Tebarkan Manisku
Tabu oh tebu
taklagi semanis dulu
sendu awan kelabu
seolah terus memburu
Tepi di gubuk kebun tebu
warna merah meluap panas
yang beraduk diatas tungku
dialah hidup rimbun bukit tua itu
Masih tersisakah asa itu
Atau tinggal harapan palsu
tanpa menunggu dan terus berharap
harum manis itu…
Sepanjang jalan menunju rumah
sepanjang purnama di langit ramah
sepanjang diampasnya
adalah harum tak kulupakan
tentang masa depan itu
Berlalu seiring waktu berganti
Tetap manis tebuku
luaskan rasa dan harum pada negeri
dari Blang Mancung, kota lamaku ini…
Tabah pada ayunan Rabbi
dan Menebar kembali pesona lalang
hingga waktu yang panjang
Ya tiada batas lagi
TAKENGON, untuk Blang Mancung
RAHMA YANTI adalah perempuan Gayo sederhana yang suka menulis puisi dengan “hati”. Kata-kata puisinya ringan saja, agar anak didik dapat ikut membacanya. Dia sarjana pendidikan yang kini mengajar di MAN Belang Kejeren, Gayo Lues. Beberapa waktu lalu, dia juga mengalami gempa dahsyat, hingga perempuan kelahiran Takengon ini pun senang disapa “Inen Zahwa”, menulis puisi untuk Blemang mancung, daerah tebu yang dilanda Gempa parah beberapa waktu lalu.