Reda, Perempuan Peniup Suling Gayo dari Penampaan

oleh
Reda di pentas INILAH GAYO "Festival Musik Bambu Gayo 2012" di Takengon

Fikar W. Eda

Reda di pentas INILAH GAYO "Festival Musik Bambu Gayo 2012" di Takengon
Reda di pentas INILAH GAYO “Festival Musik Bambu Gayo 2012” di Takengon

NAMANYA Zuraida Arianti, dipanggil Reda, mahir memainkan instrumen musik bambu, seruling. Boleh jadi dialah satu-satunya perempuan di Gayo Lues yang menguasai alat musik tersebut. Kemahirannya bermain seruling diperlihatkan  dalam pertunjukan musik etnik pada peringatan HUT ke-40 Taman Mini Indonesia Indah (TMII), di Anjungan Aceh Taman Mini, Jakarta Timur, Minggu (19/4) pekan lalu.

Sejumlah nomor lagu etnik Gayo bernada sendu dan gembira mengalir dari  bambu kecil yang memiliki enam lubang nada dan satu lubang tiup, itu. Berpadu dengan instrumen musik seperti canang, memong, gegedem atau rapai, dan lain-lain, membuat pertunjukan Reda makin renyah.

Mengenakan pakaian bermotif kerawang Gayo Lues, dengan penutup kepala warna cerah, membuat penampilan Reda makin impresif. “Saya sudah memainkan seruling sejak masih kanak-kanak,” kisah Reda dalam percakapan dengan Serambi, sesaat setelah pertunjukan.

Ia tak ragu saat diminta kembali memainkan alat musik serulingnya. Maka mengalirlah lagu yang antara lain liriknya berbunyi “harapan bunge harapan ara ilen tajuk selanga.”

Pertunjukan di Anjungan Aceh TMII itu adalah kali pertama penampilannya di ibu kota Jakarta. Selama ini, ia mengaku lebih banyak mengisi pentas kesenian di Gayo Lues, Aceh Tengah dan Banda Aceh. “Yah di acara-acara kesenian daerah dan tentu acara kawinan dan sebagainya,” lanjut Reda.

Kemahirannya bermain seruling mengantarkan prestasi gemilang bagi Reda. Ia berhasil merebut Juara II Festival Musik Bambu di Takengon, Aceh Tengah pada 2011 lalu.

Berdomisili di Kampung Penampakan, Kecamatan Belangkejeren, Reda, berusaha keras bersetia di jalur musik etnik. Ia mengaku tak begitu percaya diri untuk bernyanyi. Karena itu ia terus mengasah kemampunnya meniup seruling. Ia berharap, suatu saat kelak, ia kembali memainkan alat musiknya di Jakarta, dengan penonton yang jauh lebih banyak lagi.

Lahir pada 1987, Reda, menjalani masa kecil dan remaja di Gayo Lues. Seperti gadis sebaya lainnya, Reda berkenalan dengan kesenian sebagai bagian dari hidup. Kemampuannya didapat secara otodidak. “Entah kenapa saya menyenangi seruling,” katanya.

Menjalani pendidikan dasar dan menengah di tanah kelahiran, dan kemudian  melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, jurusan Administrasi Pemerintahan dan lulus pada 2010 lalu. Selain bermusik, Reda saat ini bekerja sebagai pegawai honorer di jajaran Pemkab Gayo Lues.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Gayo Lues, Syafruddin memuji bakat dan kemampuan Reda meniup seruling. “Hanya dia sendiri, perempuan Gayo Lues yang punya kemampuan meniup seruling. Bakat istimewa,” kata Syafruddin yang memimpin delegasi kesenian Gayo Lues pada perayaan HUT ke-40 TMII, di Jakarta.[]

(Sumber : aceh.tribunnews.com)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.