Sebelum Ajal Pantang Mati ; Pang Kule Mugah Lolos dari Eksekusi Brimob

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

“Sebelum ajal pantang mati,” itulah ungkapan yang berlaku pada salah seorang pasukan GAM Wilayah Linge yang bernama Teungku Iqbal. Jarang sekali orang yang sudah dinyatakan bersalah dan ketika sudah diantar ke tempat eksekusi mati, namun bisa meloloskan diri. Salah seorang yang beruntung itu adalah Teungku Iqbal. Sehingga beliau dijuluki Pang Kule Mugah atau pejuang harimau yang terluka.

Pada satu malam awal tahun 2000, Brimob yang bermarkas di Kota Buntul Kemumu, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah menyergap Teungku Iqbal dan Teungku Usman alias Pang Leo di rumahnya masing-masing. Teungku Iqbal dibawa bersama mobil Chevrolet miliknya yang di dalamnya ditemukan sebuah kaset rekaman suara YM Wali Hasan Tiro. Pasca penangkapan keduanya ditahan dan diinterograsi di Pos Brimob Buntul Kemumu.

Dua hari kemudian Pang Leo ditembak di depan rumah Riskan Alparisi di Kampung Buntul Kemumu pada bagian dadanya. Sedangkan Teungku Iqbal tidak ada kabar beritanya. Apakah masih hidup atau bernasib sama dengan Pang Leo. Keluarganya sangat mengkhatirkannya. Begitupun mereka tetap melayat dan ikut menjalankan fardhu kifayah untuk Teungku Usman. Pada masa itu sangat sulit mencari informasi karena salah-salah bisa dituduh GAM yang “halal” untuk dibunuh.

Empat hari setelah penangkapan atas dirinya atau dua hari setelah Teungku Usman syahid, tiba-tiba Teungku Iqbal muncul di perkebunan kopi menemui keluarganya. Suasana haru meliputi. Apalagi melihat kondisi tubuhnya yang lemah dan penuh luka akibat beratnya penganiayaan yang diterimanya selama dalam Pos Brimob.

Sebenarnya Teungku Iqbal juga akan bernasib sama dengan Teungku Usman, rencananya akan dieksekusi malam itu juga di Wih Kanis. Beliau sudah dibawa dengan sepeda motor berbonceng tiga orang. Posisi beliau duduk di tengah dengan tangan terikat dan mata ditutup kain. Sedangkan di depan dan belakang adalah Brimob bersenjata lengkap menjepitnya.

Sebelum sampai di Wih Kanis, jalan menurun dan berbatu sehingga sulit mengendalikan sepeda motor yang dikemudikan anggota Brimob. Saat itulah Teungku Iqbal menendang anggota Brimob di belakangnya dan terjatuh. Beliau lompat ke tepi sungai kecil sambil melempar batu ke semak-semak sebagai alih perhatian untuk menghilangkan jejak. Pada tempat-tempat lemparan batu jatuh itu, anggota Brimob menembakinya.

Kembali ke rumah rasanya sudah tidak mungkin. Apalagi Brimob masih mendatangi rumahnya karena keraguan mereka apakah benar beliau sudah tertembak di malam buta itu atau justru selamat meloloskan diri. Akhirnya Teungku Iqbal bergabung dengan pasukan lainnya di Kampung Istiqomah dan Kampung Rikit Indah daerah kawasan Camp.

Tidak diragukan bahwa keluarga Teungku Iqbal adalah keluarga pejuang. Abang kandungnya Amru Aman Bolah juga syahid dalam sebuah pertempuran di Kampung Istiqomah dan adik kandungnya juga pernah sebagai Pasukan GAM bernama Salim alias Pang Eges.

Pada saat Pemerintah Indonesia memberlakukan Darurat Militer pada 19 Mei 2003, anak istri Teungku Iqbal mengamankan diri di Daerah Kahju, Aceh Besar, namun malang pada saat bencana tsunami pada 26 Desember 2004 meluluhlantakkan Aceh keduanya syahid. Istri Teungku Iqbal, Juriati Inen Nawir ditemukan jenazahnya sedang di atas sajadah karena ketika tsunami terjadi sedang melaksanakan Shalat Sunat Dhuha yang menjadi kebiasaannya. Sedangkan Anaknya Jahidun pergi bermain sepeda bersama teman-temannya sehingga jenazahnya tidak ditemukan.

Semua orang, kita, juga Teungku Iqbal punya kisah,cerita, jalan hidup dan memoar yang unik. Selalu menarik untuk diceritakan sebagai pembelajaran hidup.

Kita berharap ada rekonsiliasi tidak saja pada tingkat elit, tetapi juga bagi “pemain” lapangan, seperti Teungku Iqbal dan anggota Brimob yang akan menghabisinya. Tidak salah saling bercerita, saling memaafkan, bisa juga akhirnya bersaudara dalam ikatan bathin yang kuat karena dalam perang apapun bisa terjadi yang mengarah pada kesalahan, namun dalam masa damai mari kita perbaiki semua kesalahan kita selama dalam perang.

(Mendale, 17 Pebruari 2020)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.