Dua Kegagalan Terbesar Akhir Tahun 2013 di Gayo

oleh

Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA

DUA bencana terbesar di akhir tahun 2013 di Gayo (khususnya Aceh tengah), bencana pertama adalah gempa bumi yang meluluh lantakkan dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ketol dan Kecamatan Kute Panang. Diantara kegagalan orang Gayo terletak pada  rendahnya pengetahuan tentang arsitektur sehingga bangunan yang ada di Aceh Tengah hampir secara keseluruhan hancur mulai dari rumah masyarakat sampai kepada Rumah Tuhan yang dibuat oleh orang Gayo. Alasan kami menyebutkan hal ini karena setelah diteliti oleh mereka yang paham bidang konstruk bangunan bahwa bahan yang digunakan untu bangunan tersebut tidak sesuai dengan konstruk berdasarkan ilmu pengetahuan.

Untuk kegagalan yang pertama ini semua orang akan melihat apakah orang Gayo mampu memperbaiki dan mengoreksi diri, karena sampai sekarang ini masih dalam masa rehab rekon yang menggunakan dana bantuan Pemerintah atau swasta.

Kegagalan orang Gayo juga bisa kita lihat bagaimana orang Gayo tidak mampu menjadikan bencana gempa yang terjadi sebagai momen untuk perubahan diseluruh lini kehidupan orang Gayo. Bila kita lihat kepada contoh terdekat bagaimana Aceh menjadikan gempa dan tsunami sebagai momen untuk perubahan, sehingga sampai sekarang orang-orang selalu berbicara bagaimana Aceh sebelum dan sesudah tsunami. Bagaimana perbandingan pembangunan sebelum terjadinya tsunami dengan sesudah tsunami, perkembangan kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah masa stunami, banyaknya kenderaan sebelum dan sesudah terjadinya tsunami. Itu artinya Aceh mampu menjadikan bencana sebagai momen perubahan menuju kemajuan.

Kegagalan pertama belum lagi terjawab lalu muncul kegagalan kedua yaitu kegagalan akademik, kenapa tidak perjuangan penegerian STAI Gajah Putih sudah melewati waktu yang panjang bahkan mengorbankan dana dan tenaga yang tidak terkira tetapi hasilnya membuat mereka yang berjuang untuk itu harus kecewa. Buktinya dari 96 orang yang terima menjadi Pegawai di STAIN Gajah Putih hanya dua orang yang berasal dari mereka yang berasal dari Gayo.

Dari segi kualitas STAIN Gajah Putih kedepan kita patut berbangga, karena mereka yang lulus pastilah orang-orang yang menang ketika bertanding di tingkat Nasional dan mereka memilih STAIN Gajah Putih untuk tempat mereka mengabdi, namun dari sisi lain kegagalan dengan tidak lulusnya orang Gayo selain dari dua orang yang telah lulus, ini  menunjukkan kegagalan akademik yang selama bertahun-tahun telah berjalan di Gayo. Kegagalan akademik ini kemungkinan kita yang berada di luar kampus tidak akan pernah tau karena selama ini berjalan biasa-biasa saja dan tidak ada orang luar yang bisa masuk ke dalam sistem yang telah di bangun, tapi akhirnya dengan sistem seleksi yang dibuat dan berorientasi nasional terbukti bahwa kita belum mampu berbuat walaupun sedikit, kita belum siap menembus dan berperan di dunia yang terbuka dengan memberi kesempatan orang lain menjadi bagian dari diri kita. Mungkin jugalah yang ditakutkan selama ini.

Itulah dua bencana terbesar yang terjadi di akhir tahun 2013 di Gayo, kini dunia menunggu dan ingin melihat apakah orang Gayo bisa belajar dari dua kegagalan yang merupakan bencana sejarah bagi orang Gayo atau orang Gayo hanya bisa bilang itu sudah menjadi takdir bagi kita yang harus kita terima.

*Kolumnis tetap di media LintasGAYO

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.