Wisata Aceh Bisa Seperti Phattalung

oleh

Oleh : Mulkan Kautsar*

Thailand merupakan sebuah negara yang sangat terkenal akan pariwisatanya. Keindahan alam serta budayanya menarik banyak pelancong untuk datang menikmati suguhan yang diberikan oleh negara berjuluk gajah putih ini. Tidak heran, masyarakat Thailand juga dikenal sangat ramah dan suka tersenyum sehingga antara pariwisata dan karakter masyarakatnya berjalan sangat harmonis di negara ini. Tidak hanya itu, pertanian yang menjadi lumbung penghasilan utama negara juga dikemas dalam agrowisata sehingga potensi pariwisata semakin besar.

Di Thailand, kebersihan menjadi hal yang sangat menarik. Masyarakatnya sudah terbiasa membuang sampah pada tempatnya, bahkan limbah pertanian dikelola menjadi pupuk organik. Hal ini yang saya temukan di Provinsi Phattalung, sebuah provinsi yang terletak di Thailand bagian selatan. Wisata di Provinsi ini memang tidak seterkenal Phuket atau Pattaya, namun potensi alam yang dimiliki oleh Phattalung dimanfaatkan dengan sangat baik oleh mayarakatnya. Demikian pula dengan kebiasaan masyarakatnya dalam menjaga kebersihan.

Dalam program Agri-relationship of ASEAN universities Network yang berlangsung pada 17-31 juli 2017 lalu kami dibawa ke beberapa tempat wisata di Phattalung. Tempat wisata disini sangat menarik perhatian peserta yang berasal dari beberapa universitas di Thailand, Indonesia, Malaysia dan Jepang. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah Phattalung botanical garden. Tempat ini merupakan kawasan konservasi hutan rawa yang dilengkapi dengan jalan bersemen sehingga sangat menarik untuk berjalan kaki sambil menikmati hutan sekitar. Dari tempat ini kita juga dapat melihat Thale noi waterfowl yang menjadi kawasan perlindungan unggas perairan dan banyak ditumbuhi bunga nasional negara Thailand, yaitu teratai. Di Thale noi ini wisatawan juga bisa menikmati pemandangan sekitar dengan menyewa boat seharga 100 baht/orang.

Melihat wisata yang ada di Phattalung, saya jadi teringat dengan Dataran tinggi Gayo. Perbedaannya hanya Dataran tinggi Gayo terletak di wilayah di dataran tinggi yang diapit oleh pegunungan dan ini justru menjadi keunikan tersendiri bagi Dataran tinggi Gayo. Di Dataran tinggi Gayo terdapat danau laut tawar yang tidak kalah menarik dengan Thale noi dan hutan di dataran tinggi gayo juga bisa dimanfaatkan sebagai taman wisata alam seperti Phattalung botanical garden.

Sayangnya Dataran tinggi Gayo masih kalah dalam hal fasilitas dan promosi. Bila di Thale noi dengan mudah kita bisa menikmati wisata air menaiki boat, tidak demikian dengan danau laut tawar yang belum diperkenalkan hal serupa. Demikian pula hutan alami di Dataran tinggi gayo yang belum dilengkapi jalan memadai untuk dinikmati dengan jalan kaki. Permasalahan lainnya yaitu kesadaran turis dalam menjaga kebersihan kawasan wisata di Dataran tinggi Gayo masih tergolong rendah. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya sampah yang terkadang sengajka dibuang ke danau. Padahal ini dapat menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem alam danau laut tawar.

Di Phattalung, kami juga dibawa ke Bamboo orchard market dimana tempat ini dipenuhi oleh tanaman bambu dan pedagang tradisional. Barang yang diperdagangkan disini sebagian besar terbuat dari bambu dan kelapa. Disamping itu, berbagai makanan tradisional juga dijual untuk memanjakan lidah para pemburu kuliner. Apakah tempat seperti ini mungkin dibuat Aceh? Jawabannya mungkin saja. Bambu merupakan tanaman yang tumbuh dengan sangat baik di Aceh, disamping itu juga Aceh memiliki beraneka ragam kuliner yang sangat nikmat untuk dicoba. Hal ini selain akan memberdayakan perngrajin tradisional dan pedagang juga akan meningkatkan ekonomi masyarakat dari sektor wisata. Sejatinya Aceh memang bukan Phattalung, tapi Aceh punya warna tersendiri dan memiliki potensi yang sama seperti halnya Phattalung untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan di Indonesia.

* Mahasiswa Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Unsyiah

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.