Hikmah dalam Musibah

oleh
Anak korban Gempa Gayo di tenda pengungsian. (LGco | doc. Zen)

Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[*]

jAMHURI

Dua musibah yang di alami masyarakat Gayo dalam waktu yang tidak berselang sampai saat ini belum selesai, musibah pertama Allah membalutnya dengan banyaknya rizki yang diberikan kepada masyarakat melalui buah kopi tetapi rizki tersebut tidak berpengaruh kepada kehidupan masyarakat. Musibah kedua adalah gempa bumi yang menguncang Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah dengan menghancurkan seluruh tempat ibadah dan sebagian besar tempat tinggal (rumah) penduduk.

Itulah dua bentuk cobaan yang dihadapi masyarakat dalam wujud yang berbeda, pertama Tuhan memberi makna rizki dengan banyaknya buah kopi yang dibalut dengan rendahnya harga jual dan bahkan sampai saat ini ketika buah kopi tidak banyak lagi namun harga semakin rendah. Untuk cobaan yang kedua musibah gempa bumi dibalut dengan rizki, dimana ketika gempa bumi melanda Gayo semua mata tertuju kepada Gayo yang terkena musibah, tidak hanya keprihatinan dari masyarakat Aceh tapi juga dari masyarakat seluruh Indonesia bahkan sebagian dunia. Mereka memberi bantuan dengan jumlah yang banyak dan berbagai jenis kebutuhan mulai dari kebutuhan pokok (sembako) sampai kepada pakaian yang baru dan pakaian layak pakai.

Ketika musibah yang dibalut dengan rizki yang menimpa kita secara individu dan masyarakat biasa yang ditonjolkan adalah sisi materialnya, karena itu sering terjadi diantara anggota masyarakat saling memanfaatkan dan saling menyalahkan sehingga tidak terjadi perubahan sikap dan mental. Artinya ketika rizki dengan banyaknya buah kopi dan mahahnya harga orang-orang masih berpikir bahwa rizki yang didapat adalah merupakan hasil usahanya secara murni seolah tidak melibatkan peran Yang Maha Pemberi Rizki (Tuhan) sehingga mereka tidak mengeluarkan bahwa dalam harta mereka ada hak orang lain, terlebih lagi ketika rizki yang diberikan dalam jumlah yang banyak dan ketika dijual dengan harga yang murah mereka sering mencari kambing hitam terhadap apa yang mereka dapat, apakah kesalahan itu ditujukan kepada penguasa yang tidak peduli dengan nasib mereka atau kepada pihak yang terlibat dalam perdagangan hasil pertanian mereka.

Cobaan yang dialami manusia merupakan taqdir Tuhan dimana manusia tidak selalu  berada dalam kebahagiaan, kegembiraan dan kesenangan dan tidak juga selalu berada dalam kesengsaraan, kesedihan dan kesusahan. Antara kebahagiaan, kegembiraan, kesnangan dan kesengsaraan, kesedihan dan kesusahan biasa datang kepada manusia saling bergantian karena itu manusia harus memahami bahwa dalam kesenangan pasti ada kesedihan demikian juga sebaliknya di dalam kesengsaraan ada kesenangan. Manusia sering menang dan tidak melupakan Tuhan ketika di coba dengan kesusahan dan menjadi lalai dan melupakan Tuhan ketika dicoba dengan kesenangan.

Untuk menyikapi dua musibah yang dihadapi masyarakat Gayo ada baiknya kita mengintrospeksi diri dengan mempercayai bahwa rizki dan musibah yang diberikan olah Tuhan kepada daerah Gayo merupakan cobaan bahwa di dalam rizki yang kita dapat ada ada hak orang lain dan dalam bencana yang menimpa kita ada hak yang kita dapat dari kewajiban orang lain. Karena itu kita tidak bisa lupa kepada Tuhan ketika diberi rizki yang banyak demikian juga ketika diberikan musibah berat.

[*] Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.


Ikuti dan saksikan video menarik dalam channel kami, jangan lupa like and subscribe

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.