Konsep 3K dalam Meningkatkan Kualitas Diri

oleh

Oleh : DR. HAMDAN, MA*

Seseorang yang tidak memiliki komitmen dalam kebaikan adalah sosok yang tidak mengalami kemajuan, sehingga seseorang diharapkan memiliki komitmen terhadap kebaikan. Betapa urgennya komitmen pada diri seseorang, bahkan ketika seseorang memasuki dunia kerja pemilik perusahaan tersebut mentuntut dari orang itu agar memiliki komitmen terhadap perusahaan dimana dia berkerja

Dalam dunia politik biasanya ketika seseorang dilamar oleh satu partai politik untuk dicalonkan sebagai Caleg tertentu maka ia akan diminta menandatangi sejumlah perjanjian yang dianggap penting bagi kedua belah pihak, begitu pula ketika dua orang yang akan berpasangan dalam pemilihan Kepala Daerah juga akan membuat komitmen yang saling menguntungkan sehingga ketika terpilih dan salah satu pasangan tersebut diangggap menyalahi komitmen bersama maka komitmen itu dipandang dapat dijadikan pegangan ketika terjadi konflik di kemudian hari.

Bahkan dalam dunia hitam sekalipun ketika seseorang memasuki organisasi dunia hitam para anggotanya dituntut untuk memiliki komitmen untuk menunjukkan kesetiaannya apakah melalui penandatangan sumpah dan lain sebagainya.

Karena pentingnya sebuah komitmen hingga dalam sebuah joke yang disampaikan oleh seorang ustadz dikatakan bahwa dalam hal komitmen kita terkadang kalah dengan Iblis dan Syaithan yang begitu kuat memiliki komitmen dalam melakukan kejahatan dari dunia hingga ahir kelak sesuai janji yang telah di ucapkan dihadapan Allah.

Lantas apa sejatinya komitmen ? Komitmen berasal dari bahasa latin yaitu dari kata commiter yang berarti menyatukan, mengerjakan, menggabungkan dan mempercayai.

Banyak yang mendefinisikan komitmen sebagai suatu bentuk keharusan yang mengikat seseorang dengan sesuatu baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Selain itu komitmen juga dimaknai sebagai janji seseorang terhadap dirinya sebagai bentuk tanggung jawab terhadap nilai-nilai dan keyakinan dipegang dan yang akan dilakukannya.

Sebagai seorang muslim kita yang menyakini kebenaran nilai – nilai agama, maka dalam setiap shalat kita mengucapkan dalam iftitah ”Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku untuk tuhan sekalian yang tiada sekutu bagiNya, oleh karena itulah aku diperintahkan dan aku termasuk orang-orang tunduk dan patuh”.

Jika kita pahami itulah komitmen janji setia yang kita lakukan minimal lima kali dalam sehari, dan itu adalah penegasan terhadap janji yang pernah dilakukan setiap anak manusia ketika dalam alam ruh ketika belum ditiupkan kedalam jasad.

Ramadhan yang baru beberapa waktu lalu juga merupakan penguatan kembali nilai-nilai komitmen yang sering dilakukan. Mungkin selama ini kita melupakan janji-janji yang sering kita ucapkan kepada Allah.

Kita telah membuat komitmen bahwasanya hidup, mati, dan ibadah, hanyalah untuk Allah, namun nafsu-nafsu kita menjadikan kita berpaling dari komitmen yang sudah kita buat kepada Allah, terkadang kita terlena dengan makan, minum, dan mencarinya dan terlalu memperturutkan naluri berpasangan serta anggota tubuh dan keinginan kita melakukan maksiat kapada penciptanya.

Kita berusaha untuk mengkaji dan memahami komitmen kita dengan berusaha melaksanakan perintah-perintahNya, berusaha menahan lapar dan juga haus serta sesuatu yang membatalkan puasa, termasuk pula menahan anggota tubuh kita dari melakukan maksiat kepada Allah SWT.

Dan ternyata puasa yang sudah kita laksanakan mengajarkan kepada kita bahwasanya nafsu jika dituruti terlebih dituhankan maka akan menghancurkan komitmen yang sudah kita buat kepada Allah sehingga nafsu perlu dididik, dibersihkan dan dan perlu ditanamkan dengan alkhlq-akhlaq mulia agar selalu mengingat komitmennya kepada Tuhannya.

Namun mengapa seseorang terkadang sulit melaksanakan komitmen yang sudah dibuatnya? Diantara jawabannya adalah karena dalam melakukan komitmen yang sudah sudah dibuat tentunya akan menimbulkan dampak, baik bersifat positif ataukah negatif, yang akan menimbulkan sesuatu yang terkadang tidak menyenangkan yang diistilah dengan konsekuensi.

Dicontohkan dalam dunia penulisan, ketika penulis berbincang mengenai pembiasaan dan keharusan memiliki kemampuan literasi dengan beberapa rekan yang cukup berpengalaman dalam menulis maka didapatlah kesimpulan bahwa ketika seseorang sudah berkomitmen untuk memasuki dunia literasi maka sebelum merasakan indahnya tentu akan merasakan pahitnya memiliki komitmen menggelutinya dengan tekun.

Sebab bisa jadi banyak hobi-hobi yang sebelumnya dilakukan akan sedikit tergadaikan waktunya dengan bercengkrama dengan tumpukan buku, dan hal ini adalah upaya kearah pencerdasan diri yang harus dilakukan.

Contoh lain ketika seseorang berkomitmen melakukan Tahajjud yang dilakukan dalam waktu utama pada jam sepertiga ahir malam maka jika komitmen itu tidak kuat maka konsekwensi hilangnya nikmat tidur akan teasa berat sebab waktu itu adalah waktu dimana seseorang begitu nikmat dalam melakukan kegiatan istirahat tidur.

Sehingga banyak yang tertarik melakukan ibadah shalat tersebut disebabkan keutamaan-keutamaan yang terdapat dalam shalat tersebut, namun banyak yang tidak tahan terhadap konsekunsensi yang ditimbulkannya.

Begitu juga ketika seseorang melakuan komitmen agar menjadi pribadi terbaik dengan melakukan ibadah yang serius kepada Allah dengan melakukan proses tobat nashuha, tentunya pilihan tersebut adalah suatu keharusan demi menggapai kebaikan dan sebagai orang yang berprinsip bahwa kehidupan dunia hanyalah sebagai persinggahan jika tidak melakukan dan memperbaharui komitmen maka jangan-jangan kedepannya kita tidak memiliki kesempatan lagi untuk melakukan perbaikan diri.

Namun bagaimanapun jika proses taubat kita lakukan banyak kebiasaan-kebiasaan yang sebelumnya sudah terinternalisasi dalam diri seseorang dibersihkan dan tanamkan nilai-nilai baru, kesemua hal itu akan menimbulkan penderitaan sebelum benar-benar terinternalisasi dalam diri seseorang.

Melakukan komitment yang sudah dibuat dan dilkukan maka perlu adanya konsistensi. Konsisisten berasal dari bahasa Inggris consistent yang maknanya adalah berdiri dengan kokoh atau berdiri tegak, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti konsisten adalah tetap tidak berubah-ubah, taat asas dan selaras; konsistent adalah berprilaku yang tidak berubah-ubah.

Dalam bahasa agama konsistensi dikenal dengan istiqamah. Istiqamah adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang diartikan sebagai berpendirian kuat atau teguh dalam pendirian, yang asal kata tersebut adalah tegak lurus. Sedangkan definisi dari istiqamah tersebut adalah tetap dalam pendirian yaitu ketetapan hati untuk selalu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang baik ataupun berketetapan hati, tekun dan terus menerus menggiatkan usahanya untuk menggapai cita-citanya.

Dalam ajaran islam memiliki sifat istiqamah adalah salah satu sifat mulia yang sangat diperintahkan, bahkan dalam banyak ayat Quran maupun hadits, Rasulullah memerintahkan agar memiliki sifat konsisten tersebut hingga akhir hidup kita. Ini dapat kita lihat dari term-term dalam islam bahwa betapa pentingnya memiliki husnul khatimah dan berusaha agar tidak mati dalam suul khatimah;
Dalam ibadah puasa kita diperintahkan melakukan imsak yaitu tidak makan, minum dan yang membatalkan puasa hingga memasuki jam-jam yang dibolehkannya untuk ifthar setiap harinya selama sebulan, ini adalah bagian proses dari konsisten yang dilakukan dan seharusnya nilai-nilai positif yang telah dilakukan dalam bulan tersebut selalu kita amalkan.

Konsistensi sangatlah dianjurkan bukan saja menyangkut ibadah-ibadah maghdah yang dilakukan namun dalam sikap meninggalkan keburukan dan akhlaq tercela dan menerapkan akhlaq yang terpuji serta memepertahankan nilai-nilai tersebut tidak yang tidak kalah pentingnya.

Sebagai seseorang yang menginginkan memiliki kwalitas diri yang baik dan mulia, haruslah mengingat, memahami dan melaksanakan konsep 3K yaitu Kometmen, Konsekuen, dan Konsisten yang bermaksud dengan menyadari, mengingat dan melaksanakan komitmen yang pernah dan selalu kita ucapkan kepada Allah. Disamping itu harus tahan terhadap akibat dari komitmen yang kita buat serta mestilah memiliki konsistent terhadap nilai-nilai yang sudah berusaha untuk kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

*Penulis adalah Dosen IAIN Takengon

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.