Motivasi Pulang Kampung

oleh

Catatan Jamhuri Ungel*

Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia untuk pulang ke kampung (mudik) di setiap lebaran utamanya lebaran ‘Idul Fithri.

Banyak hal-hal yang mendorong seseorang untuk pulang ke kampung halaman, diantaranya adalah ingin menunjukkan eksistensi diri kepada masyarakat yang ditinggal, artinya mereka yang merantau ingin katakan kepada keluarga, saudara dan karabat bahwa hidup diperantauan yang penuh tantangan dan perjuangan bisa membawa kita lebih berhasil daripada kita tetap tingal di kampung halaman.

Keberhasilan yang ditunjukkan bukanlah semata dalam makna material tetapi juga dalam makna kematangan berpikir dan juga kemajuan pendidikan anak.

Betapa tidak, biasa apabila ada orang dari suatu masyarakat kampung pergi merantau maka ketika pulang sangat banyak membawa informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang mereka dapat ke kampung mereka, yang akhirnya membuat masyarakat yang ditinggalkan termotivasi untuk berpikir lebih maju dan mengenal alam yang selama ini tidak ada dalam benak mereka.

Tuhan juga dalam Al-Qur’an mengatakan yang maksudnya memerintahkan kita “agar ada sebagian anggota masyarakat untuk pergi memperdalam ilmu agama, yang ketika pulang dapat memberi tau kepada masyarakat yang ditinggal tentang ilmu yang didapat”.

Dalam ayat ini diperintahkan untuk mencari ilmu agama dalam artinya umum bukan agama yang dipahami oleh sebagian orang khusus untuk kehidupan akhirat karena ada pesan lain yang bisa kita pahami yaitu merantau untuk mencari susuatu yan lehih baik untuk diri sendiri juga untuk orang yang ditinggalkan.

Dorongan lain dan merupakan alasan kebanyakan orang adalah untuk melihat tanah kelahiran sembari mengenang betapa indahnya masa lalu yang dilewati, sahabat masa kecil yang pernah bermain bersama, menderita dan senang bersama. Karena tanpa disadari bahwa kehidupan hari ini adalah tempaan masa lalu, ketabahan hidup hari ini adalah gemblengan penderitaan masa lalu, di telinga selalu terngian pasan dan amanah dari orang yang ada di masa lalu.

Ketika orang tua masih ada semua orang merasa sangat ringan untuk pulang kampung pada hari lebaran, namun ketika orang tua tidak ada mulai terasa bahwa pulang ke kampung terasa berat karena salah satu alasan karena apa pulang ke kampung sudah mulai berkurang. Itu realita hidup yang harus dijalani, perubahan demi perbahan datang berganti yang terkadang membuat sebagian kita sulit untuk memahaminya.

Untuk menyikapi kemajuan yang mau tidak mau harus kita hadapi, memerlukan adanya suatu tindakan untuk menyikapinya, karena kalau kita salah maka kita akan banyak kehilangan dalam hidup. Seperti kehilangan keluarga, kehilangan harta sampai kepada kehilangan sejarah dan masa lalu.

Agama mengajarkan kita untuk tidak mudah menjual harta warisan orang tua dengan bahasa bahwa harta warisan adalah tali untuk sampainya do’a, kekerabatan harus dipelihara dengan ancaman bagi mereka yang memutuskan tali silaturrahmi tidak dibenarkan untuk mendapatkan surga. Kalau harta warisan orang tua tetap dipelihara, kekerabatan selalu terbina maka tali yang menghubungkan kita dengan kampung tetap ada.

*Redaktur Senior LintasGAYO

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.