[Puisi] JERITAN PETANI KOPI
Oleh : Robi Sugara
Dari balik karang yang terjal hujan datang mencumbui air mata
Di bawah gubug bersupu ilalang surya menyengati peluh
Ibu ku menangis dibawah gerimis sambil memetiki kopi
Ayah ku mengerang dalam diam sambil terus memerangi rerumputan
Dari para juragan telah kami terima kabar
Kopi ku tak lagi punya harga
Termangu lemah hati ku mendengarnya
Sebab kopi adalah pemberi kehidupan bagi kami
Belum cukup derita sampai disini
Terdengar lagi dari warung-warung itu
Isi perut kami melambung tak terkendali
Biarlah secarik puisi ini yang menampung gelisahku
Aku hanya bisa bercerita pada baitnya
Sedang mereka tak ingin mendengar jerit ku
Kan ku tenggelamkan nestapa ku bersama semilir angin
Dengan terus berharap mereka datang mengampiri air mata kami
Takengon, 22 April 2020
[SY]