Alam Penantian

oleh

Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA*

Ada tiga tahapan kehidupan manusia, yaitu kehidupan di zaman ajali, kehidupan di dunia sekarang ini dan kehidupan di akhirat nanti.

Kehidupan Pertama
Kehidupan di zaman ajali adalah kehidupan dimana semua ruh manusia dikumpulkan oleh Allah, lalu antara Allah dan ruh manusia mengikat janji sebagai Khaliq adalah Allah dan manusia sebagai makhluq-Nya, semenjak itu manusia ditetapkan sebagai orang ber aqidah kepada Allah.

Apabila ikatan antara Allah dan manusia sudah terjalin dan tidak akan terpisah maka tidak diperlukan lagi sebuah pernyataan tetapi dipadai dengan pelaksanaan janji antara Khaliq dan makhluq.

Namun apabila janji dengan Khaliq pernah terputus maka perlu ada subuah pernyataan kembali yang berupa kesaksian, yang disebut dengan pengucapan dua kalimah syahadat. اشهد ان لا اله الا الله و اشهدان محمدا رسول الله, (Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah rasul Allah), dengan pernyataan kesaksian tersebut maka mereka yang telah terputus ikatannya dengan Allah, ia tidak lagi dianggap sebagai orang yang kufur tetapi sudah menjadi orang yang berakidah atau muslim.

Kehidupan Kedua
Kehidupan yang kedua adalah kehidupan seperti yang kita jalani saat ini, kehidupan dalam rangka penunaian janji dengan Allah sebagai Khaliq. Allah menyatakan dalam firman-Nya : وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون, (Saya kata Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk menghambakan diri).

Firman Allah itu sebagai ungkapan peringatan kepada jin dan manusia bahwa Allah menciptakannya adalah untuk melaksanakan janji bahwa dirinya berposisi sebagai hamba. Tidaklah susah menjadi seorang hamba, karena semua apa yang akan dikerjakan dalam hidup ini sudah disediakan pedoman baik pedoman yang bersifat umum ataupun pedoman yang bersifat detil bagaimana cara mengerjakannya.

Dalam hal-hal tertentu Allah menyuruh seseorang untuk melakukan perbuatan sangat tegas bahkan dengan menyebutkan akibat bagi mereka yang tidak melakukannya, seperti dengan menyebutkan satu saat nanti akan dimasukkan kedalam neraka dengan azab yang sangat-sangat pedih, dan bagi mereka yang melaksanakannya akan diberikan surga yang di dalamnya terdapat kenikmatan yang tiada tara.

Jadi, kehidupan yang kedua di dunia ini adalah kehidupan dalam rangka memenuhi dan mengisi apa yang menjadi janji kita dengan Khaliq pada masa ajali.

Masih di kehidupan yang kedua ini, manusia diberi kemampuan untuk memilih apakah ia akan memilih sebagai makhluk yang memenuhi janji atau menjadi makhluk yang ingkar janji, berbeda dengan makhluk lain.

Seperti halnya jin sudah dipastikan sebagai makhluk yang ingkar dan malaikat adalah dipastikan sebagai makhluk yang patuh atau taat. Sedangkan makhluk lainnya di ciptakan oleh Allah sebagai pemenuhan kebutuhan manusia di dunia dan tidak mempunyai kehidupan sebelum dan sesudah kehidupan di dunia ini.

Kehidupan Ketiga
Selanjutnya adalah kehidupan ketiga yaitu kehidupan hari akhirat, kehidupan masa ini adalah kehidupan untuk mempertanggungjawabkan semua yang kita lakukan pada masa kedua (dunia) ini.

Tidak ada yang luput dalam rekaman Allah terhadap apa yang kita lakukan baik yang kita kerjakan secara zhahir atapun yang terbetik dalam hati, baik itu dilakukan sendiri atau itu dilakukan secara bersama, baik itu perbuatan baik yang disuruh oleh Allah atau perbuatan baik yang dilakukan dengan pertimbangan akal sebagai makhluk, baik itu larangan ketidak baikan berdasarkan larangan Allah dan rasul-Nya atau juga ketidak baikan itu berdasarkan akal sebagai makhluk.

Akhir dari sebuah pertanggungjawaban adalah : bila berhasil dengan kebaikan maka Allah akan menempatkannya di dalam surga dan apabila berakhir dengan keburukan maka akan ditempatkan di dalam neraka, yang penting kita pahami hanya ada dua tempat yang ada di akhiran yaitu surga dan neraka. Surga diciptakan untuk semua orang dan neraka diciptakan bagi mereka yang tidak mau masuk ke dalam surga.

Penantian yang Pasti
Para ahli eskatologi (masa semenjak kematian sampai dengan datangnya kiamat) berbeda pendapat tentang keberadaan orang yang meninggal dan ketika berada di alam kubur, sebagian ahli mengatakan bahwa masa sejak kematian sampai dengan datangnya hari kiamat merupakan rangkaian dari pada hari kiamat, sehingga ketika ada orang yang menghadapi kematian dengan kesusahan ada kaitannya dengan balasan amal di dunia, apakah ia selalu berbuat baik atau sering berbuat buruk dengan melanggar aturan agama, maka dalam menghadapi kematian akan merasakan kesusahan.

Satu pendapat lagi mengatakan bahwa kematian sampai datangnya hari kiamat bukanlah rangkaian hari kiamat tetapi merupakan masa transisi atau masa penantian datangnya hari kiamat, maka tidak ada sanksi terhadap amal di dunia, kelompok kedua juga beralasan bahwa pada saat atau masa di dalam kubur belum adanya datangnya masa hisab.

Perumpamaan mereka yang ada di dalam kubur atau di alam barzah, karena pada masa itu adalah alam penantian akan datangnya hari kiamat. Sama dengan mereka yang ada di terminal bus, stasion kereta api dan juga ruang tunggu bandara, dengan cuaca yang sangat panas.

Semua orang merasa kehausan (gerah) dan lapar, mereka berharap adanya orang yang bisa memberi air atau makanan untuk menghilangkan rasa dahaga dan lapar. Sebagian diantara mereka mendapatkan bantuan dari keluarga terdekat dan juga dari orang lain yang pernah mereka bantu.

Tapi sebagaian lagi tidak mendapatkan apa-apa karena mereka tidak mempunyai keluarga yang shalih dan juga tidak mempunyai teman yang mau membantu, karena kesehariannya tidak pernah berbuat baik dan membantu.

Begitulah keadaan orang-orang yang berada di alam penantian, selalu berharap do’a dari keluarga dan semua orang yang masih hidup. Kalau ia pernah mengajarkan anaknya sehingga menjadi shalih maka dia akan mendo’akan, kalau semasa hidupnya selalu mengajarkan ilmunya kepada orang lain, maka orang tersebut akan mengirimkan sesuatu kepada mereka yang mengajarkan mereka.

Demikian juga dengan kemurahan hati dalam bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Orang-orang itu semua akan mengirimkan do’a untuk membantu meringankan beban dalam masa penantian. Tapi akan lebih sulit merasakan apabila ada orang yang tidak pernah mendapat kiriman do’a dalam masa penantian tersebut.

*penulis adalah dosen di Fakuktas Syari’ah dan Hukum Islam Uin Ar-Raniry Banda Aceh

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.