Sejarah Asal-Usul Kampung Kemerleng Linge

oleh

Oleh : Hudaini*

Kampung Kemerleng terletak di wilayah administratif Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah. Keberadaan Kampung ini tergolong baru, karena baru dihuni pada tahun 60-an.

Berbeda dengan Kampung Isaq, yang memiliki historis panjang dalam peradaban Gayo. Kemerleng, jaraknya tak jauh dari Isaq.

Bersama ini, saya mencoba mengulas tentang asal-usul Kampung Kemerleng. Sebagai putri dari daerah ini, saya punya tanggung jawab moral untuk menulisnya.

Menurut sejarahnya, kawasan Kampung Kemerleng dulunya adalah hutan belantara dan rawa-rawa yang dipenuhi tanaman air berupa enceng gondok.

Dalam bahasa Gayo, tanaman air itu disebut dengan Kerleng atau Kekerleng dan atau Kerleng Pogeng. Dari nama itulah, muncul sebutan Kemerleng yang kemudian ditabalkan menjadi nama Kampung.

Pada saat itu, kawasan ini cukup sunyi. Jarang ada orang yang melintas, bahkan belum ada penduduk yang tinggal disana.

Menurut cacatan sejarah warga di Kemerleng. Kawasan ini dipugar oleh sepasang suami istri yang dikenal dwngan nama Muhammad A Esah dan Aminah. Keduanya mulai membuat tempat tinggal dari kayu pada tahun 1966 di daerah tersebut.

Aman Esah sebelum memugar ke Kemerleng merupakan Reje di Uning Isaq selama 14 tahun, kemudian memilih mandah dan membuka tempat pemukiman baru di Kemerleng.

Secara ekonomi, Aman Esah tergolong orang berada, punya harga lumayan banyak, sawah dan kebun serta memiliki 30 ekor kerbau. Ia pun pernah memperkerjakan orang-orang dari Pulau Jawa untuk menderes getah Pinus (Uyem : Gayo-Red).

Para pekerja ini lah yang diajak untuk membuka lahan di kawasan Kemerleng. Dan Aman Esah lah yang menyatakan bahwa asal nama Kemerleng berasal dari Kerleng atau Kekerleng tadinya. Saat ini, ia menjabat sebagai Petue Kampung setempat.

Saat membuka tempat itu bersama pekerja dari Pulau Jawa, Aman Esah membiayai 12 KK pekerja itymu dengan menggarap lahan pertanian dan menanaminya dengan kacang merah dan kacang tanah.

Setelah keadaan ekonomi para pekerja itu membaik, para pekerja dari Jawa itu pulang kampung, mereka pun mulai mengajak sanak saudaranya agar pindah ke Kemerleng dengan bertani kopi, durian dan tanaman lainnya.

Saat ini, penduduk di Kemerleng mencapai 100 KK atau lebih kurang 300 jiwa. Saat ini, Kemerleng didominasi oleh pendatang dari Pulau Jawa, namun adat Gayo masih kental terasa di daerah ini.

Pada tahun 1998 masyarakat Kampung Kemerleng membangun sebuah masjid dengan bantuan TNI, yang terbuat dari bahan kayu untuk tempat ibadah masyarakat Kampung Kemerleng.

“Pada tahun 1997 Kampung Kemerleng dilanda banjir sehingga mersah yang di buat di samping sungai itu hanyut terbawa arus dan pada tahun 1998 TNI datang dan membangun masjid dengan bahan kayu di seberangnya,” ujar Sutomo, Sekretaris Kampung Kemerleng beberapa waktu lalu.

*Warga Kemerleng

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.