Pendidikan, Memanusiakan Manusia

oleh
Dr. Joni MN, M.Pd.B.I

Oleh : Dr. Joni, MN, M.Pd. B.I*

A. Pendahuluan
Pendidikan adalah suatu tindakan perubahan dan pendewasaan diri individu peserta didik dari yang tidak berilmu menjadi berilmu pengetahuan dan dari tidak baik menjadi baik, dan dari tidak berakhlak menjad berakhlak dan layak.

Pendidikan dibuat dan dianjurkan untuk dilaksanakan agar setiap yang terdidik mampu memuliakan dan menghargai sesama, bukan untuk saling menjatuhkan, yaitu menuruti nafsu lawamah dan dan amarah. Orang-orang yang terdidik adalah orang-orang yang hidupnya didominasi oleh nafsu mutmainah.

B. Pengertian Pedidikan
Selanjutnya, ditilik dari definisi pendidikan dari beberapa pakar dan ketentuan, adalah sebagai berikut:
UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik,  pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan,dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat.

Abdullah Ibnu Al-Muqafah mengatakan pendidikan adalah kebutuhan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan dan mencapai peradapan yang tinggi atau kesempurnaan yang merupakan santapan akan serta rohaninya

Sedangkan definisi pendidikan menurut Plato adalah sesuatu yang dapat membantu perkembangan individu dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang dapat memungkinkan tercapainya sebuah kesempurnaan.

Lain lagi dengan Ki Hajar Dewantara, menurutnya pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya.

Prof. Dr. John Dewey mengatakan pendidikan merupakan suatu proses pengalaman. Karena kehidupan merupakan pertumbuhan, maka pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan adalah proses penyesuaian pada setiap fase dan menambah kecakapan dalam perkembangan seseorang melalui pendidikan.

C. Etika dalam Pendidikan
Prodak dari nilai-nilai etika adalah prilaku individu yang beradab. Artinya, norma dan nilai-nilai dalam menjalani hidup bersama baik yang bersumber dari norma-norma indijeniusitas dan yang bersumber dari nilai-nilai konsep agama (Islam) yang diterapkan kedalam sistem pendidikan.

Norma indijenius dan nilai agama Islam dipraktikkan melalui perwujudan norma dan nilai etika theologis dan etika filosofis. Kedua nilai tersebut ada yang bersifat absolutely-absolute (mutlak) dan ada yang bersipat relatively-absolute (dinamis tapi punya pedoman dan patrun).

D. Pembahasan
Pada hakikatnya semua manusia yang hidup pasti membutuhkan pendidikan, manusia beradab ialah manusia terdidik, agar tujuan hidupnya tercapai dan dapat menghilangkan kebodohan.  Dalam KBBI kata pendidikan berasal dari kata “didik” dengan mendapatkan imbuhan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti cara, proses atau perbuatan, dalam konteks ini lebih fokus pada perbuatan mendidik.

Pendidikan merupakan proses mendapatkan ilmu pengetahuan, hal ini didasarkan pada pengamatan kenyataan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif. Melaksamakan proses ini bukan berbicara masalah untung rugi dalam konteks materi, tetapi lebih dari pada itu yakni lebih kepada bermakna atau tidaknya dan baik atau tidaknya hidup yang dilaksanakan.

Ditilik dengan lebih detail dan mendalam, maka pendidikan tersebut meliputi dua aspek sisi wilayah yang sangat penting diperhatikan serta harus dipenuhi, yakni sisi wilayah humanisme dan aspek sisi wilayah akademis.

Sisi wilayah humanisme mengembangkan manusia dari segi keterampilan dan praktik hidup, tentu menuju kepada arah kelayakan dan kebaikan. Kemudian, aspek sisi wilayah akademik lebih menekankan nilai kognitif dan ilmu murni. Namun, kedua aspek tersebut merupakan wilayah yang sangat penting yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua sisi wilayah inilah yang menentukan kualitas diri manusia itu sendiri.

Jika disikapi dari pembahasan di atas, secara istilah pendidikan merupakan pengembangan diri melalui pelembagaan nilai-nilai dasar kemanusiaan dan ketuhanan dalam proses pengubahan sikap dan prilaku seseorang atau kelompok dalam usaha mencapai kebaikan yang bermakna, beretika dan pendewasaan diri para peserta didik melalui upaya pendidikan, yang melingkupi; pengajaran, pelatihan, pengabdian pada masyarakat, penelitian dan pengalaman.

Ditinjau berdasarkan hakikat manusia terhadap pendidikan, hal ini dilakukan karena tuntutan atas kebutuhan fitrah dari manusia itu sendiri, artinya guna membangun mental manusia yang handal beretika dan berilmu pengetahuan yang matang.

Hal ini juga seirama dengan tujuan dari para pakar pendidikan tersebut di atas, seperti : Plato, Dewey, Ki Hajar Dewantara, dan pakar-pendidikan lainnya. Ditilik dan dipahaman dari definisi serta tujuan pendidikan yang mereka tawarkan, maka dapat dipetik esensinya, yaitu bahwa proses pendidikan dilaksanakan tidak lain adalah hanya untuk membangun konsepvkebaikan dan kelayakan antara satu dan lainnya.

Atas dasar ilmu pengetahuan yang dimiliki dan merupakan proses pembentukan watak agar bisa memperlakukan bagaimana manusia lain dapat dihargai sebagai manusia juga seperti diri peribadi dimanusiakan oleh manusia lain.

Jika digali secara detail dan berdasarkan konsep Islam, jelas bahwa pendidikan bertujuan sesuai dengan perjuangan Nabi Besar Muhammad saw, yakni memperbaiki akhlaq dan meninggikan derajat serta martabat diri manusia itu sendiri.

E. Simpulan 
pendidikan yang berhasil dan sukses adalah pendidikan yang sudah berhasil membangun wilayah humanisme dan wilayah akademik secara bersamaan. Yang terdidik tersebut sudah bisa ia memperlakukan manusia lain sebagai manusia yang sebenarnya manusia.

Tentu untuk mengaktualisasikan hal tersebut di atas, melalui pengembangan etika dan adab dengan tujuan membentuk akhlaq mulia, yaitu melalui pemahaman tentang induk ilmu yang bernilai theologis dan induk ilmu yang bernilai filosofis.

Ketika kedua wilayah tersebut di atas dan dua induk ilmu etika dapat dilembagakan ke dalam diri pribadi peserta didik, selanjutnya dipahami, maka ketertiban (diciipline), pemuliaan (breeder), solidaritas (solidarity), kewajaran (falicity), dan toleransi (tolerance), akan terbangun, maka norma dan nilai ini akan tertanam dalam diri pribadi peserta didik dengan maksimal.

Jadi, jika seseorang berilmu tetapi tidak berakhlak baik dan layak, maka orang tersebut belum dapat dikatakan berpendidikan, karena dampak perbuatan selalu merusak, mengacaukan ketentraman, kenyamanan, diskriminatif, lebih-lebih membuka aib orang lain dan prilaku-prilaku yang merugikan serta merusak pihak lainnya. Walaupun memiliki banyak gelar. Karena proses pendidikan berfungsi untuk menata hati dan jiwa agar baik, sebab baik hati maka baiklah semua, itulah tanda orang-orang yang sudah terdidik dan orang-orang yang sudah mengerti tentang dirinya sendiri serta apa tujuannya hidup.

*Penulis merupakan Kepada Bidang Pedidikan dan penelitian di Majelis Adat Gayo (MAG) dan dosen di Alwasliyah Takengon

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.