Kombatan GAM baru mampu sejahterakan rakyat Aceh dalam novel

oleh
Salman Yoga S (dua dari kanan) saat acara bedah buku “Aceh tahun 2025” karya Tayeb Loh Angen. (foto : Andi Rahmad)
Salman Yoga S (dua dari kanan) saat acara bedah buku “Aceh tahun 2025” karya Tayeb Loh Angen. (foto : Iwan Rahmad)

Banda Aceh-LintasGayo.co : Setelah sepuluh tahun pasca penandatanganan MoU antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Negara Republik Indonesia, keadaan Aceh dalam bidang ekonomi masih tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Demikian pendapat salah seorang narasumber dalam acara bedah buku “Aceh tahun 2025” Salman Yoga S di Banda Aceh, Kamis 12 Februari 2015 di Banda Aceh.

Salman Yoga S yang juga adalah sastrawan dan budayawan nasional asal tanah Gayo berpendapat sangat tajam dalam mengkritisi novel karya Thayeb Loh Angen dan membandingkannya dengan masa kekinian. Sebagian besar peserta yang hadir dibuatnya terhentak-hentak dengan pendapat dan analisis beraninya.

“Dua priode kepemimpinan Aceh mulai dari Irwandi Yusuf-Muhammad Nazar hingga Zaini Abdullah-Muzakir Manaf  belum mampu membawa perubahan yang berarti bagi kesejahteraan rakyat, tetapi berbeda dengan novel yang ditulis oleh mantan kombatan GAM Thayeb LA, Aceh justru sangat sejahtera”, jelas Salman.

Dikatakan, salah seorang mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang juga seniman, Thayeb Loh Angen adalah salah satu contoh pemuda Aceh yang tidak kalah dengan kesendiriannya, diantara mantan kombatan lainnya yang sibuk dengan berbagai proyek dan kue kekuasaan.

“Thayeb lebih memilih untuk mengambil jalan kreatifitasnya sendiri,” ujar Salman Yoga S yang juga adalah salah seorang redaktur  di media Lintas Gayo.

Meski demikian, Salman sangat mengapresiasikan karya novel Thayeb LA, bukan saja sebagai karya sastra dengan gaya baru dalam dunia sastra Aceh, tetapi juga berhasil mengaktualisasikan apa keinginan dan imajinasi penulisnya di masa depan.

“Sebagai rakyat Aceh Thayeb Loh Angen tidak bisa melepaskan diri dari latar belakangnya sebagai mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), karena jika itu terjadi sama saja dengan menghilangkan identitas diri. Justru dengan identitas ini pulalah yang membedakan antara Thayen dengan mantan GAM lainnya”, papar Dosen Komunikasi Universitas Islam Negeri di Banda Aceh ini berapi-api.

Setidaknya, lanjut Salman dengan nada sindiran, rakyat Aceh jauh sangat sejahtera, otonom, dan penuh dengan kemajuan pembangunan dan peradaban dalam novel Thayeb Loh Angen, dari pada dalam dunia nyata hari ini yang dipimpin oleh Gubernur dan wakil Gubernur yang sama-sama mantan GAM. (JW_ Iwan Rahmad | Kh)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.