Novel “Romansa Gayo dan Bordeaux” Dirilis di Jakarta

oleh

JAKARTA-LintasGAYO : Win seorang backpakcer asal dataran tinggi Gayo bertemu dengan seorang backpacker perempuan asal Bordeux, Prancis, Anne-Sophie di Sabang. Pertemuan ini berawal dari percakapan mengenai kopi dan anggur- dua komoditas andalan yang mewakili daerah masing-masing. Demikianlah novel bertajuk “Romansa Gayo dan Bordeaux” karya Win Wan Nur dimulai.

Menurut Win Wan Nur draft novel ini sudah diperam selama lebih kurang 15 tahun. “Akhirnya bisa juga saya terbitkan secara indie publisher,” katanya di sela-sela peluncuran novel di warung kopi Fakultas Kopi di Jakarta, Jumat, 9 Maret 2018.

Empat pembicara hadir membedah karya pemuda asal Gayo ini, Fikar W.Eda, penyair dan juga jurnalis asal Gayo, Reza Pahlevi, mantan Kadis Pariwisata Aceh dan kini menjabat sebagai Asisten Deputi Kementrian Pariwisata, Azmi Abubakar, salah satu tokoh pemuda Aceh dan Nezar Patria, jurnalis asal Aceh yang kini menjabat Pemred harian the Jakarta Post. Keempat pembicara dipandu moderator Liza Dayani.

Win Wan Nur (kiri) bersama Murizal Hamzah saling tukar buku

“Win telah mengepakkan sayapnya untuk menjangkau ketinggian dan lokasi yang jauh. Karya yang memukau, seleranya terhadap ilmu pengetahuan memang menakjubkan,” ujar Azmi Abubakar.

Buku setebal lebih 400 halaman ini mengulas banyak hal mulai kopi, anggur sampai ke diskriminasi etnis, otoritarianisme pemerintahan ORBA, tragedi G30S PKI, tragedi pembantaian kaum Girondins oleh ‘Reign of Terror’ pasca revolusi Prancis, represi kultural di Gayo dan Prancis sampai filsafat ketuhanan.

Gol A Gong penulis Balada Si Roy memberikan komentarnya di sampul belakang novel. “Cinta lelaki terhadap perempuan dengan bumbu petualangan sangat menarik dibaca. Novel ini saya kira adalah pengalaman hidup penulisnya. Ada eksotisme timur dan gemerlap barat. Ada semangat humanisme universal dengan pesan kuat tentang kesetaraan, semangat anti rasisme dan diskriminasi di sini. Nikmati sambil menyeruput kopi Gayo,” tulis Gol A Gong.

Win Wan Nur sendiri tak menampik jika novel ini disebutkan sebuah cerita yang sangat dekat dengan kehidupannya sebagai seorang backpacker.

“Novel ini saya rampungkan dalam beberapa bulan terakhir ini. Saya semakin terpacu untuk segera menerbitkannya karena ada beberapa peristiwa di Aceh saat ini yang konteksnya sangat dengan isi novel ini terkait mayoritas dan minoritas dan rasisme,” katanya.

Dia berharap novel ini dapat memberikan kontribusi bagi siapapun utamanya di Aceh untuk tidak membenturkan kelompok-kelompok mayoritas dan minoritas dengan berbagai kepentingan.

Karena menurut Win Wan Nur, pada akhirnya sebagaimana tokoh dalam novelnya, sampai pada satu kesimpulan bahwa manusia tak peduli apapun latar belakang ras, kultural maupun agama serta kepercayaannya, di mana pun mereka berada secara esensi sama saja.

Latar belakang

Win Wan Nur lahir di Takengen pada pertengahan dekade 70 an. Menghabiskan masa remaja dan awal usia dewasa di Banda Aceh antara tahun 1989 sampai 2002. Masuk Fakultas Teknik Unsyiah tahun 1992, menjadi anggota pecinta alam Leuser sejak 1994 dan menjadi backpacker sejak 1995.

Tahun 1998 terlibat aktif dalam gerakan reformasi. Sejak 1999 mulai aktif mempelajari kopi dan mengantarkannya mewakili Indonesia dalam “First Roundtable Sustainable Coffee” yang diselenggarakan di Chiang Mai, Thailand. Sejak tahun 2008 aktif sebagai blogger dan sekarang menjadi penulis tetap di media lintasgayo.co.

Kontak:

liza_irman [at] yahoo.com atau winwannur [at] gmail.com
WA/ SMS 085333779738 / 081339125480

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.