Penjere Tama

oleh

Penjere-TamaSalah satu kerajinan khas masyarakat Gayo yang telah dikenal sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu, kini mulai tak dikenal lagi dikalangan anak muda Gayo saat ini, kerajinan membuat sangkar burung (Gayo : Penjere Manuk) dulunya sangat digemari oleh anak-anak Gayo bahkan ketingkat orang dewasa pun masih menjadikan kerajinan ini sebagai mainan sehari-hari mengisi waktu luang.

Tak bisa dipungkiri seiring perkembangan zaman modern saat ini, hal tersebut mulai ditinggalkan oleh generasi muda Gayo saat ini, mereka memilih beralih kepermainan modern seperti play station, game online dan sebagai nya. Padahal, kerajinan membuat sangkar burung merupakan keahlian yang bisa membuat mandiri kepribadian seseorang, karena dibutuhkan kesabaran dalam membuatnya terutama dalam pembuatan sangkar berbentuk perangkap (Gayo : Penjere Tama).

Seperti yang diutarakan, Hasan Basri (36) warga kampung Belang Bebangka Kecamatan Pegasing Aceh Tengah ini, yang kesehariannya bekerja sebagai tukang service barang elektronik, Selasa (17/06/2013) dikediamannya.

Kesibukannya sebagai tukang service elektronik, tak menjadikannya meninggalkan kegemarannya yang telah lahir sejak dirinya masih duduk dibangku sekolah dasar, 30 tahun yang lalu untuk membuat Penjere Tama.

Menurutnya, membuat sebuah Penjere Tama,  yang digunakan sebagai perangkap burung itu membutuhkan kesabaran yang lebih, agar mendapatkan hasil yang maksimal.

“Dulu saya membuat ini tak ada belajar, saya hanya melihat ayah saya yang kesehariannya membuat Penjere Tama dimalam hari, pagi Ayah saya pergi ke kebun, malam harinya ayah sibuk membuat Penjere Tama, saya pun memperhatikan ayah membuatnya, hingga saya mencoba sendiri dan bertekad hingga bisa”, kata Hasan Basri.

Dia menambahkan, tidak butuh waktu yang lama untuk belajar membuat sebuah Penjere Tama yang memiliki kerapian sempurna, akan tetapi diawal-awal nya Hasan Basri sedikit risih untuk membuat sebuah Penjere Tama didepan ayahnya.

“Awalnya saya juga takut untuk mencobanya didepan ayah, karena ayah saya bilang kalau sudah mencoba sesuatu jangan tanggung-tanggung harus jadi, biasa ayah akan marah besar apabila saya membuat sesuatu dengan setengah hati, dari situ saya mencoba diam-diam membuat nya, disaat ayah pergi ke kebun”, cerita Hasan Basri.

Dia, juga mengatakan, Penjere Tama juga mengandung banyak istilah dalam pembuatannya, mulai dari pembuatan rongka (pondasi), rungang (tempat burung yang dijadikan umpan), tama (penjerat burung) hingga bubung lime (atap yang dijalin dengan menirukan atap yang berbentuk lima persegi).

“Jika semua itu sudah siap dikerjakan, maka jadilah sebuah Penjere Tama  yang memiliki nilai arsitektur yang indah, jika dibuat biasa-biasa saja maka kelihatan tidak akan menarik”, jelasnya.

Hasan Basri juga mengungkapkan, keindahan dalam membuat Penjere Tama  juga tak terlepas dari seberapa tertarik nya burung yang akan dijerat masuk kedalam perangkap (Gayo : Tama). Menurutnya, jika dibuat tidak menarik maka burung yang diperangkap tidak akan mau mendekat kedalam Penjere Tama (Gayo : Muang).

“Ike tos se gere jeroh, penjere gere neh dekar, tapi muang, sara anak manuk pe gere mera dekat, akati tose turah jeroh dan rapi”, ujar Hasan Basri berbahasa Gayo.

Saat ini, Hasan Basri sangat gemar mengajari anak-anak yang disekitar tempatnya tinggal membuat Penjere Tama, waktu senggang dalam kesehariannya sebagai tukang service elektronik dijadikannya membimbing anak-anak itu agar menajadi lebih kreatif tidak bermain hal-hal yang tidak posiitif yang dapat menghancurkan masa depan mereka.

“Disaat jenuh bekerja, saya sering mengajak anak-anak disini untuk mencari bahan membuat Penjere Tama, saya ajak mereka mencari Sange, terbong, dan oloh yang dijadikan bahan baku dalam membuat sebuah Penjere Tama”, ujarnya.

Hal itu dilakukannya, agar anak-anak sekitar tidak menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat seperti meminta uang kepada orang tua untuk bermain game online dan sebagainya.

“Mereka sangat senang saya ajari, dan bahkan ada yang sudah bisa membuatnya dengan rapi, orang tuanya pun merespon positif”, demikian kata Hasan Basri.

(Darmawan Masri)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.