Al-Qur’an Sebagai Pedoman

oleh

Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[*]

jAMHURI

Kebanyakan ulama sepakat mengatakan bahwa al-Qur’an di turunkan pada bulan ramadhan tepatnya pada ke 17, tidak semua ayat diturunkan pada ke 17 dari bulan ramadhan tersebut tetapi menurut ulama juga ditanggal tersebut pertama kali al-Qur’an ditirurunkan, sedang ayat-ayat yang lainnya diturunkan secara berangsur sampai memakan waktu kurang lebih 23 tahun.

Al-Qur’an dijadikan pedoman didalam kehidupan manusia keseluruhan, tidak hanya kaum muslim tetapi juga mereka yang non muslim, artinya semua orang yang menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman tidak akan pernah salah dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk orang yang menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup hanya untuk kehidupan dunia semata maka orang yang demikian akan selamat dalam kehidupannya di dunia, namun untuk orang-orang muslim al-Qur’an tidak hanya dijadikan pedoman hidup di dunia semata tetapi juga untuk pedoman hidup di dunia untuk menuju kehidupan akhirat.

Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, karenanya banyak orang yang tidak bisa memahami maksud Allah secara langsung dalam al-Qur’an tersebut, untuk mereka yang tidak paham diperintahkan supaya belajar guna mendapatkan informasi tentang apa yang ada dalam al-Qur’an kerena seluruh aspek kehidupan harus mengacu kepada apa yang menjadi isi dari al-Qur’an tersebut. Supaya semua orang termotifasi belajar membaca al-Qur’an dengan tidak hanya mengamalkannya, Allah menjadikan bahwa membaca apa yang tertulis dati kitab al-Qur’an adalah ibadah, juga sama dengan orang yang selalu melafalkan apa yang terekam di kepala mereka.

Al-Qur’an selalu menghargai perbuatan baik yang dilakukan oleh mereka yang meyakini kebenaran kebenaran al-Qur’an tersebut malahan diperintahkan untuk selalu berbuat baik, dengan janji bahwa mereka yang selalu melakukan perbuatan tidak pernah merugi di dalam kehidupan mereka sepanjang masa. Dalam hal ketidak merugian orang yang berbuat baik disamakan dengan mereka yang beriman dan mereka yang selalu saling mengingatkan untuk kebenaran dan selalu mengingatkan dalam kesabaran.

Di sisi Allah derajat manusia sama daam segala segi, baik mereka yang memiliki harta ataupun mereka yang miskin, mereka yang mempunyai jabatan atau mereka sbagai masyarakat biasa,  perbedaan hanya ditentukan oleh kepatuhan kepada perintah dan laranga-Nya. Mereka yang mematuhi perintah Allah dimasukkan dalam kelompok orang yang paling mulia dan mereka yang tidak patuh dengan perintahnya digolongkan kepada mereka yang tidak patuh atau mengingkari perintah-Nya.

Bila kita belajar dari priode penurunan al-Qur’an maka kita dapati dua hal yang menjadi perhatian, pertama ayat-ayat yang berhubungan dengan aqidah yaitu ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah dan yang kedua adalah ayat yang berhubungan dengan kegiatan sosial dan kemasyarakatan  serta ayat hukum dan penegakannya diturunkan di Madinah. Isyarat ini menunjukkan bahwa keyakinan akan ada-Nya Allah dan apa yang diperintahkan untuk diimani labih utama untuk dijadikan fondasi dalam kehidupan dan setelah itu maka kehidupan sosial kemasyarakat dan penegakan hukum tidak juga bisa diabaikan.

Allah juga menyebutkan di dalam al-Qur’an bahwa fase kehidupan manusia itu ada tiga tahapan, pertama ketika Allah mengumpulkan semua roh manusia dan pada saat ini terjadi ikran kesetiaan bahwa Allah sebagai Khalik dan manusia sebagai makhluk, kemudian fase kedua adalah ketika manusia dilahirkan kedunia yang pana seperti yang kita alami pada saat sekarang ini, dimana pada fase ini Allah memberi kepada kita kesempatan untuk memilih apakah kita pada kehidupan selanjutnnya mendapatkan kehidupan yang baik dengan imbalan surga atau mendapat imbalan yang tidak baik yaitu neraka. Kendati Allah memberi kita kesempatan memilih tetapi Allam melalu al-Qur’an selalu mengingatkan bahwa diantara kedua tempat tersebut bahwa surga adalah sebaik-baik tempat dan neraka adalah seburuk-buruk tempat dan selanjutnya perlu juga di ketahui bahwa dalam fase memilih ini Allah selalu merekam setiap gerak gerik yang dilakukan dengan tidak ada yang luput walauput sekejap, sehingga sebenarnya manusia itu tau apakah pekerjaan yang telah dilakukan selama ini lebih banyak yang baiknya atau lebih banyak yang buruknya karena al-Qur’an telah menentukan kategori perbuatan yang baik dan erbuatan yang buruk.

Fase ketiga adalah fase dimana manusia dibangkitkan dari alam kematian atau disebut juga dengan hari terakhir yang tidak ada lagi kematian setelah kebangkitan tersebut, pada fase ini merupakan fase penentuan apakah selama kehidupan pada fase kedua kita memilih perbuatan yang baik sesuai dengan petunjuk atau memilih yang tidak baik yaitu perbuatan yang tidak memperdulikan petunjuk. Di sini perlu dipahami juga bahwa pada fase ketiga merupakan fase terakhir dari kehidupan sehingga tidak ada lagi artinya dengan penyesalan terhadap apa yang telah dilakukan pada pase kedua.


[*] Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.