Gayo Lues Menuju Negeri Seribu Penulis

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Besar harapan, aktivis F-PARAL (Parlemen Jalanan Gayo Lues) yang dibidani M. Ali,SH, Jack Gayo dan kawan-kawan tetap eksis. Tidak tergoda main kasus dan tidak pula menjadi aktivis musiman di kala tidak dapat proyek dari pemerintah. Masyarakat menyematkan secercah harapan kepada LSM “pengawas pembangunan” di negeri 1001 bukit itu.

Setidaknya ada tiga cara pandang menilai sebuah organisasi: Pertama dilihat dari “dokumen sucinya” berupa AD/ART atau manifesto yang mencantumkan idiologi serta arah perjuangan organisasi tersebut. Kedua programnya; umum atau gado-gado dan semua masalah diurusin atau mengambil spesialisasi, seperti khusus mengadvokasi tentang masalah lingkungan hidup dan lain-lain.

Ketiga adalah siapakah tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya? F-PARAL dari press release yang disampaikan ke media lebih kepada permasalahan hukum. Hal tersebut dimaklumi karena keterlibatan seorang sarjana hukum; M. Ali, SH yang bisa menjadi magnet keintelektualan LSM ini. Keterlibatan Jack Gayo dari mantan kombatan GAM Wilayah Gayo Lues membuat organisasi ini semakin berwibawa. Dukungan kawan-kawan yang komitmen terhadap perjuangan Gayo Lues yang bersih dari KKN juga membuat lembaga ini menjadi penting.

Lalu upaya apakah yang membuat organisasi menjadi kuat dan dikenal luas? Jawaban singkatnya adalah menjadikan seluruh aktivisnya sebagai penulis. AK Yacobi salah seorang pendiri koran besar “Fikiran Rakyat” di Bandung adalah generasi kedua dari Gayo Lues yang merantau ke Pulau Jawa. Beliau semakin dikenal luas kepejuangannya di Medan Area bertempur melawan Agresi Belanda karena beliau seorang penulis.

Setidaknya generasi muda Gayo Lues telah memiliki gen menulis dari pendahulunya. Beberapa percetakan terkenal di Bandung adalah milik warga perantauan dari Gayo Lues. Keyakinan bahwa masyarakat Gayo Lues bisa melahirkan seribu penulis terkenal tidaklah barang mustahil. Sehingga ke depan Gayo Lues tidak saja dikenal sebagai tarian Saman dan Bines serta negeri seribu bukitnya, tetapi juga negeri seribu penulis.

F-PARAL bisa mengambil peluang mengajarkan menulis kepada generasi muda Gayo Lues. Masih banyak yang perlu dieksplore dengan tulisan dari negeri yang mekar dari Kabupaten Aceh Tenggara itu. Sensasi mendaki puncak Gunung Leuser belum pernah ditulis oleh orang Gayo Lues sendiri. Empat mamalia besar dalam satu kawasan yang merupakan anugerah terhadap alamnya belum tertulis oleh ujung pena masyarakat Gayo Lues sendiri.

Tidak berlebihan kalau kita katakan, jutaan tulisan bisa lahir dari “Bumi Para Pang” yang ditulis oleh masyarakat Gayo Lues sendiri. Andai F-PARAL bisa menginisiasi program seribu penulis, maka pada masa yang akan datang menjadi potensi besar bagi Gayo Lues maju di segala bidang terutama jalannya roda pemerintahan semakin baik karena tajamnya pena warganya dan parawisatanya semakin meningkat karena seribu masyarakatnya menulis tentang keindahan alamnya.

(Mendale, 23 November 2019)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.