Kenawat; asal nama dan sejarah Kupang Repek

oleh
Kampung Kenawat Lut dilihat dari sisi Utara. (LGco_Salman Yoga S)
Pemandangan Kampung Kenawat Lut dilihat dari sisi Utara. (LGco_Salman Yoga S)
Pemandangan Kampung Kenawat Lut dilihat dari sisi Utara. (LGco_Salman Yoga S)

Catatan Kha A Zaghlul*

Mahyuddin Aman Darwin
Mahyuddin Aman Darwin

Salah seorang saksi sejarah, Mahyuddin Aman Darwin, warga Kampung Hakim Kecamatan Lut Tawar Aceh Tengah mengungkapkan jika di kampung Kenawat Lut kecamatan Lut Tawar Aceh Tengah pernah dijadikan sebagai lokasi pembuatan uang di zaman penjajah Belanda.

“Lebih dari dua tahun di Kenawat pernah dijadikan Belanda sebagai lokasi pembuatan uang. Nama uangnya saat itu Kupang Repek,” ungkap Mahyuddin kepada LintasGayo.co di kampung Hakim 18 Mei 2014 lalu.

Di tanya kapan itu terjadi, Mahyuddin mengaku tidak ingat karena di zaman itu tidak ada pencatatan tanggal seperti saat ini.

“Saya tidak tau kapan itu terjadi, namun saat itu ada 2 orang penduduk Kenawat yang ahli membuatnya. Dulu saya juga memiliki Kupang Repek karena memang fungsinya sebagai uang untuk membeli sesuatu seperti sekarang,” kata ayah dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bener Meriah ini.

Yang ahli membuat Kupang Repek saat itu bernama Tengku Kali Rampak, lokasi pembuatannya di Kiri Kenawat. Kata Mahyuddin. Bahan pembuatan uang tersebut dari kuningan, ada acuannya dengan gambar yang telah ditentukan Belanda.

Pemandangan Kampung Kenawat Lut di lihat dari sisi Selatan. (LGco_Salman Yoga. S)
Pemandangan Kampung Kenawat Lut di lihat dari sisi Selatan. (LGco_Salman Yoga. S)

8 Pejuang Urang Kenawat
Sementara itu, menurut Yusra Habib Abdul Ghani, tokoh Aceh di luar negeri yang lahir dan besar di Kenawat. Ada ahli pembuat uang bernama Awan Ra’di.

“Setahu saya ada ahli pembuat uang logam Aceh dan perhiasan, namanya Awan Ra’di, tapi bukan di Kenawat melainkan di Blangkejeren. Saat 8 orang Kenawat di kejar-kejar Belanda setelah pertempuran Urang Gayo di Ujung Baro, kampung One-one dan kampung Pedemun. Kedelapan Urang Kenawat itu menyingkir menyelamatkan diri ke Belangkejeren dan disana mereka bekerja membuat uang,” urai Yusra Habib Abdul Ghani.

Dikatakan lagi, banyak hal menarik yang mesti diungkap terkait sejarah Gayo. “Menarik, yang muda-muda mesti giat menggali sejarah Gayo. Ini persoalan identitas Gayo,” pungkas penulis buku Self Government ini.

Kampung Kenawat Lut dilihat dari sisi barat. (LGco_Salman Yoga. S)
Kampung Kenawat Lut dilihat dari sisi barat. (LGco_Salman Yoga. S)

Asal nama Kenawat
Tentang nama kampung Kenawat, menurut Mahyuddin Aman Darwin berasal dari Senawat yang maksudnya adalah Cambuk. “Dulu banyak gajah di Kenawat, dan nenek moyang Urang Kenawat saat itu mencambuk mengusir gajah-gajah tersebut. Lama kelamaan entah bagaimana Senawat berubah menjadi Kenawat.

yusra-KHA_2917
Yusra Habib Abdul Ghani

Menurut Salman Yoga S, akademisi di Banda Aceh, Kenawat merupakan salahsatu kampung tua di sepanjang tepian danau Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Kampung Kenawat sudah didiami sejak ratusan tahun silam, secara geografis hanya berjarak kurang lebih 2 kilometer saja dari bibir danau Lut Tawar dan 7 kilometer dari pusat Kota Takengon Aceh Tengah.

Kampung Kenawat Lut, kata Salman adalah sebuah pemukiman tua yang dipagari oleh sepuluh gunung (Bur) yang menancap kokoh kedalam tanah. Gunung-gunung tersebut adalah Bur Birah Panyang, Bur Pepilen, Bur Kapur Atu, Bur Mango, Bur Pintu Rime, Bur Genting Mik, Bur Reje Tiang, Bur Genencang, Bur Mulo dan Bur Pedemun. Dari hamparan persawahan dan bentangan pegunungan kampung Kenawat inilah mengalir air tak henti melalui sebuah sungai kecil yang menjadi salah satu pemasok utama bagi danau Lut Tawar.

“Hunian asri yang mencorong ke arah tepian danau berbentuk leter “U“ ini menyimbolkan sebuah keterbukaan sekaligus kebersahajaan. Kampung yang banyak melahirkan ulama besar di tanah Gayo ini masuk dalam wilayah administratif Kecamatan dan Kemukiman Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah.” Demikian bahasa Salman menggambarkan Kenawat.

Foto Salman Yoga S
Salman Yoga S

Lebih jauh diungkapkan, arti “Kenawat” sendiri dalam masyarakatnya ada beberapa versi. Menurut salah seorang sumber yang mengutip tulisan seorang penulis Belanda, tanpa menyebut nama penulisnya, mengatakan bahwa Kenawat berarti rumah di atas kayu. Kisahnya masyarakat Kenawat tempo dulu sebelum mengenal pemukiman dan rumah tinggal yang merapat ke tanah, awalnya mereka membuat rumah di atas pohon-pohon kayu besar.

Menurut penduduk yang tinggal di Kampung Kenawat sendiri serta berdasar keterangan Tgk. Bilel Aman Syek Karim, diungkapkan Salman, kata Kenawat berasal dari kata senawat yang berarti “pecut”. Karena pada zaman dahulu di sana banyak terdapat gajah, salah satu cara untuk mengusirnya masyarakat mengibaskan pecut dengan purih (lidi pohon aren). Versi lainnya mengatakan bahwa kata Kenawat asalnya dari nama sejenis kayu besar dan tinggi yang dijadikan sebagai tempat bernaung.

Tokoh Gayo Kelahiran Kenawat
Dari sekian banyak tokoh Gayo yang lahir dari Kenawat diantara yang sudah meninggal dunia Tgk. Ilyas Leube, Tgk. Baihaki AK, Tgk. Ibrahim Mantiq, Aman Siti Rani, Aman Mastani dan lain-lain. Sementara yang masih eksis saat ini diantaranya Yusra Habib Abdul Ghani, DR. Al Misry, Iklil, Sirwandi Laut Tawar, Ibnu Hajar Laut Tawar dan banyak lagi lainnya. Selain itu, sejumlah tokoh di Gayo dan perantauan dengan berbagai profesi baik politik, akademisi, keagamaan bahkan pilot pesawat Erwinda Sara Kenasih dan adiknya Endryss Diodena Winsa dimana ayahnya yang berdiam di Jakarta berasal dari Kenawat.[]

* Peminat sejarah Gayo, tinggal di Takengon

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.