahnya, merupakan mantan kepala Sekolah Dasar (SD) di Simpang Jernih, yang meninggal 2008 silam.

Semangat ibu satu anak ini, patut di acungi jempol dalam membantu pelayanan kesehatan terhadap masyarakatnya. Dia rela berjuang ditengah keterisoliran Kemukiman Lokop Serbejadi dalam melayani warga setempat. Tak kenal lelah, dipanggil siang malam pun dia siap.

Bertugas sebagai bidan desa, Maulidar bercerita tak pernah mengharapkan imbalan apapu  dari warga yang dibantunya.

“Saya ikhlas membantu warga. Mereka terkadang tak membayar sepeserpun. Saya juga tidak mempermasalahkan, yang penting warga disini sehat-sehat,” kata Maulidar, beberapa waktu lalu.

“Honor saya dibayar oleh Pemerintah Aceh sebagai tenaga kontrak,” timpalnya.

Selama bertugas Maulidar mengaku tak memiliki tempat tinggal tetap. Dia berpindah-pindah menumpang ke rumah-rumah warga. Ditempat tugas barunya ini, dia juga belum dapat menyewa tempat tinggal. Tidak seperti bidan desa lainnya, yang telah memiliki Polindes sebagai tempat tinggal tenaga kesehatan yang bertugas sekaligus tempat melayani masyarakat.

Tetaplah berjuang, meskipun terkadang apa yang kita kerjakan tidak mendapat apa imbalan yang setimpal. Semangat keikhlasan dan saling membantu sesama merupakan modal dalam kunci kemuliaan dihadapan sang khaliq. [DM]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.