Bujang Pane : Apakah Aku Masih Penting Bagimu?

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Bujang Pane mulai lelah dengan keadaan sekitarnya. Dia merasakan dirinya sudah tidak pantas lagi berdiri di antara orang-orang yang kuat, pinter, kaya, apalagi di kalangan para pejabat negeri ini.

Toh, Bujang Pane mulai sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa juga, dia hanya seorang tim sukses yang tidak seberuntung tim sukses lainnya yang benar-benar sukses dengan memanfaatkan moment kemenangan jagoannya dalam Pilkada maupun pilihan legislatif.

Inilah kenyataan hidup, ketika calon gubernur berubah status menjadi gubernur, calon legislatif menjadi anggota legislatif, calon bupati beruntung menjadi bapak bupati situasi berubah. Lahirlah istilah-istilah “ring satu”, “orang paling berjasa,” yang sebenarnya istilah itu hanya salah satu cara untuk mengusir para tim sukses dengan cara halus.

Tragisnya, dengan daya upaya dicari kesalahan tim sukses dengan bukti foto, saksi mata dan lain sebagainya untuk mengusir kehadiran tim sukses selama masih menjabat. Politik memang kejam!

Tim sukses tidak saja bisik-bisik ke tetangga, tetapi juga minta dukungan pusat. Siapa yang direkom oleh pusat, biasa dia yang duduk karena mereka punya kekuasaan menekan dan struktur sampai ke bawah, tetapi begitu calon menjabat, tim sukses menjadi tekanan dua belah pihak; baik dari pejabat yang jadi maupun pejabat pusat karena mereka lebih percaya kepada pejabat yang jadi dari pada tim sukses yang mempernalkannya. Politik penuh kelicikan.

“Apakah aku masih penting bagimu?” tanya Bujang Pane pada dirinya dalam sebuah acara kunjungan pejabat dan orang-orang penting lainnya di salah satu pulau terpencil.

Dalam perenungannya yang sangat singkat, akhirnya Bujang Pane menemukan jawaban bahwa apakah ketidakhadirannya berdampak kepada acara pejabat tersebut, jika jawabannya berpengaruh, itu artinya kita masih penting.

Bujang Pane menyimpulkan bahwa perjalanan mengarungi hidup dan kehidupan dalam keluarga juga seperti tim sukses, apakah masih ada kerinduan suami atau istri di dalam rumah tangga.

Tidak jarang dalam keluarga juga mengalami masa kritis, seperti telor di ujung tanduk, yang lebih berpeluang untuk jatuh dari pada tetap bertahan, yang dalam keputusasaan suami atau istri mengungkapkan, “Apakah aku masih penting bagimu?”

(Lombok, 27 April 2019)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.