Keluarga Bedul Menggantungkan Hidup dari Air Nira

oleh

bedulPekerjaan yang dilakoni keluarga Abdul alias Bedul beserta istrinya Poniyem, warga Isaq Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah, selama 7 tahun ini dengan menggantungkan hidup dari pohon Nira (Gayo : Pangoh), di Kemukiman Kemerleng Linge-Isaq.

Dari batang-batang tersebut, diolah air nira menjadi gula aren yang dijual guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga Bedul, dengan 6 orang anak, 2 diantaranya sedang melangsungkan pendidikan kuliah dan bersekolah. Cairan itu disadap dari bunga jantan pohon aren, rasanya begitu segar dan manis karena mengandung kadar gula 10 – 15%.

Tak hanya diolah menjadi gula, air-air nira yang dipanen juga ramai dikunjungi pembeli yang melintas di jalan Takengon-Belang Kejeren Gayo Lues itu, mereka singgah guna sedikit menyicipi rasa yang dihasilkan bahan baku untuk pembuatan gula aren itu.

“Banyak yang singgah kemari, ingin mencoba air nira, karena tempat kami memasak air ini menjadi gula terletak ditepi jalan Takengon-Belang Kejeren”, kata Poniyem kepada LintasGayo.co, Minggu (28/7/2013).

Dia mengatakan, keluarganya hanya bergantung dari hasil panen pohon nira tersebut, dan sebulannya keluarga ini bisa mendapatkan keuntungan minimal 2 juta rupiah.

“Jika tidak diganggu Kera (sejenis monyet yang juga suka meminum air nira), penghasilan kami bisa lebih, jika ada gangguan minimalnya sebulan 2 juta rupiah”, ujarnya.

561784_10200521719950407_1042621857_nDia menambahkan, lahan tempat dimana pohon nira tumbuh juga bukan milik keluarganya, melainkan mereka menyewanya kepada pimilik lahan. “Lahan ini juga bukan milik kami, kami menyewanya, pemiliknya berada di Kota Takengon”, kata Poniyem yang mengaku keluarga hanya bergantung pada 6 pohon batang nira saja.

Dia melanjutkan, proses pengolahan air nira menjadi gula aren, dibutuhkan waktu berjam-jam, dan dilakukan berdua bersama suaminya. “Prosen pembuatan gula aren bisa memakan waktu berjam-jam, biasanya setelah dipanen airnya pada pagi hari, mulai pukul 08.00 WIB dimasak hingga pukul 15.00, dan dibutuhkan kesabaran dalam proses pembuatannya”, tuturnya.

46386_10200521721670450_1752741299_nDalam seharinya, jika memasuki masa panen, keluarga Bedul bisa membuat 15 turus gula aren (1 turus = 10 tampang), dan dijual dengan harga 15 ribu rupiah per 1 turusnya. Keluarga ini menjualnya kepusat Kota Takengon dan juga banyak yang langsung membeli ketempat.  “Sudah ada yang tampung di Kota, terkadang pembeli langsung membeli kesini”, pungkas Poniyem.

Dikawasan ini, banyak masyarakat yang menjadi penderes air nira sebagai pekerjaan utamanya.

(Darmawan Masri)

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.