*Irwan Fauzi
Usia dan tanggung jawab pekerjaan tidak menyurutkan semangat Ponisah, seorang ibu berusia 47 tahun untuk mengikuti Ujian Nasional (UN) Paket-B yang di selenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, melalui Dinas Pendidikan, bertempat di SMPN 5 Takengon. Ponisah berupaya menyelesaikan UN tepat waktu bersama rekan-rekan sekelasnya di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Dedingin.
Ibu yang sehari harinya bekerja di Dinas Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Tengah ini, memiliki empat orang nak dengan suami yang juga sebagai petugas kebersihan di Aceh Tengah menjadi motivasi bagi anak-anaknya bagaimana pentingnya mengenyam pendidikan.
Kepada LintasGayo.co, disela-sela waktu istirahatnya Ponisah mengatakan siap mengikuti ujian. “Saya selalu berusaha belajar dan hadir ketika belajar di PKBM,” ucapnya bersemangat.
Ia mengaku selain ingin memberi contoh kepada anak-anaknya pentingnya punya pendidikan. Pendidikan terakhirnya hanya setingkat Sekolah Dasar (SD) dan tidak dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Hal itu dilakukan karena harus membantu kedua orang tuanya mencari nafkah.
“Saya berusaha dengan penghasilan yang ada, anak-anak harus bersekolah,” kata Ponisah beberapa waktu lalu. Bahkan setelah dinyatakan lulus Ujian Nasional (UN) Paket-B, ia berniat untuk melanjutkan ke jenjang SMA melalui Paket-C.
Informasi yang diperoleh LintasGayo.co dari Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tengah melalui Kasi Pendidikan Masyarakat Wahid Usman, S.Pd, bahwa pelaksanaan UN Paket-B dilangsungkan dibeberapa sekolah, diantaranya SMPN 5 Takengon, Pondok Pesantren Darul Ulum Celala dan Pondok Pesantren Ihwanul Yaqin Jalan Lintang Takengon.
Sementara itu, Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesanteren, pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Tengah, Drs. Alwin menuturkan, peserta UN Paket-B yang diadakan di pondok pesantren adalah santri yang tidak di tampung di kelas terpadu atau MTs pada Ponpes Terpadu tersebut, mereka belajar sama seperti pembelajaran Paket-B di PKBM hanya lebih terfokus pembelajaran agamanya.
Keragaman usia peserta UN ini menjadi suatu bukti bahwa belajar memang tak mengenal usia, pentingnya punya ijazah dan keahlian untuk dapat melanjutkan perjuangan hidup. [DM]





