Hairia; pakai Kerawang Gayo, dulu boleh dianggap kuno

oleh

Kha A Zaghlul

HairiaDitengah kekhawatiran banyak pihak mulai hilangnya kecintaan generasi muda terhadap warisan budaya Gayo, khususnya Kerawang Gayo akhir-akhir ini, justru kabar menggembirakan dihembuskan dari bisnis sewa menyewa pelaminan dan pakaian pengantin.

Sejak 2 tahun belakangan ini, warga Gayo di Aceh Tengah dan Bener Meriah lebih memilih pelaminan dan pakaian bermotif Kerawang Gayo dipakai dalam sinte mungerje (pesta perkawinan-red) atau hajatan lainnya.

Seperti diutarakan, Hairia, pemilik Glozsy, usaha sewa menyewa pelaminan dan pakaian pengantin di Takengon. “Dulu, selain khas Gayo, kami mesti menyediakan beberapa model pakaian pengantin dan pelaminan. Namun sejak dua tahun ini hanya yang khas Gayo yang banyak diminta,” kata Hairia, beberapa hari lalu di Takengon.

Menurut alumni pendidikan sekretaris Unsyiah ini, artinya masyarakat Gayo cinta warisan budaya sendiri, khususnya Kerawang, terlebih sejak dimulainya moderenisasi produk Kerawang Gayo, baik yang dijahit maupun dibatik.

“Dulu Urang Gayo sendiri seperti tidak percaya diri pakai baju Kerawang, terlebih saat berada di pesisir Aceh, dianggap kuno alias kampungan. Namun sekarang itu tidak ada lagi, kuno itu sekarang mahal dan ini tandanya Kerawang Gayo itu cantik dan punya nilai-nilai keindahan, malah orang luar pun sudah memakai dan memproduksi Kerawang Gayo,” timpal ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Aceh Tengah sejak tahun 2006 ini.

Pengakuannya, dirinya ingin memperdalam pengetahuannya tentang jahit menjahit Kerawang Gayo dan terus-menerus mencari ide modifikasi Kerawang Gayo untuk menyesuaikan keinginan atau selera pasar.[]

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.