Haji Aman Kuba, Hartawan Gayo yang Melegenda

oleh
Salah satu ruang kerja Haji Aman Kuba yang telah direnovasi. (Khalis)
Salah satu ruang kerja Haji Aman Kuba yang telah direnovasi. (Khalis)

Catatan : Khalisuddin*

Ike lagu noya carae, Aman Kuba pe belohe. Begitulah kalimat sindiran atau kritikan yang kerap terdengar di Gayo saat seseorang melakukan kesalahan dalam berbisnis atau pemborosan.

Haji Aman Kuba adalah pebisnis handal yang kaya raya dalam sejarah Gayo, bahkan sudah melegenda bagi masyarakat Gayo hingga ada istilah populer di Gayo yang memakai namanya. Padahal Haji Aman Kuba itu tidak bisa menulis, tapi bisa membaca, begitu kata Sukamto, seorang karyawan usaha pengolahan kopi Haji Aman Kuba (HAK) saat ditemui di pabrik pengusaha Gayo kesohor tersebut di Reje Bukit Takengon, Rabu 25 September 2013.

Seperti tidak masuk akal, namun begitulah kenyataan yang diutarakan karyawan yang telah bekerja dengan Haji Aman Kuba sejak tahun 1978 bahkan hingga sekarang.

Walau tidak bisa menulis kecuali teken meneken (tanda tangan-red), Haji Aman Kuba tidak mengalami kesulitan karena dia mempunyai karyawan-karyawan (kerani-red) yang setia dalam menjalankan berbagai macam bisnisnya, penggilingan gabah kopi, jual beli kopi, jasa angkutan barang, perkayuan hingga jasa konstruksi.

“Pak Haji tidak pernah tampak marah kepada karyawan termasuk saya. Jikapun merah kepada seseorang dia menyuruh yang bersangkutan untuk istirahat”, kata Sukamto kelahiran tahun 1940 ini.

Tempat usaha penggilingan kopi dan padi Haji Aman Kuba di Reje Bukit Takengon. (Khalis)
Tempat usaha penggilingan kopi dan padi Haji Aman Kuba di Reje Bukit Takengon. (Khalis)

Kamu tampaknya lelah, istirahat dan pulanglah, besok lusa kalau kamu sudah tidak lelah lagi datang kemari untuk bekerja. “Begitu kata Pak Haji jika marah kepada seseorang yang tak becus bekerja,” kenang Sukamto.

Haji Aman Kuba memang dikenal sebagai sosok kaya raya di dataran tinggi Gayo, bahkan bisa dikatakan melegenda yang terbukti dengan munculnya istilah pengganti kalimat merugi atau konyol dalam berbisnis. “Ike lagu cara dagang ni, Aman Kuba pe belohe” yang maksudnya jika seperti itu caranya, Aman Kuba pun bangkrut. Kalimat sangat kerap di dengar di Tanoh Gayo umumnya.

Sosok Aman Kuba dikenal sangat disiplin dalam bekerja termasuk membayarkan upah karyawannya. “Bayar gaji tidak pernah telat”, kata Sukamto. Pak Haji tidak kikir, dan terkenal sangat dermawan kepada yang membutuhkan.

Kehebatan lain Aman Kuba dalam menjalankan usahanya, walau begitu banyak karyawan dia mengetahui karakteristik karyawannya. “Dia tau mana yang malas, bisa kerja dan mana yang tidak. Dia juga memberi bonus jika prestasi kerja bagus”, kata Sukamto.

Lokasi penggilingan kopi dan padi milik Haji Aman Kuba di Reje Bukit Takengon juga bisa dikatakan sebagai saksi sejarah di Gayo. Pernah menjadi pabrik pembuatan uang resmi Republik Indonesia dimasa awal kemerdekaan Republik Indonesia, begitu penuturan saksi sejarah Gayo, Gecik Tue Mongal semasa hidupnya kepada penulis, dua tahun lalu sebelum mangkat beberapa bulan lalu.

Mesin penggilingan kopi peninggalan Aman Kuba. (Khalis)
Mesin penggilingan kopi peninggalan Aman Kuba. (Khalis)

Diantara sisa-sisa kejayaan Haji Aman Kuba berbentuk bangunan selain pabrik dan gudang kopi Reje Bukit juga ada Roda Pendere Saril, kilang kopi dan padi Gelelungi, serta rumah toko (ruko) di Banda Aceh yang berlokasi beberapa meter dari Masjid Raya Baiturrahman.

Roda Pendere Saril dibangun Haji Aman Kuba dengan memanfaatkan tenaga air Peusangan yang dirancang oleh seorang tentara Jepang yang tidak mau pulang ke negaranya, Umar yang dikenal dengan panggilan Umar Jepang Taring (Umar si Jepang tinggal-red). Aman Kuba mesti jual sebanyak 13 truknya untuk merampungkan Roda Pendere Saril dengan empat fungsi (four in one), sebagai mesin penggiling padi, penggiling kopi, pengolahan kayu dan listrik tenaga air.

Sebagai upah kerja Umar rampungkan Roda Pendere, Aman Kuba menyerahkan 1 unit jeep kesayanggannya kepada Umar. Rencana pembanguna  Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan di tahun 1990-an membuat pabrik ini terganggu operasionalnya yang ditimpali dengan berpulangnya Aman Kuba di tahun 1990.

Padahal hingga kini, pembangunan PLTA Peusangan tidak menyentuh lokasi maupun aliran sungai Peusangan dilokasi dan disekitar Roda Pendere Saril.

Roda Pendere Saril. (Foto : Khalis)
Roda Pendere Saril. (Foto : Khalis)

Aman Kuba juga dikenal sebagai eksportir kopi yang memulai usahanya sejak tahun 1958. Kini usaha Haji Aman Kuba dikelola oleh anak-anak Haji Aman Kuba. “Saya berharap mereka dapat mengikuti jejak ayahnya,” harap Sukamto yang masih setia bekerja di tempat Aman Kuba yang bernama asli Hasyim itu.

Sukamto, karyawan Aman Kuba sehaj tahun 1978 hingga kini. (khalis)
Sukamto, karyawan Aman Kuba sejak tahun 1978 hingga kini. (Khalis)

Menelusuri bagaimana sepak terjang Haji Aman Kuba semasa hidupnya agak sulit karena nyaris seluruh anggota keluarganya tidak mengikuti perjalanan bisnis Aman Kuba. Sahabat-sahabat Aman Kuba juga sudah banyak yang meninggal dunia seperti Yusuf, Syamsudin CV. Sarana, Reje Putih di Blang Kolak Dua, H. Abu Bakar Syama’un, dan lain-lain. Jikapun masih hidup seperti Tgk. M Ali Djadun sudah sulit dimintai keterangannya karena sudah berusia lanjut dan kerap sakit-sakitan.

Cukuplah tidak tercatatnya sejarah H. Aman Kuba menjadi pelajaran bagi generasi muda Gayo sekarang. Sejarah mesti ditulis sedetil-detilnya, bukan sekedar untuk dikenang dimasa yang akan datang, juga sebagai salahsatu benteng pertahanan mengundur waktu kepunahan suku bangsa Gayo dari muka bumi.

*Pemerhati Sejarah Gayo, tinggal di Pegasing Takengon

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.