Feri Yanto, Aktivis Mahasiswa Penggiat Media

oleh


SEBAGAI
seorang aktivis mahasiswa sekaligus menjadi wartawan ataupun pengiat media bukanlah hal yang mudah, dan tentu tidak semua orang bisa melakukannya, karena disana perlu kerja keras dan perlu managemen waktu yang ekstra ketat, sebab harus menyeimbangkan antara tuntutan peliputan yang diperintahan oleh pimpinan redaksi (pimred) dilain sisi harus menjalankan agenda-agenda organisasi yang telah direncanakan dengan baik.

Feri Yanto, anak muda kelahiran Gayo Lues tepatnya pada tanggal 04 Juni tahun 1991 ini mulai aktif di organisasi mahasiswa sejak tahun 2011 saat ia masih duduk di bangku kuliah semester II, iapun tedadaftar menjadi kader sebuah organisasi mahasiswa terbesar dan tertua di Indonesia, Yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Takengon, karirnya di HMI berawal dari sekretaris HMI Komisariat Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih tahun 2011, kemudian menjadi pengurus HMI Cabang Takengon periode 2012-2013 sebgai Departemen Pengelolaan Sumber Dana.

Tak hanya di HMI, Feri Yanto pun mulai masuk ke organisasi Intra Kampus yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian, ia ikut bertarung merebut ketua BEM Fakultas Pertanian (UGP) didampingi Hendrika Fauzi, wakilnya yang juga rekanya sesama aktivis HMI, ia mampu mengalahkan dua pasangan kandidat lainya dengan suara yang signifikan, iapun menjadi ketua BEM pertanian periode 2013-2014.

Kegemarannya aktif di organisasi mahasiswa berawal dari sebuah diskusi dan dialog dengan senior di kampus, Feri Yanto kemudian membandingkan antara orang yang aktif di organisasi dengan mahasiswa biasa, menurutnya orang-orang yang aktif di organisasi lebih memiliki ikatan emosional yang kuat, jejaring yang luas, selain itu memiliki pola fikir yang berbeda dengan orang kebanyakan, juga tidak terpaku pada persoalan teoritis akan tetapi implementatif, artinya orang yang berorganisasi mampu menyeimbangkan antara teori dan praktek, seperti diketahui bahwa teori dan praktek sering sekali berbeda dengan situasi di lapangan, maka perlu kecerdasan dalam meyesuaikan teori dengan kondisi lapangan, ini yang membuat lebih banyak orang yang aktif di organisasi lebih unggul dibanding yang hanya kuliah biasa-biasa saja, mengejar IPK dan cepat tamat kuliah.

“Cepat tamat kuliah itu bagus, tapi soft skill juga mesti memadai untuk menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi dunia kerja nantinya, karena tidak semua yang ada dilapangan sesuai teori, sebab kita behubungan dengan manusia dan alam yang bergerak dinamis, dan soft skill itu bisa diasah di organisasi,” ungkap Alumni SMA N 2 Takengon ini.

Karirnya di organisasi mahasiswapun kian melesat, anak laki-laki dari pasangan Idris Sardi dan Siti Ramlah ini pun terpilih menjadi Ketua Umum HMI Cabang Takengon periode 2016-2017 melalui Konfrensi Cabang (Konfercab) ke-IX HMI Cabang Takengon yang di selenggarakan di Opsroom Bupati Aceh Tengah, ia unggul dan ditetapkan sebagai formateur ketua HMI tanggal 23 Mei 2016 setelah pertarungan sengit dan sempat mengalami draw (seri) dalam pemungutan suara, hingga akhirnya melalui loby-loby yang kuat Feri dapat meyakinkan peserta yang lainya untuk mempercayakan sebagai ketua HMI.

Selain menjadi ketua umum HMI, Feri Yanto juga penggiat media, ia terdaftar sebagai wartawan salah satu media oline di dataran tinggi Gayo, awalnya Feri Yanto hanya sebagai Jurnalis Warga di LntasGayo.co, sebagaimana media kebanggaan masyarakat Gayo ini sangat kuat dan eksis karena pemeberdayaan terhadap Jurnalis Warga (Citizen Journalisme), berawal dari Jurnalis Warga di tahun 2014, Feri kemudian tertarik menulis dan kemudian menggiati media dan menjadi wartawan LintasGayo.co, menurutnya, menjadi pewarta merupakan jalan lain dari tugas-tugas aktivis mahasiswa, sebab media juga berfungsi sebagai control sosial, untuk itu dirinya merasa perpaduan antara ber-HMI dengan pewarta adalah sebuah kolaborasi yang sangat ideal untuk menggerakkan perubahan (Agent Of Change), melalui media, ide dan gagasan serta kritik dapat tersalurkan dengan baik.

“Intinya, media adalah sarana komunikasi efektif dengan seluruh stakeholder, media adalah penyambung lidah rakyat, baik bottom-up maupun top-down, dengan menggiati media selaku aktivis HMI yang berhubungan dengan masyarakat lebih mudah menyampaikan harapan masyarakat kepada pihak terkait, dan saya sudah merasakan dan membuktikan itu,” ungkap Feri saat bincang-bincang di Takengon, Selasa, 1 Agustus 2017.

Menjadi aktivis HMI dan penggiat media memang bukan perkara mudah, karena keduannya memilki tugas-tugas penting yang harus dikerjakan, menjadi pimpinan di HMI memiliki tanggung jawab yang besar terlebih di organisasi ini memiliki banyak sekali dinamika dan tugas-tugas pokok yang harus dilaksanakan, pun di media seringkali harus mengejar informasi yang harus disajikan kepada publik menjadi tantangan tersendiri baginya, tapi baginya itu proses untuk menempa diri menjadi pribadi yang tangguh dan tidak cengeng.

“Memang melelahkan, tapi itulah proses, dengan demikian saya berupaya mengatur waktu dengan sebaik-baiknya, melatih kejelian, kecepatan dan kecerdasan emosional, dan membangun jejaring, jadi tidak ada yag sia-sia,” katanya.

Dirinyapun bersyukur dan berterimakasih kepada senior-senor di HMI yang menjadi mentor hebat yang telah mendidik dan mengarahkannya menjadi lebih baik, juga kepada seluruh kru Lintasgayo.co yang telah menyadarkanya arti penting menulis dan tentu telah membimbing dengan penuh kesabaran sehingga dirinya dapat terus berkarya dengan harapan bermanfaaat untuk ummat dan bagsa.

“Di HMI banyak senior-senior yang mengarahkan saya mereka teman sekaligus guru, begitupun di media, khusunya di LintasGayo.co, bang Khalisuddin salah satu orang yang sangat berperan penting dalam menggembleng saya untuk menulis, dia mentor dan guru saya, banyak belajar darinya,” kata Feri mengucapkan penuh terimakasih kepada seniornya di HMI dan juga di media.

Feri Yanto sejak kecil sudah diajarkan mandiri, bahkan sejak ia sekolah SD sudah tidak tinggal dengan orang tuanya, ia bersama keluarganya pindah dari Gayo Lues ke Aceh Tengah tepatnya sekarang Kampung Tanoh Depet, Kecamatan Celala pada tahun 1999, karena di Tanoh Depet belum ada sekolah maka ia disekolahkan di SD N 1 Wih Nibakong dan tiggal dengan neneknya di Wih Nibakong (sekarang pemekaran menjadi Kampung Wih Pesam), dan sempat tinggal bersama orang tua angkatnya di Wih Ni Bakong selama dua Tahun, itu Jul aman Masni, karena neneknya pulang ke Gayo Lues, dan ia terus sekolah sampai sekarang lulus Sarjana Pertanian Universitas Gajah Putih pada tahun 2016 lalu.

Selain aktif di HMI dan juga penggiat media, Feri Yanto  juga tercatat aktif di organisasi kepemudaan yaitu Komite Nasioal Indonesia (KNPI) Aceh Tengah, anggota Forum Penyelamatan Danau Lut Tawar (FPDLT), juga pengurus Ikatan Sepeda Seluruh Indonesia (ISSI) bidang Organisasi dan Kaderisasi, semasa kuliah pernah juga menjadi ketua Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) UGP yang mendapatkan bantuan modal dari Dikti. [Mulya Budi]

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.