Membaca Tidak Memberi Makna

oleh

Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA*

Membaca yang Tertulis,
Saya mencoba mengambil beberapa buku yang bukan dalam bidang keahlian saya, diantaranya buku tentang Teori Evolusi, Antropologi biologi dan buku tentang mitologi (Pseudo Sciens).

Ketiga buku ini saya baca sampai selesai mulai dari halaman satu bahkan pengantar sampai selesai tidak ada satu halamanpun yang tertinggal. Dalam buku pertama saya dapatkan bahwa banyak mahkluk di dunia ini mempunyai kesamaan leluhur pada jutaan tahun yang lalu, kemudian selanjutnya berkembang dan berpisah, karena secara keseluruhan makhluk tersebut berproses menuju kesempurnaan.

Hanya itu yang saya tahu dari bacaan tersebut. Tetapi ketika buku tersebut membahas dan membuat gambar perkembangan makhluk dari awal sampai akhir saya hanya bisa membaca dengan ketidak pahaman dan menghasilkan tanpa makna apa-apa.

Selanjutnya juga dengan buku kedua tentang Antropologi Hewan yang lebih fokus berbicara tentang keberadaan burung di Papua dan Amerika ditambah lagi bahasannya tentang perkkembang biakan hewan dan juga keberadaan pepohonan di dunia, saya mendapatkan pengetahuan dua ilmu dari buku tersebut yaitu adanya hewan dan pepohonan yang migrasi berasal dari daerah lain kemudian berkembang biak ditempat kemana dia migran dan ada juga hewan dan pepohonan yang domistik dan hanya cocok hidup dan tumbuh dimana tempat dia berada.

Migrasi bisa disebabkan karena alam atau juga disebabkan karena manusia. Hanya demikian yang dapat saya tahu kerana pembahasan lebih detil tentang perkembangan dan penyebaran hewan dan pepohonan serta tumbuhan apalagi nama-nama ilmiahnya saya lebih tidak tau lagi seingga saya tidak bisa memaknainya.

Buku yang ketiga yang saya baca berbicara tentang sains semu. Dalam buku ini saya dapatkan bahwa sangat sulit melepaskan mitos dengan rasional atau sains, karena setiap berbicara sains mereka selalu kembali kepada mitos dan juga ketika berbicara mitos mereka juga mengaitkan dengan rasional.

Mereka yang di Barat sudah mulai memisahkan antara mitos dengan rasional ini mulai abad XVIII. Banyak diantara mereka yang tidak mau keluar dari mitos dan banyak juga yang keluar dari mitos dengan tidak mempunyai persiapan, sehingga mereka melampaui segalanya dan asyik menggunakan rasio bahkan melupakan adanya keyakinan yang tidak bisa diketahui dengan menggunakan akal atau rasio.

Pada abad XVIII ini mulai munculnya teknologi yang dapat mengubah pemahaman orang terhadap dunia, masa ini dimulainya modernisasi dimana penggunaan teknologi hasil ilmu pengetahuan modern mulai digunakan.

Banyak diantara orang-orang lalai menggunakan teknologi sampai lupa tempat dimana dia berada dan juga lupa dengan waktu sejak kapan dia berada dan sampai kapan dia harus berpindah dari tempatnya. Saya masih bertanya pada diri saya apakah kejadian abad XVIII yang dialami masyarakat Barat itu yang sedang dialami masyarakat kita sekarang.

Karena banyak pengguna teknologi tidak lagi peduli dengan tempat atau lingkungan dimana dia berada dan juga lupa dengan pergantian waktu. Hanya sampai disitu yang dapat saya baca dari buku Mitologo (Pseudo Sciens).

Karena ketidak mampuan saya membaca apakah sekarang ini masa rasional atau mitos atau memang perpaduan keduanya, sehingga ada seorang mahasiswa harus memaki saya dengan ucapan bapak tidak punya perasaan.

Ungkapan itu dia ucapkan melalui WA karena dia memperbaiki Mata Kuliah dan nilai yang didapat lebih rendah dari nilai sebelum dia perbaiki. Dia ingin mendapatkan nilai dengan rasa tapi saya memberinya dengan rasional sehingga terjadi benturan, yang melahirkan keterbatasan kemampuan dalam membaca mendapatkan nilai.

Membaca Alam

Awal Juli 2019, saya mencoba sebagian dari profesi saya kembali ke petani dengan memulai mengolah tanah warisan yang ditinggalkan orang tua dengan ukuran lahan yang tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga.

Saya ingin mencoba membaca lahan tersebut dengan metode baca yang berbeda dengan metode baca yang digunakan orang tua dan orang sekitar yang memang mempunyai profesi bertani.

Tapi ketika bacaan dimulai ketidaksetujuan muncul dari orang terdekat (istri) dengan menggunakan metode baca yang sama dengan kebanyakan orang bahwa lahan kebun kopi itu hanya untuk orang yang hidup di dunia dan masa agraris dan tidak boleh lebih, akhirnya bacaan yang diakukan tidak melahirkan makna kecuali hanya dengan makna yang sudah ada.

Masih di bulan Juli 2019 mencoba membaca kemajuan modernisasi alam di negeri seberang (Malaysia), negeri ini telah lebih maju dalam menggunakan teknologi.

Ketika memulai membacanya saya hanya bisa tercengang, karena tempat yang mereka buat fasilitas moderen itu ada ditempat saya dan akhirnya bacaan terhadap alam mereka tidak dapat melahirkan makna lebih. Seharusnya sebuah bacaan yang cerdas adalah melahirkan makna yang dapat dimaknakan pada tempat dimana kita kehendaki.

Kalau Mau Memaknai Pasti Bisa
Masih berada di negara tetangga dalam membaca alam mereka. Beberepa kali memaknai dan merasakan makna yang diberikan dari pelayanan publik tentang kesehatan.

Pelayanan yang mereka (Malaysia) lakukan adalah pelayanan dalam makna modern, pelayanan yang bersifat cepat dan tepat, ini bisa semua orang rasakan ketika mereka berobat di semua hospital yang ada di negara tetangga.

Pelayanan dasar untuk mengetahui penyakit secara keseluruhan selesai dalam satu hari mulai dari pagi sampai pada sore hari, kecuali kita memerlukan tindakan lanjutan dari penyakit yang dialami.

Hasil ini tentu saja berkat kerja sama semua lini mulai dari yang paling tinggi sampai kepada yang paling rendah, mereka semua tahu posisi mereka dan tidak pernah berusaha berperan duduk dan berprofesi sebagai orang lain.

Cleaning service akan membersihkan lantai selama jam kerja mereka walaupun terkadang lantai itu tidak kotor, apalagi jika kotor.

Pembersih taman mereka sepanjang hari akan selalu membersih taman dan ia tidak akan mengerjakan lain, mereka yang mengantar hasil rontgen meraka melakukan profesinya dan tidak pernah berusaha menjadi pengaman rumah sakit apalagi menjadi seorang dokter, demikian juga dengan dokter sehingga ia mampu melayani ratusan orang perhari, karena mereka tidak pernah menerima pekerjaan lain selama dalam jam kerja walaupun menerima uang, karena mereka yang mengurusi uang juga sudah ada orang yang berprofesi untuk itu.

Makna kehidupan seperti ini bisa kita terjemahkan dalam kehidupan masyarakat kita, bagaimana pelayanan publik yang selama ini dikeluhkan oleh masyarakat kita ubah maknanya menjadi pelayanan yang disenangi oleh orang banyak.

Metode pemaknaan yang dilakukan adalah menjadikan diri sebagai diri yang profesional, tidak menjadikan diri menjadi orang lain apalagi duduk di tempat orang lain padahal kita tahu kalau tempat itu adalah tempat orang lain.

*Penulis adalah dosen pengampu Mata Kuliah Hukum Islam dan Masyarakat Fak. Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh
 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.