Tebes Lues Akan Jadi Kampung Kopi Pertama di Aceh, Ini Konsepnya!

oleh

Oleh : Fathan Muhammad Taufiq*

Kampung Kopi Tebes Lues

Kesiapan Pemerintah Aceh sebagai tuan rumah Pekan Nasional (PENAS) Petani Nelayan ke XV tidak main-main, karena even tiga tahunan yang merupakan hajatan akbar bagi kontak tani nelayan seluruh Indonesia yang akan digelar pada bulan Mei 2017 yang akan datang ini, akan dihadiri tidak kurang dari 50.000 peserta dan pengunjung yang terdiri dari para kontak tani nelayan dari seluruh Indonesia, para pelaku usaha agribisnis dan peninjau dari beberapa Negara tetangga. Berbagai persiapan terus digarap jajaran SKPA lingkup pertanian untuk menampilkan yang terbaik bagi para tamu yang akan menghadiri even akbar ini.

Meskipun kegiatan Penas ke XV ini dipusatkan di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, namun seluruh kabupaten/kota di provinsi Aceh juga ikut mempersiapkan diri menyambut gelaran akbar para petani dan nelayan ini, tidak terkecuali kabupaten Aceh Tengah. Karena menurut agenda yang sudah disusun oleh panitia pelaksana Penas, kabupaten Aceh Tengah akan menjadi salah satu obyek kunjungan bagi seluruh peserta Penas. Untuk menyambut kedatangan para petani dan nelayan serta para pelaku usaha agribisnis ke Dataran Tinggi Gayo ini, secara khusus Dinas Perkebunan Aceh bersama Dinas Perkebunan dan Kehutanan Aceh Tengah telah memprogramkan destinasi utama kunjungan peserta Penas dengan mengangkat potensi utama daerah ini yaitu Kopi Arabika yang nantinya akan dikemas dalam bentuk Kampung Kopi.

Hal tersebut terungkap saat kunjungan Kepala Dinas Perkebunan Aceh Ir. M. Jailani A. Bakar, M.Si beserta rombongan ke kampung Tebes Lues kecamatan Bies Kabupaten Aceh Tengah hari Kamis (8/8/2016) yang lalu. Kunjungan tersebut sekaligus untuk memastikan kampung tersebut sebagai pilot project Kampung Kopi pertama di Aceh. Dipilihnya kampung Tebes Lues sebagai proyek percontohan kampung kopi ini didasari pertimbangan bahwa lokasi kampung ini tidak terlalu jauh dari pusat kota dan akses jalan menuju kampung ini juga cukup baik, disamping itu kondisi perkebunan kopi rakyat di kampung ini juga sangat baik, sehingga dinilai layak sebagai salah satu destinasi kunjungan wisata agro.

Kepala Dinas Perkebunan Aceh, Ir. M. Jailani A Bakar, M Si, usai meninjau beberapa titik di kampung Tebes Lues, menyatakan kepuasannya, kepada kru TVRI Aceh yang ikut dalam kunjungan tersebut, menyatakan rasa puasnya dengan kondsi lingkungan di kampung Tebes Lues ini. Dia merasa optimis program Kampung Kopi yang akan dilaksanakan di kampung ini akan terlaksana dengan baik karena dukungan masyarakat setempat juga sangat positif.

“Dari semua aspek, saya melihat kampung ini sudah siap untuk dikembangkan sebagai Kampung Kopi, selain kondisi perkebunan kopi disini memang sangat baik, masyarakat juga sangan mendukung program ini” ungkap Jailani.

Konsep Kampung Kopi Tebes Lues

Berbeda dengan konsep “Kampoeng Kopi” Banaran yang ada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, konsep kampung kopi yang akan diterapkan di kampung Tebes Lues ini, menurut Kabid. Investasi dan Pengolahan Hasil, Dinas Perkebunan Aceh, Ir. Syahril, M Agri, menggunakan konsep “Farmer’s Home Stay”. Lebih lanjut, alumni Fakultas Pertanian Unsyiah dan Magister Agribisnis IPB ini menjelaskan, dengan konsep ini, diharapkan para wisatawan tidak sekedar singgah di kampung kopi ini, tapi juga tinggal selama beberapa hari di rumah para petani kopi, menyatau dengan keseharian para petani kopi disini. Tentu ini akan sangat menarik bagi wisatawan yang berasal dari luar daerah maupun manca negara, karena mereka bisa melihat dan merasakan langsung proses budidaya, pengolahan sampai kopi Gayo yang sudah dikenal di seluruh dunia itu siap tersaji di meja.

Dengan konsep ini para pengunjung Kapung Kopi akan di ajak untuk larut dalam kehidupan sehari-sehari para petani kopi Gayo, mereka bisa melihat dan mempraktekkan langsung bagaiman menannam, merawat, memetik atau memanen, mengolah biji gelondong, sampai proses pembuatan bubuk kopi baik secara tradisinal maupun modern. Ditempat ini pengunjung juga bisa menikmati lezatnya hidangan kuliner Gayo dalam suasana perdesaan yang asri, tentu ini akan membawa kesan tersendiri yang tidak mudah dilupakan, lanjut Syahril. Konsep kampung kopi yang ditawarkan oleh Dinas Perkebunan Aceh ini, peran masyarakat setempat yang akan lebih ditonjolkan, karena dengan konsep ini, masyarakat akan terlibat aktif sebagai pelaku utama dalam wisata agro ini, sementara pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator untuk membantu kelangsungan wisata agro berbasis kopi Gayo ini.

Lebih lanjut Syahril menjelaskan, meskipun gagasan mengembangkan kampung kopi ini terkait dengan persiapan Penas ke XV dimana Aceh menjadi tuan rumah, namun konsep kampung kopi di Tebes Lues ini dirancang secara berkelanjutan, artinya pasca pelaksanaan Penas nantinya, kampung kopi ini tetap akan terus dikembangkan menjadi salah salah satu destinasi wisata andalan di dataran tinggi Gayo. Fenomena back to nature yang saat ini menjadi tren bagi para wisatawan dalam negeri maupun maca Negara, menjadi peluang untuk pengembangan konsep wisata agro berbasis partisipasi masyarakat ini.

Picu tumbuhnya perekonomian masyarakat

Konsep wiasata agro bertajuk kampung kopi yang akan dikembangkan di kampung Tebes Lues ini juga diharapkan akan memicu tumbuhnya industry kreatif sekala mikro di sekitar kampung kopi ini. Kedatangan para wisatawan ke desa ini secara kontinyu, akan merangsang tumbuhnya industry kerajinan dan cidera mata, juga industry pengolahan pangan dan hasil pertanian serta kuliner tradisional. Jika konsep ini berjalan sesuai dengan rencana, tentu akan terjadi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara signifikat, bukan saja bagi warga Tebes Lues tapi juga masyarakat di sekitarnya, ungkap Syahril.

“Bayangkan, untuk even Penas saja, kalau ada 20000 pengunjung datang ke desa ini, kemudian mereka membelanjakan uang mereka 500 ribu saja perorang, berapa uang yang akan berputar di desa ini, tentu ini peluang ekonomi yang sangat menjanjikan bagi masyarakat setempat, belum lagi jika setelah itu semakin banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi tempat ini,” ungkap Syahril

Untuk mendukung program kampung kopi ini, Syahril mengharapkan peran akif pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dengan memasukkan pengembangan kampung kopi ini menjadi skala proritas pembangunan pariwisata di daerah ini, menurut Syahril, Dinas Perkebunan Aceh hanya akan memfasilisatis pembangunan kampung kopi ini pada tahap awal, dan untuk selanjutnya pengelolaan kampung kopi ini akan diserahkan kepada pemerintah dan masyarakat setempat.

Dalam kesempatan tersebut, Syahril juga mengharapka dukungan para awak media yang ada di dataran tinggi gayo untuk ters mempromosikan dan mempublikasikan program ini, supaya kampung kopi Tebes Lues lebih cepat di kenal di luar daerah bahkan luar negeri.

Untuk tahap awal ini Dinas Pertanian Aceh akan memfasilitasi pembangunan saung yang nantinya akan menjadi “kafe alam” di tengah-tengah kebun kopi milik petani setempat. Selain itu berbagai peralatan pengolahan kopi seperti peralatan pasca panen, mesin pengolahan bubuk (roasting machine) dan mesin espresso juga akan diserahkan kepada masyarakat untuk mendukung program ini.

Masyarakat siap mendukung

Mendengar penjelasan dari Dinas Perkebunan Aceh tentang konsep kampung kopi yang akan dikembangkan di kampung Tebes Lues, masarakat setempat melalui Reje (Kepala Kampung) Suwandi menyatakan kesiaapannya untuk mendukung sepenuhnya pengembangan kampung kopi ini. Menurut Reje Tebes Lues , program ini sangat membantu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kampungnya, karena nantinya masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani kopi ini ini yang akan terlibat langsung sebagai pengelola kampung kopi ini.

Hal senada juga di ungkapkan oleh Koordinator BP3K Bies, Mulyadi yang turut mendampingi tim dari Dinas Perkebunan Aceh tersebut, dia menyatakan seluruh penyuluh pertanian yang ada di kecamatan Bies juga telah siap untuk melakukan pendampingan dan pembinaan kepada petani secara lebih intensif. Karena menurut Mulyadi, pengembangan kampung kopi ini sejalan program para penyuluh pertanian yaitu meningkatkan kesejahteraan petani. “Kedekatan para penyuluh pertanian dengan masyarakat tani yang sudah terjalin dengan baik selama ini, akan sangat membantu para penyuluh ini untuk melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani, sehingga program ini bisa terlaksana dengan baik,” ungkap Mulyadi.

Terpisah, Camat Bies, Muslim, SSTP juga menyatakan kesiapan aparat kecamatan untuk mendukung program ini. Menurut alumni STPDN yang sudah lebih dari tiga tahun dipercaya untuk memimpin wilayah kecamatan Bies ini, pengembangan kampung kopi di salah satu wilayahnya ini akan berdampak sangat positif bagi masyarakat, bukan saja di kecamatan Bies, tapi juga masyarakat Aceh tengah secara umum.

“Jika program ini terlaksana sesuai dengan konsep yang telah direncanakan, maka Tebes Lues akan mejadi kampung kopi pertama di Aceh, tentu ini sebuah kebanggaan, bukan saja bagi masyarakat Bies tapi juga seluruh masyarakat Aceh Tengah,” pungkas Muslim.

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.