[Bag.1] Bupati Shabela Tak Sampai ke Batas ; Do’a Hampir Sampai ke Langit ke-7

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Sebelum saya memulai tulisan singkat ini, saya atas nama pribadi dan keluarga mohon maaf lahir dan bathin di hari raya Idul Fitri 1440 Hijriah serta selamat merayakannya dengan suka cita. Hilangkan kesedihan! Larut dalam kesedihan tidak merubah apapun.

Perlu jelas, ini bukan politik dan juga bukan ilmu klenik. Saya hanya membaca “tanda-tanda zaman” seperti kejatuhan bupati dan gubernur lainnya di Indonesia, juga Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar sudah diambang pintu gerbang. Bisa dipastikan Shabela memimpin “negeri di atas awan” ini tidak sampai ke batas, tahun 2022.

Berawal dari runtuhnya bangunan kebencian konstituen terhadap Bupati Shabela sudah tidak terbendung. Cerita dari mulut ke mulut yang semula hanya mempersoalkan lemahnya kinerja dan kurang perhatian Bupati Shabela kepada “tim sukses” yang lama kelamaan menjadi “do’a komulatif” untuk kejatuhannya.

Dalam sistem pemilihan langsung, menjalankan roda perintahan ini “tidak sintingpun akan celaka, apalagi sinting pasti akan lebih celaka” atau dengan kata lain, “Benarpun menjalankan pemerintahan dianggap salah, apalagi salah pasti lebih dianggap salah.” Artinya, bupati bukan sekedar menjalankan administrasi pemerintahan semata, tetapi juga harus mampu mengelola jiwa dan perasaan masyarakatnya.

Bandingkan dengan pemerintahan Bupati Nasaruddin yang sejujurnya tidak lebih baik dari Bupati Shabela, tetapi cara beliau memenej orang lain dapat mengimbangi bahkan menghapus kebijakan salahnya.

Saya pribadi tidak menghendaki Bupati Shabela “rontok” di tengah jalan. Tetapi bagaimana “menghentikan” do’a hampir 90 persen rakyat Aceh Tengah yang sudah hampir sampai ke langit ketujuh.

(Mendale, 7 Juni 2019)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.