2 Hari bersama kru “Hidangan Barakah” TV Alhijrah

oleh

Catatan Perjalanan : Khalisuddin

bersama-chefPANORAMA alam dataran tinggi Gayo kabupaten Aceh Tengah serta keramahan warganya dinilai masih alami dan punya daya tarik wisata luar biasa oleh kru TV Alhijrah yang hadir ke Takengon 23-24 Januari 2014 dalam rangkaian produksi program “Hidangan Barakah” di TV bernuansa Islam tersebut.

“Semua masih natural disini, indah dan orangnya ramah, ini potensi wisata yang sangat menarik,” kata Chef Master Sabri Hasan kepada LintasGayo.co, kamis 23 Januari 2014 lalu.

Dalam percakapannya bersama sejumlah kru TV dalam perjalanan melingkari Danau Lut Tawar, dia mengagumi muka atau wajah orang Gayo.

“Muka orang sini  seperti wajah orang Himalaya, wajah eksotik dan camera face,” kata sutradara acara tersebut, Aida diamini Master Chef Sabri dan rekan-rekannya.

Beberapa momen indah yang ditemui rombongan saat berada di Takengon antara lain saat meliput aktivitas pasar tradisional Gayo di jalan Peteri Ijo Takengon. “Ini asset wisata yang perlu dipertahankan,” kata Mujiburrizal, wakil ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Aceh yang mendapingi mereka.

Aktivitas Warga Gayo itu Objek Wisata

Saat di teluk Rawe, rombongan mendapati sekelompok ibu-ibu setempat yang sedang bergotongroyong menanam padi. Kru TV ini disambut hangat oleh ibu-ibu tersebut, dan bersedia saat diminta untuk diabadikan dengan kamera.

“Hebat, ibu-ibu tadi semua pake tudung menutup aurat dengan berselemak lumpur, mereka ramah sekali dan cara menanam padi masih tradisional. Ditempat kami tidak lagi seperti ini,” kata Chef Sabri.

Chef
Chef Sabri bersama Aman Mayak dan Inen Mayak di Bamil Nosar

Berlalu dari kawasan Rawe, rombongan memasuki perkampungan Bamil Nosar. Mereka mendadak diam dan saling pandang saat mendengar suara musik keras berirama “disco dangdut”. Ada pesta pernikahan di desa tersebut, panggung hiburan electone persis ditepi jalan di sisi kiri.

Tiba-tiba sang sutradara, Aida, menoleh ke kanan jalan, dia minta sopir menghentikan kenderaan lalu meminta LintasGayo.co memintakan izin kepada si empu hajatan itu agar memberi izin kepada mereka untuk mengambil gambar pengantinnya. Rupanya kedua pengantin (Aman Mayak dan Inen Mayak-Gayo:red) yang sedang dipestakan terlihat disanding dibawah teratak berhias ditepi jalan, keduanya berpakaian adat Gayo.

LintasGayo.co segera turun memenuhi permintaan Aida. Dan Empuni Sinte (tuan rumah acara-red) yang bernama Arkadius Aman Malia tidak keberatan. Satu persatu anggota rombongan turun dari bus Pariwisata milik Izal, seorang pebisnis biro perjalanan di Banda Aceh.

Ternyata sepasang pengantin itu berbeda suku dan negara. Aman Mayak yang bernama Ashraf ternyata warga negara Philipina yang baru masuk Islam dan kepincut dara Gayo yang bekerja di Malaysia, Maulida, putri asli Gayo Bamil Nosar.

Kondisi ini tentu diluar dugaan para kru TV berkewarnegaraan Malaysia itu, kru penghibur pesta menghentikan sejenak bunyi sound sistem yang hingar bingar dan digantikan dengan suara canang, gong dan gegedem ibu-ibu yang duduk di depan pelaminan. Mereka takjub luar biasa, dapat momen menarik dan segera mengabadikannya dengan pembawa acara Chef Sabri.

Suasana gembira tergambar dari orang-orang yang hadir di pesta tersebut. Mereka tak menduga mendapat kunjungan tamu istimewa walau tanpa diundang. Rombongan kru TV itu tidak diperkenankan beranjak sebelum menyantap makanan yang disediakan tuan rumah. Dan sebagai imbalannya, Mujiburrizal yang ternyata seorang vokalis kesenian Nasyid langsung membawakan lagu “Shalawat” dan Chef Sabri pun turut tampil di panggung.  Suasana betul-betul menggembirakan.

“Ini perjalanan syuting terbaik saya di Indonesia,” kata Chef Sabri bersemangat setelah mengambil gambar dan mewawancarai salah seorang petani yang sedang memanen kopi di Bintang, kawasan timur tepi danau Lut Tawar.

Perjalanan dilanjutkan ke Ujung Paking, satu lokasi wisata di kampung Kelitu. Kru bergegas menurunkan perlengkapan setelah menemukan lokas yang tepat mengambil latar belakang panorama gunung curam berbatu dan perkebunan warga kampung Sintep yang terkenan dengan kualitas kopi Arabika dan Alpokat. Dua episode rampung ditempat ini.

Rombongan kembali meneruskan perjalanan, dan agenda terakhir hari itu adalah melihat proses roasting (gonseng) kopi di Asa Kopi Simpang Wariji Takengon. Disini, aroma semerbak kopi yang sedang digonseng dengan mesin moderen segera tercium. Satu persatu kru TV itu memesan sajian kopi yang disediakan dan tidak lupa membeli beberapa kopi kemasan untuk dibawa pulang sebagai souvenir.

Armiadi, pemilik kopi yang sedang meroasting kopi segera diwawancarai Chef Sabri dengan todongan kamera. Dia khawatir kehilangan momen. Begitu juga dengan sang Barista, Iwan dalam aktivitasnya meracik kopi untuk para pelanggannya. Kepada keduanya, Chef Sabri menanyai banyak hal tentang seluk beluk kopi Arabika Gayo yang terkenal citarasanya.

Keesokannya, Juma’t 24 januari 2014, pagi-pagi seiring terbitnya matahari, rombongan sudah berada di tepi danau Lut Tawar, di halaman rumah warga Mendale Kebayakan, Darul Aman. Dia seorang nelayan Depik telah membuat janji dengan kru TV Alhijrah untuk mengambil gambar dan cerita tentang ikan endemik danau Lut Tawar, Depik (Rasbora tawarensis).

Mereka takjub dengan suasana di lokasi tersebut, seputar kediaman Darul Aman yang berlokasi persis ditepi danau terlihat asri dan bersih, bagian timur bersisi dengan danau dan barat hamparan sawah hijau.

Lagi-lagi, hidup bergotong royong dan keramahan kepada tamu ditunjukkan ibu-ibu setempat yang bersama-sama mengambil ikan Depik dari jaring (doran:Gayo-red) hasil tangkapan Darul Aman dan kawan-kawan. Tangkapan tak terlalu banyak saat ini karena sedang terang bulan. Begitu kata Darul Aman.

Setelah pamit, Depik tangkapan mereka dibeli oleh pedagang pengumpul, Chef Sabri menginginkan Depik yang dikeringkan untuk diracik menjadi “Hidangan Barakah”. Mereka memilih lokasi syuting di kebun Nenas yang tentunya berlokasi di Pegasing, kebun milik keluarga Aman Tin di Kayu Kul. Kebun nenas yang terkenal subur dan kualitas nenasnya terbaik di kawasan tersebut. Lagi-lagi mereka berinteraksi dengan sepasang suami istri warga Gayo yang ramah.

Kebun dengan lokasi berlatar gunung dan kerimbunan pohon-pohon pinus. Kru TV itu gembira, mereka segera menurunkan perlengkapan dari mobil dan memilih lokasi yang dinilai tepat. Sebelumnya, sang empunya kebun menyuguhkan nenas asam-asam manis untuk tetamu itu. Sesaat kemudian, Chef sabri sudah berlagak di depan beberapa kamera, 2 episode terlampaui, masakan sambal Depik pedas dan Rujak ala Chef Sabri.

Rupanya, seorang pengusaha rujak nenas, Boiman, pemilik Voles Nenas Bola Cafe menguntit prosesi syuting tersebut. Dan kepada Chef Sabri dia bertanya banyak hal tentang resep rujak.

Rasa lapar dan keinginan menyeruput kopi mulai terasa, rombongan bersepakat segera ke Batas Kota cafe, walau jadwal yang direncanakan setelah shalat Jum’at. Dalam perjalanan, menyempatkan diri mencari souvenir Kerawang Gayo di Bebesen, beberapa penyedia souvenir Kerawang Gayo ada di tempat tersebut.

“Bagus tempatnya,” ujar Aida saat akan turun dari mobil di halaman Batas Kota Cafe. Chef Sabri turut segera turun dan langsung memuji kebersihan di cafe tersebut.

“Bersih tempatnya, saya suka ini,” ujarnya terlebih saat dia melongok ke dapur yang menurutnya sangat bersih.  “Seperti ini dapur yang layak dicontoh, hidangannya pasti enak,” kata dia kepada Akan Fauzul, juru masak handal sekaligus istri pemilik cafe tersebut, Muha.

Menu makan siang itu, oleh seorang penikmat kopi Gayo dan masakan khas Gayo, Muhammad Syukri ditawarkan paket The Madoh, sepaket menu khas Gayo, nasi, ikan mujahir masam jing, telur dedah, cecah terong Angur serta Depik (dedah, pengat dan goreng).

Namun rupanya, sebelum hidangan tersebut disaji, Avocado Coffee, satu racikan buah Alpokat dan espresso coffee disajikan. Kru TV inipun berdecak kagum. “Mantab” kata Chef Sabri yang sedang asyik mengobrol wisata Gayo bersama  sang barista di Cafe tersebut Win Ruhdi Bathin, Muhammad Syukri dan Mujiburrizal.

Dan disinilah akhir perjalanan mereka di Takengon, meninggalkan berjuta kenangan sekaligus keinginan untuk turut membantu sebisanya mempromosikan potensi Wisata Gayo Kabupaten Aceh Tengah yang bermuara pada peningkatan ekonomi masyarakat.

*Pemimpin Redaksi www.lintasgayo.co dan tabloid LintasGAYO

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.