Wacana Referendum ; Jangan Lagi Ada Air Mata, Darah dan Korban Nyawa

oleh
Fauzan Azima (jongkok, tengah)

Oleh : Fauzan Azima*

Wacana referendum yang digulirkan Ketua Umum Partai Aceh, Muallim Muzakir Manaf kini menjadi viral. Namun apapun langkah perjuangan mantan GAM ke depan adalah perlindungan nyawa setiap pribadi rakyat Aceh.

Sejarah Aceh adalah sejarah yang berdarah-darah. Kita baru saja menempel luka dengan perdamaian di Helsinky, Finlandia. Karenanya, dengan alasan apapun mantan GAM jangan lagi menorehkan luka baru.

Perdamaian RI dan GAM bukanlah akhir dari tanggung jawab sosial dan sejarah para mantan GAM terhadap tanah dan rakyat Aceh. Tanggung jawab tersebut masih harus diwujudkan, paling kurang adalah pemenuhan secara sempurna butir-butir MoU Hilsinky pada tahun 2005.

Tentu saja, kita tidak berharap sejarah kelak akan mencatat bahwa GAM adalah institusi yang menjadikan rakyat Aceh sebagai tumbal dalam mewujudkan ambisi kelompok dan golongan melalui wacana referendum.

Bumi Aceh sudah cukup menampung tetesan darah, air mata dan jasad korban nyawa sebagai sejarah kelam. Tugas dan tanggung jawab mantan GAM untuk merubah sejarah Aceh ke depan sebagai daerah yang aman, damai dan tanpa kekerasan.

(Aceh, 29 Mei 2019)

*Mantan Panglima GAM Wilayah Linge

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.