Ismail Bin Mude Gunter dengan 99 Istri

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Saya mohon maaf kepada keluarga tokoh Ismail bin Mude Gunter kalau cerita ini dianggap tidak elok, tapi saya melihat Ismail orang yang luar biasa. Pasti ada satu kelebihan yang dimilikinya, sehingga bisa mengukir sejarah hidupnya sampai sederajat dengan Laksamana Nian Nio Lingke dan Sempol Kolak.

Kalau ada penulisan buku “100 tokoh Gayo fenomenal,” maka Ismail Bin Mude Gunter wajib masuk salah satu tokoh dalam buku tersebut.

Tidak banyak yang tahu tentang riwayat Ismail Bin Mude Gunter, kecuali orang-orang dan pihak keluarga terlanjur menstigma beliau sebagai “Mael Garu” karena selalu “Memetik bunga-bunga desa”. Bayangkan, di Kampung Bebesen saja sudah tiga orang istrinya. Di Aceh Utara beliau menikah dengan Kakak Sofyan Daud (Jubir GAM).

Menurut cerita, Ismail adalah seorang “Pengelana cinta” yang menikah resmi dengan 99 perempuan. Namun pada pernikahannya yang ke-100 gagal karena perempuan asal Pidie yang akan beliau nikahi ternyata anak kandungnya sendiri.

Bagi Ismail cukup alasan untuk menikah dengan 99 perempuan karena bukan saja perawakan dan wajahnya yang tampan, layaknya Charles Bronson, tetapi juga karena pernyataan sumpah di depan ayahnya, Mude Gunter.

Ceritanya, Ketika Ismail berumur 13 tahun, ayah beliau, Mude Gunter memaksa menikahi gadis asal kampung Nosar, bernama Muyah seorang ceh dan penari bines (syair dan tarian khusus perempuan, sekarang populer di Gayo Lues). Muyah adalah kakak kandung Wahab Rachmatsyah (Mantan Kepala Keuangan DKI Jakarta).

Ismail menolak menikah dengan Muyah yang jauh lebih tua darinya dan Muyah sendiri hanya “bunga desa” tingkat tiga di kampungnya. Meski demikian karena paksaan dari orang tuanya yang berwatak keras, akhirnya Ismail menerima permintaan ayahnya dengan “deal syarat pekekerje” yaitu, beliau akan terus menikah dengan perempuan-perempuan lain.

Abang Kandung Inen Rawe ahli ketike tinggal di Kampung Serule itu, meskipun dicap “tukang kawin” tetapi selama hidup beliau juga dikenal beradab, pengasih, bicaranya singkat-singkat langsung kepada keputusan.

Ismail Bin Mude Gunter lahir di Kampung Rawe (Pesisir Danau Lut Tawar) pada tahun 1920-an dan wafat pada 1 November 1991 dan dimakamkan di perkuburan umum Kampung Wih Ilang, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah.

Tulisan ini hanya pijakan awal, perlu koreksi total agar tidak menjadi fitnah di masyarakat awam. Jangan ada stigma negatif terhadap tentang Ismail bin Mude Gunter. Tidak ada lagi julukan “Mael Garu” lagi, kecuali kebaikan-kebaikannya. Tidak ada lagi prasangka buruk.

Bisa jadi apa yang dilakukan Ismail bin Mude Gunter untuk mengingatkan kita tentang arti pentingnya nama-nama Allah yang terangkum dalam Asmaul Husna.

(Mendale, Pebruari, 14, 2023)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.