Nazar Ibu Nuraini di Sikundo

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Sepuluh tahun lalu, Ibu Nurani (63 tahun) bernazar di hadapan sebuah makam keramat di pinggir Kampung Sikundo, kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat.

“Berkat keramat Teungku Icot, andai satu saat Kampung Sikundo bisa dilalui kendaraan roda empat, maka saya akan melaksanakan kenduri” demikian nazar Ibu Nurani di pusara Teungku Icot.

Pagi hari Senin, 16 Juli 2019 Ibu Nurani melaksanakan nazarnya bertepatan dengan kedatangan PLT Gubernur Aceh, Nova Iriansyah untuk melakukan peletakan batu pertama pembangunan rumah Komunitas Adat Terpencil (KAT) sejumlah 39 unit.

Inilah hari yang berkah bagi Kampung Sikundo, PLT Gubernur juga melakukan peresmian penyambungan listrik gratis rumah sederhana dan pembangunan MCK dari dana CSR PT. MIFA pada setiap rumah KAT dari Kementerian Sosial RI serta rencana pemerintah akan memperbaiki infrastruktur jalan ke kampung terakhir yang terisolir di Aceh Barat.

Hadir bersama PLT Gubernur, Bupati Aceh Barat, H. Ramli bersama Forkopimda, Dinas Sosial.Aceh, Dinas ESDM, Dinas Ketahanan Pangan, BPBA, manajemen PT. Mifa bersaudara dan PLN serta organisasi vertikal; TNI, Polri, kehakiman dan kejaksaan.

“Ini benar-benar seperti mimpi,” kata Ibu Nurani yang pada mudanya sebagai penari sekat atau saman perempuan.

Keyakinan Ibu Nurani bahwa Kampung Sikundo akan maju karena merupakan kampung bersejarah. Marsose atau pasukan elit Belanda pernah membuat bivak untuk mengejar Pasukan Cut Nyak Dien di timur kampung Sikundo, tapatnya di daerah Alue Jambo Kafe.

Penamaan Kampung Sikundo sendiri adalah berasal dari kata “mundo” yang artinya surut ke belakang sampai ke daerah Tui Kuta, daerah perbatasan dengan Beutong Ateuh, Kabupaten Nagan Raya, agar terhindar dari serangan pasukan penjajah Belanda.

Di samping itu, banyak makam-makam pejuang muslimin lainnya, di antaranya Teungku Nyak Idi dan Teungku Betawi yang kesaktiannya membuat, mengangkat dan memasang sendiri tiang-tiang masjid sebesar pohon kelapa.

“Kampung Sikundo adalah kampung keramat lengkap; ada makam keramat, orang keramat dan tempat keramat, yaitu Gunung Mugok,” kata Bu Nurani dari pernikahannya dengan almarhum suaminya Ismail telah dikarunia tiga anak dan enam cucu.

Sayangnya anak-anak Bu Nurani tidak bersekolah karena akses jalan dan jembatan dari kota Kecamatan Pante Ceureumen tidak ada pada waktu itu, akibatnya anak-anaknya harus menikah dalam usia yang relatif muda.

Bagi ibu Nurani yang sehari-hari bekerja mendulang emas di Krueng Meureubo itu, tidak penting baginya mendapat pujian atas keberhasilan nazarnya, tetapi apa yang dilakukan adalah demi anak cucunya kelak bisa bersekokah tinggi dan menjadi orang yang berguna bagi bangsa, negara dan agama.

(Sikundo, 16 Juli 2019)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.