Nothing is impossible, tidak ada yang tidak mungkin. Begitulah motto gadis anak petani dari Bies Penentan, Diana Syahputri, kelahiran Takengon 17 April 1993.
Mahasiswi Politeknik Negeri Lhokseumawe jurusan Teknik elektro, Prodi Teknik Informatika ini ingin menjadi penulis besar dan keinginan itu mulai terbuka untuknya setelah diterima sebagai redaktur disalahsatu media online di Aceh yang berkantor di Lhokseumawe. Sebelumnya, beberapa tulisan mahasiswi yang akrab disapa Putri ini dimuat disejumlah media di Aceh, baik cetak maupun online, termasuk di LintasGayo.co.
Awalnya dia mengaku tidak memiliki ketertarikan pada dunia pers, namun sejak ayah dan ibunya mengetahui potensi kemampuan Putri yang memang hobi membaca sejak kecil, mereka menyarankan untuk menulis.
“Waktu itu saya diberi tantangan oleh ayah saya untuk menulis tentang kota kelahiran saya, memang masih manual dan menggunakan buku biasa, he he he. Ternyata tidak sulit, 15 menit menulis saya bisa menuntaskan satu halaman timbal-balik tanpa banyak kesalahan. sejak itu saya mulai menyadari bahwa saya memiliki bakat terpendam dan hingga saat ini kejadian hari itu membuka mata saya untuk terus membaca dan berlatih menulis sendiri,” tutur Putri berkisah.
Motivasi terbesar Putri berasal dari satu kalimat sederhana “Nothing is impossible”, tidak ada yang tidak mungkin. “Saya bercita-cita menjadi penulis besar dan saat ini saya sedang mulai menapaki tangga untuk mencapai impian saya tersebut,” ujarnya bersemangat.
Putri berharap semoga pekerjaan mulia “menulis” tidak berhenti sampai disini saja. “Menulis adalah mengabadikan sejarah,” ujar alumni TK Tunas Berkembang-Bies Penantanan, SDN 2 bies, SMP 17 Takengon (2005-2008), SMKN 1 Takengon (2008-2011) ini.
Ditanya perkembangan pers di Gayo?, penilaian Putri perkembangan pers di Gayo mulai mengalami peningkatan yang signifikan, sudah disesuaikan dengan teknologi yang juga semakin pesat. Gayo kian hebat, sudah punya banyak website dan tabloid mingguan.
“Ini merupakan suatu hal yang bisa mendongkrak nama Gayo di daerah luar. Apalagi LintasGAYO, karena kalau di daerah luar Gayo seperti ditempat kami tinggal, mereka kenal pers di Gayo hanya melalui LintasGAYO, kedepannya pers Gayo akan semakin besar dan berkembang, saya yakin itu,” ujar Putri.
Tentang peran pers untuk Gayo dengan kopi, panorama danĀ pinusnya, menurut Putri meski dirinya tidak berkerja untuk pers Gayo secara langsung, namun sebagai redaktur di salahsatu media di Aceh membuka peluang yang memudahkannya mengangkat nama Gayo agar lebih apik dan terkenal lagi media luar daerah Gayo.
“Kalau saya tilik dari tulisan-tulisan di pers Gayo sendiri, kita sudah berusaha dengan baik memperkenalkan Dataran Tinggi Gayo itu seperti sekarang ini, komoditi nya ini, mayoritas penduduknya ini, jadi bagi saya pers Gayo sudah cukup berperan dalam menyajikan berita berupa panorama, kopi hingga pinusnya. saya berharap sajian berita ini akan tetap dipertahankan bersama,” kata Putri berharap.
Walau berencana akan bekerja di dunia penulisan, Putri yang duduk di semester 7 dan menargetkan akan selesaikan studi pertengahan 2015 ini ingin memiliki usaha gallery hijab.
“Saya ingin ada usaha gallery hijab dan terus aktif di dunia pers sambil terus menuangkan karya-karya berupa tulisan,” tandas anak petani kopi ini. (Kha A Zaghlul)