Kurik Kedik, Sumber Rezeki Amri Windi

oleh

Khalisuddin

Kurik Kedik milik Amri
Kurik Kedik milik Amri

Sebelum membaca tuisan ini, ada baiknya dengar dulu aksi Ayam Ketawa (Kurik Kedik:Gayo-red) milik Amri, silahkan klik link atau foto ini.

PENGALAMAN yang menurut saya menarik ini berawal dari permintaan anak perempuan saya yang duduk di bangku kelas IV MIN 1 Kota Takengon, dia ingin pelihara hewan yang aman dipegang dipangku dan dielus. Pertama dia usul kucing, lalu kelinci, burung dan seterusnya hingga ikan. Timbang sana-sini akhirnya dia bingung.

Saya tawarkan solusi. Teringat cerita seorang rekan fotografer Tarmizy Harva yang hobi piara ikan Guppy, ingat Love Bird ingat peternaknya Fauzan Azima, ayam Kate teringat arkeolog Ketut Wiradnyana yang anak perempuannya pernah piara ayam sebagai teman di rumah. Juga teringat sepupu Anda Putra, peternak ayam Kate dan Ayak Ketawa.

Iseng-iseng coba browsing ayam di Facebook, rupanya saya juga anggota grup tertutup Komunitas Ayam Ketawa Takengon (KAKT), saya coba inbox salah seorang anggota yang aktif dan berdomisili di Takengon, namanya Amri Windi. Singkat cerita, esoknya, Rabu 13 Januari 2015 saya bertandang ke kandang Ayam Ketawa miliknya di Bebesen, tak jauh dari Masjid Quba.

Peternakan ayam, pandangan tidak asing bagi saya, selain alumnus Peternakan Unsyiah Banda Aceh, pernah meneliti seratus ekor ayam dan pernah beberapa bulan di Tanjung Morawa Sumatera Utara, dari pagi hingga jelang maghrib bergelut dengan ribuan ayam milik PT. Charoen Pokphand.

Suasana riuh dan kokokan ayam di kandang milik Amri, ada 60an ekor ayam, jantan, betina dan anak-anak ayam. Tak ada bedanya dengan beberapa ayam kampung yang kami pelihara di rumah, bedanya kokok yang seperti orang tertawa.

“3 tahun lalu kawan dekat saya di Sulawesi Selatan mengirimi saya 2 pasang ayam ketawa, dari sana asalnya disebut Manu Gaga,” ungkap Amri, yang berprofesi lain sebagai karyawan salahsatu Konsultan di Banda Aceh.

Ayam-ayam tersebut berkembang biak, dan mulai menghasilkan Rupiah bagi Amri. “Rata-rata saya dapat Rp. 2 juta dalam sebulan dari penjualan ayam ini,” ungkapnya.

Ayam milik Amri, pernah diminta Rp. 5 juta dari pecinta Ayam Ketawa dari Medan, saat itu tidak dilepas karena tidak dapat restu dari rekan yang memberinya di Sulawesi Selatan. Selanjutnya diminta Rp.7 juta dari Surabaya, Rp. 12 Juta dari Palembang. Dan akhirnya dilepas Rp.15 juta ke Bali. “Tentu setelah dapat izin rekan saya itu,” ujar Amri.

Sejak saat itu Kurik Kedik Takengon dikenal luas hingga seluruh Indonesia. Karena Gayo belum setenar Aceh, ayam jantan tersebut dikenal dengan nama White Aceh.

Permintaan Kurik Kedik semakin hari semakin meningkat, bukan saja ayam yang sudah “jadi”, tapi juga anaknya. Permintaan datang dari mana-mana, selain seputar Takengon, juga dari Banda Aceh, Lhokseumawe, Kutacane, Blangkejeren dan lain-lain.

“Anak ayam umur 3 bulan biasanya kita jual Rp.300 ribu perekor, jantan atau betina sama saja, kecuali sudah dewasa harga bisa melambung karena ketawanya,” kata Amri. Pemasaran untuk Ayam Ketawa yang sudah jadi juga tidak sulit, cukup rekam video dan upload di Facebook, yang berminat akan menghubungi.

Dia kemudian menjelas tentang 5 tipe yang ada di ayam ketawa. Pertama, Garetek yaitu Ayam Ketawa yang memiliki ketukan yang sangat cepat, tidak dapat dihitung jumlah ketukannya dan konotasi suaranya terdengar seperti mengeluarkan kata R panjang.

Anggota Komunitas Ayam Ketawa Takengon (KAKT). (foto koleksi Tengku Mampak)
Anggota Komunitas Ayam Ketawa Takengon (KAKT). (foto koleksi Tengku Mampak)

Lalu tipe Disco, yaitu Ayam Ketawa yang ketukannya cepat dan memiliki spasi yang sangat rapat sehingga susah untuk dihitung. Ketiga, tipe Dangdut, Ayam Ketawa yang memiliki suara dan spasi irama mengalun seperti musik dangdut dan ketukan nya dapat dihiting.

Keempat, Slow yaitu Ayam Ketawa yang ketukan nya Slow atau perlahan dan jumlah ketukan nya sangat mudah untuk dihitung. dan terakhir tipe Durasi yaitu suara Ayam Ketawa yang kokokannya sangat panjang waktunya. “Biasanya ayam ini lama kokokkannya lebih dari 15 detik sampai dengan 2 menit ke atas. Syukur-syukur kita memiliki Ayam Ketawa berdurasi sampai 5 menit,” ujar Amri.

Rupanya Amri tidak sendiri di Takengon, sedikitnya ada 10 peternak, termasuk Anda Putra yang dikenal di jejaring Facebook dengan nama Tengku Mampak yang juga sebagai ketua Komunitas Ayam Ketawa Takengon dengan anggota Yan di Tan Saril, Ika di Tetunyung, Ayi di Pejebe dan lain-lain.

Untuk lebih mempopulerkan Ayam Ketawa di Takengon yang menurut Amri sangat berdampak mengurangi judi adu ayam, perlu digelar kontes Kurik Kedik yang pernah mereka selenggarakan di lapangan Sanggamara beberapa waktu lalu.

“Kontes akan meningkatkan minat masyarakat, tentu akan berdampak kepada peningkatan ekonomi melalui jual beli ayam, promosi daerah karena pecinta ayam ketawa akan hadir kemari,” ungkap Amri. Dan saya pamit pulang, sedikit tidak sabar ingin segera tiba di rumah dan menceritakan Kurik Kedik kepada anak saya.

AmriTiba di rumah, saya menceritakan soal Kurik Kedik ini kepada anak dan istri saya sambil menunjukkan beberapa video Ayam Ketawa melalui Youtube. Ya, ternyata mereka sangat antusias dan tak sabaran punya sepasang Ayam Ketawa.

“Siapa tau cocok dan berkembang biak, kan jadi sumber rezeki juga. Kalau lagi sedih atau marah kan ada yang tertawa nantinya,” ungkap istri saya disambut tawa anak saya.

O ya, bagi yang ingin tau tentang seluk beluk Kurik Kedik ini, berkunjung saja ke Grup Facebook Komunitas Ayam Ketawa Takengonatau datang langsung ke peternakan Amri di Bebesen dengan menghubunginya di nomor 0852 6029 5600.[]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.