Nasihat Gurutta dalam Novel “Rindu” Karya Tere Liye

oleh

Oleh : Husaini Muzakir Algayoni*

Kisah tentang masa lalu yang memilukan, tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi, tentang kehilangan kekasih hati, tentang cinta sejati, tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan.

Lima kisah tersebut menjadi satu di dalam kapal laut Blitar Holland yang dinakhodai Kapten Philips dalam rangka membawa penumpang jamaah haji dari Makassar pada tahun 1938, tahun sedang disemainya Perang Dunia II di belahan Eropa sedangkan Indonesia sendiri masih menggunakan nama Hindia Belanda.

Selama dalam perjalanan menuju Tanah Suci para penumpang semisal Ahmad Karaeng seorang ulama terkenal dan masyhur di tanah Makassar, Daeng Andipati bersama istri dan dua putrinya yang menggemaskan, pemuda pendim dan tangguh bernama Ambo Uleng, pasangan senja yang setia Mbah Kakung dan Mbah Putri, Ling-ling (Bonda Upe) dan suaminya Enlai.

Nama-nama di atas mempunyai kisah tersendiri dalam kehidupannya masing-masing, kisah yang ada pada mereka tersimpan dalam hati yang menyesakkan dan perlu sebuah jawaban untuk bisa keluar dari jeritan hati yang menyesakkan itu. Disini Ahmad Karaeng atau dipanggil dengan Gurutta hadir memberi jawaban dengan nasihat-nasihatnya bagaikan mutiara indah.

Karena itu, setelah membaca novel rindu sebuah novel inspiratif karya Tere Liy, saya akan merangkum nasihat-nasihat Gurutta sebagai muhasabah bagi saya sendiri dan umumnya bagi pembaca budiman. Nama Tere Liye sendiri tidak asing lagi bagi pemburu novel, karyanya banyak diminati bahkan novel rindu ini sudah mencapai cetakan ke 29 di tahun 2016. Cuitannya pun banyak dishare di medsos.

Kisah ini akan dimulai dari Daeng Andipati, seorang pengusaha sukses, kaya, mempunyai istri cantik dan dua putri yang menggemaskan Anna dan Elsa. Dibalik itu semua, hidupnya menyesakkan karena mempunyai kebencian yang mendalam.

Kebencian tersebut tertuju kepada ayahnya sendiri, seseorang yang seharusnya ia sayangi. Ketika Daeng berusia 15 tahun, ayahnya adalah saudagar kaya dan terpandang, tapi ayahnya suka memukul; memukuli ibunya hingga lebam, Daeng sendiri dan saudara-saudaranya sebagai pelampiasan amarah ayahnya.

Dari kejadian tersebut, Daeng membenci ayahnya sendiri hingga ayahnya meninggal dan semakin pekat setiap harinya. Bagaimana aku bisa memaafkan dan melupakan semua? Bagaiamana caranya agar semua ingatan itu enyah pergi? Aku sudah lelah kata Daeng Andipati tergugu pelan kepada Gurutta.

Bagaimana mengatasinya, setelah bertahun-tahun racun kebencian mengendap di seluruh tubuh? Bagaimana membersihkannya? Gurutta mengatakan selalu menyakitkan saat kita membenci sesuatu, apalagi jika itu ternyata membenci orang yang seharusnya kita sayangi.

Pahami dan pikirkan dengan baik tiga bagian yang tidak terpisahkan satu sama lain, kata Gurutta kepada Andipati: Berhenti membenci ayahmu, karena kau sedang membenci diri sendiri. Berikanlah maaf karena kau berhak atas kedamaian dalam hati. Tutup lembaran lama yang penuh coretan, bukalah lembaran baru.

Bonda Upe panggilan Ling-ling, kehidupan masa lalu merupakan masa paling kelam dalam hidupnya karena ia seorang cabo (pelacur) yang dijual oleh ayahnya sendiri. Lima belas tahun lebih menjadi seorang cabo, ia tidak bisa melupakan, bagaimana kalau ada yang tahu ia seorang pelacur? Apakah Allah menerimaku di tanah Suci? Pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari Bonda Upe.

Ini adalah pertanyaan yang serius kata Gurutta, kemudian Gurutta memberi nasihat kepada Bonda Upe. Pahami tiga hal ini semoga hati kau menjadi lebih tenang. “Berhenti lari dari kenyataan hidup, berhenti cemas atas penilaian orang lain, dan mulailah berbuat baik sebanyak mungkin.”

Selanjutnya kisah Mbah Kakung, harapannya bisa bersama-sama bergandengan tangan dengan istrinya di Tanah Suci. Namun, takdir berkata lain bahwa istrinya meninggal dunia di dalam kapal. Pertanyaan muncul dari Mbah Kakung, kenapa harus sekarang istrinya meninggal? Tidak bisakah ditunda hingga kami tiba di Tanah Suci, sempat bergandengan tangan melihat Masjidil Haram?

Gurutta terdiam, menelan ludah. Gurutta pun memberi nasihat kepada Mbah Kakung yang sedang berada dalam kesedihan. Kematian Mbah Putri adalah takdir Allah yang terbaik, biarkan waktu mengobati semua kesedihan, dan lihatah dari kacamata yang berbeda.

Kisah Ambo Uleng, sosok pemuda pendiam dan tangguh. Cinta tak direstui membuat Ambo ingin pergi sejauh mungkin dan tak semangat dalam menjalani hidup. Karena itu, Gurutta memberi semangat kepada Ambo.

Kau masih muda, perjalanan hidupmu boleh jadi jauh sekali, maka jangan pernah merusak diri sendiri. Kita boleh jadi benci atas kehidupan ini, boleh kecewa, boleh marah tapi ingatlah nasihat lama “Tidak pernah ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri.” Ia rawat kapalnya hingga bisa tiba di pelabuhan terakhir. Maka jangan rusak kehidupan milikmu hingga di dermaga terakhir.

Kisah terakir datang dari Gurutta sendiri, cintanya kepada Cut Keumala hilang karena terlebih dahulu meninggal, cinta yang pernah hilang digantikan oleh istri yang telah dinikahinya dengan penuh cinta. Begitulah roda kehidupan, kisah yang menimpa Gurutta sendiri diterima dengan kesabaran.

Selain nasihat di atas, butiran-butiran kata hikmah dan inspiratif di bawah ini juga berasal dari ulama masyhur tersebut, seperti diketahui bahwa nasihat ulama sangatlah berfaedah dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-sehari bahkan dengan diam dan heningnya pun bermanfaat.

# Mata air yang dangkal tetap saja bermanfaat jika jernih dan tulus. Tetap segar airnya. # Yang belum tahu belajar kepada yang sudah tahu dan yang sudah tahu bisa mempertajam pengetahuannya dengan berdiskusi satu sama lain. # Dalam banyak hal, diam justru membawa kebaikan.

# Buku adalah sumber ilmu tiada ternilai. # Untuk menulis satu paragraf yang baik kau harus membaca satu buku maka jika di dalam tulisan itu ada beratus-ratus paragraf sebanyak itulah buku yang harus kau baca.

# Pergi sejauh mungkin? “Tidak selalu orang lari dari sesuatu karena ketakutan atau ancaman. Kita juga bisa pergi karena kebencian, kesedihan ataupun karena harapan. # Hidup ini akan rumit sekali jika kita sibuk membahas hal yang seandainya begitu, berhenti bertanya hal-hal yang merepotkan diri sendiri.

Demikian ulasan singkat dari novel rindu karya Tere Liye, saya kira novel ini banyak pembacanya. Karena itu, bagi yang belum berwisata dengan novel rindu; segera berwisata dengan membacanya sehingga bisa menambah koleksi bahan bacaan dalam suasana #dirumahaja.

Info Novel:
Judul Novel: Rindu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tempat Terbit: Jakarta
Tahun Terbit: 2014
Jumlah Halaman: 544

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.