Ismaniar, “Putri Gayo” yang Bekerja untuk Gayo

oleh

ismaniar_linge2DIA adalah caleg DPRA dari PAN di dapil  4 yang meliputi kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Berada di Nomor urut 1 karena “Putri Gayo” ini selalu punya cara untuk membangun Gayo.

Selepas bersilaturahmi dengan masyarakat di Kampung Isaq, perjalanan dilanjutkan malam hari. Arah yang dituju bukan kota Takengon, tetapi berbelok ke kanan menuju arah Ise-ise. Waktu sudah menunjukan pukul 21:00 Wib, terlihat dua mobil Inova terus melaju dikawasan rimba, dengan posisi jalan menantang, sebelah kiri gunung, dan kanannya jurang.

Di dalam salah satu mobil yang melaju itu, ada Ismaniar, SE, perempuan  Gayo anggota komisi B DPR Aceh yang kini kembali mencalonkan diri sebagai calon legislatif  Partai Amanat Nasional (PAN) untuk daerah pemilihan 4 yang mencakup dua kabupaten, yakni Aceh Tengah dan Bener Meriah. Nama Ismaniar,SE berada di nomor urut 1.

Sekira pukul 22:30—setelah melawati kampung Lumut Linge, mobil Inova yang berada di depan Ismaniar berhenti.Tentu—mobil Ismaniar yang berada dibelakangnya ikut berhenti pula—rupanya salah satu mobil rombongan mengalami bocor ban. Disitu, walau di tengah hutan, Ismaniar turun dan melihat kondisi ban yang bocor.

15 menit kemudian kedua mobil kembali melaju. Hanya beberapa saat saja perjalanan sudah sampai di daerah Kota Mandiri Keutapang Satu, Aceh Tengah, dan tidak jauh mereka berbelok ke kiri ke arah Kampung Linge, sebuah perkampungan bersejarah  bagi orang Gayo. Dari sinilah Reje Linge berasal, yang belakangan di ketahui  sangat berperan dalam sejarah raja-raja di Aceh.

Menuju ke Kampung Linge tentu bukan perkara mudah. Ismaniar dan rombongan harus menempuh perjalanan berjarak 27 kilometer. Masalahnya, jalan ke Kampung yang dihuni 96 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 364 Jiwa itu belum diaspal, bahkan kondisinya bergelombang, sehingga kendaraan harus berjalan pelan. Untungnya tidak hujan, sebab, apabila jalan basah, dipastikan sulit dilalui karena licin dan berlumpur.

ismaniar_logoPada pukul 01.00 Wib Ismaniar dan rombongan tiba di perkampungan. Selain sepi, juga tidak terlihat ada kesibukan di rumah warga. Lampu jalan padam. Tampaknya warga hanya menghidupi lampu seperlunya saja, sehingga tidak ada cahaya dari teras rumah yang rata-rata terbuat dari papan. Namun begitu, Hanya ada satu cahaya saja yang tersembul dari pintu warga, yang rupanya memang lagi menunggu kedatangan Ismaniar dan rombongan.  Dirumah itulah Ismaniar bermalam.

Baru keesokan harinya, 1 Maret 2014, rumah tempat Ismaniar menginap ramai didatangi penduduk. Masyarakat Kampung Linge ingin bertemu dengan sosok Ismaniar yang baru pertama kali bertandang kesitu. Dan, kata masyarakat, itulah pertama kali ada anggota DPRA yang mengunjungi Kampung Linge sejak beberapa lama, termasuk kehadiran Ismaniar memberi kejutan, lantaran Kampung Linge belum dikunjungi oleh satu calon legislatifpun kala itu.

Di kesempatan itu Ismaniar berdialog dengan masyarakat Kampung Linge. Mereka menyampaikan beberapa informasi penting terkait keberadaan kampung Linge, antara lain soal jalan negara menuju ke Kampung Linge, kondisi air yang bergantung kepada sebuah sungai Wih Linge, sejarah Linge, lapangan kerja, dan konflik warga.
“Agar kampung ini maju, harus diutamakan pembangunan jalan,” kata Ismaniar kepada LINTASGAYO.co beberapa waktu lalu.

Ismaniar tampaknya terkejut melihat kondisi Kampung Linge yang diluar dugaannya. Sebelumnya, seperti banyak dugaan orang, Kampung Linge adalah daerah khusus  bagi urang Gayo. Meleset. Kampung Linge masih terisolir, dan masyarakat sangat bergantung hidup pada pertanian saja.

Sebagai orang ekonomi Ismaniar berfikir simple bahwa sumber kesejahteraan masyarakat sangat tergantung kondisi jalan. Kendati Kampung Linge berada dekat dengan kawasan kota mandiri Ketapang, namun ekonomi masyarakat tetap rendah lantaran terhambat transportasi. Ismaniar tahu betul apabila masyarakat Kampung Linge sebagian besar sumber pendapatannya dari pertanian dan ternak. Sedangkan perkebunan adalah kacang kuning, kopi robusta, coklat (tidak produktif), dan kemiri. Khusus peternakan, bukan bersumber dari kawasan Ketapang, wilayah khusus  yang setiap tahun memperoleh anggaran untuk pengadaan dan pengembangan sapi di Aceh Tengah.

“Selain bidang pertanian, sebagian masyarakat memberi jasa untuk menjaga kerbau milik orang kaya di Takengon dan Gayo Lues dengan sistem bagi hasil, dan ternak pula yang menjadi sumber konflik warga, karena sering masuk ke kebun orang. Namun itu selalu bisa selesai karena masyarakat Linge terbiasa dengan cara kekeluargaan,” lanjutnya.

Begitu selintas kisah putri Gayo di kampung Linge. Sore hari, Ismaniar dan rombongan beranjak kembali ke Takengon dengan membawa beberapa catatan penting untuk Kampung Linge, termasuk kunjungan singkat Ismaniar ke makam Reje Linge, kawasan Ketapang, dan tentu soal pemberdayaan masyarakat setempat.

Esoknya,  2 Maret 2014, Ismaniar, SE, diundang masyarakat untuk menghadiri acara Didong Amal di desa Ie Releop, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah, sekira 10 km dari kota Takengon. Acara tersebut rupanya dihadiri wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf , dan wagub menyampaikan beberapa pidato menarik, termasuk tentang program tahun 2015 mendatang dimana pemerintah Aceh akan  menganggarkan pembangunan jalan ke Kampung Linge.

“Anggaran untuk pembangunan jalan Linge akan dimasukan pada tahun 2015, dan hotmix,” kata wakil Gubernur  Muzakir Manaf yang biasa disapa Mualem itu dihadapan ribuan pengunjung Didong Amal di desa Ie Releop, Kecamatan Pegasing,  malam itu.  “Setelah itu dibangun, maka hasil pertanian akan dipasarkan melalui Pelabuhan Krueng Geukuh, agar biaya relatif rendah,” kata Mualem.

Mualem  juga menyampaikan beberapa informasi penting terkait pembangunan jalan pendukung ekonomi di Aceh Tengah dan Bener Meriah, antara lain jalan Cot Panglima dan jalan tembus Krueng Geukuh di Buntul, Bener Meriah.

Mendengar pidato Mualem, Ismaniar tampak berbinar. Katanya, dia sangat respek pada pidato tersebut. Pemerintahan Aceh sangat mensupport hasil bumi Aceh Tengah dan Bener Meriah. “Saya cukup terkesan, dan pasti ini akan saya dukung dan kawal di DPR,” ujar Ismaniar.

Sekelumit cerita perjalanan sehari Ismaniar ini memang penting, dan ternyata dia yang biasa di sapa Iis itu juga cukup banyak memiliki catatan kawasan tertinggal di Aceh Tengah dan Bener Meriah. Perjalanannya selalu menuju kawasan yang jarang dikunjungi, apalagi beberapa desa di Bener Meriah yang menurutnya perlu perhatian khusus. “Nanti saja, kita harus fokus kalau mau berhasil,” demikian langkah Ismaniar membela rakyat, termasuk semangat Gayo yang menjadi motivasi berbicara Gayo di luar Gayo, persis album lagu yang baru dia buat, lima lagu Gayo dan lima lagu Aceh yang diharapkan dapat mengajak masyarakat pesisir ikut bernyanyi Gayo, sebuah konsep untuk mengajak semua pihak bicara Gayo. Begitulah gaya Kak Iis, selalu punya cara untuk membangun Gayo. (joesamalanga)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.