Di Takengon, Aman Met ketularan demam Giok Gayo

oleh
Arkeolog Ketut Wiradnyana dengan cincin giok Nefrite Gayo. (LGco_Khalis)
Arkeolog Ketut Wiradnyana dengan cincin giok Nefrite Gayo. (LGco_Khalis)
Arkeolog Ketut Wiradnyana dengan cincin giok Nefrite Gayo. (LGco_Khalis)

Takengon-LintasGayo.co : Arkeolog Ketut Wiradnyana yang namanya tak asing lagi bagi warga Gayo khususnya para pemerhati sejarah rupanya tidak turut demam batu akik, giok dan sejenisnya. Namun setelah berada di Gayo dalam penelitian lanjutan di Loyang Mendale tahun 2015 mengaku ketularan demam batu juga.

“Begitu tiba di Takengon beberapa hari lalu, saya langsung dengar obrolan teman-teman disini seputar batu giok, awalnya saya risih, namun setelah beberapa hari saya ketularan demam juga,” kata Ketut Wiradnyana, Kamis 9 April 2015.

Dia kemudian menunjukkan cincin yang dipakainya jenis nefrite yang diperolehnya dari pebisnis giok Gayo, Edy Linting. “Ini cincin yang pertama saya pakai, saya suka apa saja yang berbau Gayo, dan rupanya saat ini giok bagian identitas Gayo, saya cinta Takengon, Gayo juga gioknya,” kata penulis buku Gayo Merangkai Identitas yang suka disapa Aman Met ini tertawa.

Nama Aman Met (Aman; ayah dari, Met: jenazah, kerangka manusia-Gayo:red) diberikan oleh sejarawan Gayo, Yusra Habib Abdul Gani yang berstatus sebagai Warga Negara Asing (WNA) di Denmark saat keduanya bertemu beberapa tahun lalu di Takengon.

Kehadiran Ketut Wiradnyana di Takengon sejak 1 April 2015 lalu untuk melanjutkan penelitian di Loyang Mendale yang dinilai belum steril dari temuan-temuan sisa kehidupan masa silam ribuan tahun lalu.

Dalam penelitian kali ini, dia bersama timnya menemukan tulang gajah, bulu yang diduga bulu ekor gajah, serta gerabah dengan poles merah dan hitam.(Kh)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.