Pilkada Aceh 2017 Berkualitas, tapi Rawan Pemanfaatan Isu Agama

oleh

diskusi-publikBanda Aceh-LintasGayo.co : Pilkada Aceh 2017 dinilai akan rawan dengan pemanfaatan isu agama sebagai salah satu isu kampanye. Demikian diungkapkan Wakil Kepala Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik UIN Ar-Raniry, Banda Aceh Sahlan saat diskusi publik, Isu Agama dan Potensi Konflik Pilkada Aceh 2017, yang diselenggarakan oleh Prodi Sosiologi Agama UIN Ar-Raniry dan Aceh Development Watch (ADW), Kamis 27 Oktober 2016 di Aula Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry.

Diskusi Public ini juga menghadirkan narasumber lain Drs. Saidan Nafi, SH, M.Hum (Kepala Badan Kesbangpol Linmas Aceh) dan Mukhlisuddin Ilyas, M.Pd (Forum Koordinasi Penanggulangan dan Pencegahan Terorisme Aceh).

Menurut Sahlan, setidaknya ada dua faktor yang mendorong terjadinya konflik dalam pilkada Aceh 2017. (Pertama), adalah keterlibatan para mantan GAM sebagai kandidat yang saling bersaing, dimana masing-masing memiliki basis pendukung loyal dan bahkan fanatik. Keberadaan kelompok pendukung ini berpotensi menimbulkan gesekan dalam masyarakat terutama ketika mereka membela kandidatnya dari serangan kelompok pesaing. (Kedua), faktor sosio-etnik dalam masyarakat Aceh, yang kebetulan beberapa kandidat adalah representasi etniknya dalam persaingan pilkada Aceh 2017.

“Namun demikian, isu sosio-etnik dan ekonomi dalam pilkada, telah dimulai sejak pilkada pertama setelah MoU, dan dinilai Sahlan tidak lagi memberi pengaruh signifikan pada masyarakat. “Isu itu sudah usang, jika pun direproduksi kembali tidak lagi berpengaruh terhadap masyarakat, karena mereka sudah bisa menilai dari realitas-realitas setelah pilkada selesai.” Oleh karena itu, menurut Sahlan, isu agama  lebih dimungkinkan untuk digunakan oleh para kandidat. Apalagi dalam dua tahun terakhir di Aceh banyak terjadi aksi gerakan dan bahkan konflik yang berlatarbelakang isu agama,” tegasnya.

Sementara, Kepala Badan Kesbangpol Linmas Aceh, Drs. Saidan Nafi, SH, M.Hum mengatakan, Pilkada Aceh 2017 tetap berpotensi terjadi konflik, apalagi beberapa berasal dari satu kelompok dengan basis pendukung sama. Kondisi ini dinilai memungkinkan terjadi gesekan antar kandidat karena masing-masing pendukung mengetahui kemampuan dan kapasitas saingannya. Di sisi lain, Saidan menilai kelompok mahasiswa dan pemuda sudah banyak terafiliasi dengan kubu-kubu kandidat. Hal ini dapat menyebabkan lemahnya kontrol dari kelompok tersebut terhadap proses pelaksanaan pilkada terutama dalam hal kecurangan-kecurangan pilkada. Karena itu, Saidan menghimbau mahasiswa dan kelompok pemuda harus menyatukan gerakannya untuk mendorong proses pilkada yang damai, jujur dan adil. Dan pemerintah daerah siap bekerja dengan mahasiswa dalam mendorong proses tersebut.

Senada dengan Saidan, Mukhlisuddin Ilyas, M.Pd dari Forum Koordinasi Penanggulangan dan Pencegahan Terorisme Aceh yang tampil sebagai narasumber ketiga dalam diskusi publik ini menyatakan, wilayah Aceh dalam sirkulasi kondisi damai dan konflik, keadaan ini akan terus terjadi sampai kekecewaan-kekecewaan kelompok masyarakat bisa dikurangi sekecil mungkin oleh pihak-pihak yang terlibat dalam kekuasaan dan pihak terkait lainnya.

Konflik yang selama ini terjadi di Aceh, dinilai Mukhlis dikelola dan dipengaruhi oleh kelompok kombatan GAM, alim ulama dan kelompok intelektual yang berbasis kampus maupun organisasi sipil lainnya. Menurut Mukhlis, saat ini isu konflik Aceh sudah bertransformasi kepada isu agama dan radikalisme, seperti gerakan aswaja, gerakan anti syiah, konflik singkil dan lain sebagainya. Karena itu, mukhlis berharap seluruh masyarakat Aceh bersatu dan dapat berkontribusi dalam pembangunan daerah dan menghindari gesekan-gesekan yang terjadi akibat perbedaan pendapat dan cara-pandang.

(SP | DM)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.