Urgensi Filsafat Dalam Sendi Kehidupan

oleh

Oleh : Husaini Muzakir Algayoni*

Penulis bukanlah seorang pakar dalam bidang filsafat layaknya para filosof Timur dan Barat dengan nama-nama legenda dalam ranah filsafat, penulis hanyalah penikmat literatur-literarut filsafat dengan materi-materi yang ditawarkan membuka cakrawala pemikiran dari eksklusif menuju inklusif, literatur filsafat membuka ruang pemikiran yang kritis terhadap isu-isu yang sedang terjadi di ruang publik dan masih banyak urgensi-urgensi yang didapatkan dalam filsafat yang bermanfaat dalam sendi-sendi kehidupan.

Filsafat merupakan pengetahuan yang berpikir logis, membiasakan berpikir secara mendalam dan berpikir seluas-luasnya. Untuk menangkal hal-hal yang tidak diinginkan dalam pemikiran filsafat, karena filsafat menawarkan berbagai macam bentuk pikiran; mulai dari pemikiran ateis hingga pemikiran beraliran kiri yang membuat filsafat ngeri-ngeri sedap. Oleh karena itu, Dr. Husna Amin, M.Hum (Dosen Filsafat UIN Ar-Raniry) mengatakan bahwa langkah awal dalam berfilsafat adalah memperkaya nalar objektif kritis dan mengasah spiritual agar tidak terjebak dalam nalar yang absurd.

Fenomena-fenomena yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir sungguh menyayat hati, mulai dari politik hingga toleransi antar umat beragama saling saling sikut-menyikut antar sesama anak bangsa. Minimnya literasi bermutu hingga kurangnya penalaran yang objektif menjadikan ruang publik maupun ruang medsos menjadi ajang perang saling menyebar berita-berita kebohongan, fitnah, menghina dan memprovokasi. Aneh dan ajaib sebagian rakyat Indonesia begitu cerewet di medsos, ada apa ini? Apakah ada masalah?

Dilansir dari SindoNews.com bahwa fenomena berita hoaks atau bohong dewasa ini, menjadi konsumsi sehari-hari bangsa Indonesia. Bahkan masyarakat sangat mudah terpengaruh oleh kabar yang belum tentu kebenarannya. Salah satu alasan masyarakat kurang berpikir kritis karena minimnya pengetahuan filsafat, dengan pengetahuan filsafat otak akan terbiasa menanyakan dan memverifikasi sesuatu, sebelum mengonsumsi secara instan. Hal ini disampaikan oleh Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Prof. Arsal Salim dalam acara Internasional Conference of Islamic Philosophy (ICIPH) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam dan Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra di komplek DPR/MPR RI, Jakarata. SindoNews.com 19/01/2019.

Dalam amatan penulis di medsos, para nitizen lebih menyukai berita-berita yang bernuansa provokatif dan menshare berita tersebut daripada berita-berita yang bermanfaat bagi sesama. Terlebih menuju bulan April (pemilihan presiden dan calon legeslatif) yang semakin dekat, berita-berita fitnah dan mengadu domba menghiasi dinding-dinding medsos.

Penulis atau para pembaca budiman mungkin pernah terjebak dalam praktik-praktik murahan tersebut, oleh karena itu penulis menawarkan bagi kita semua untuk “Taubat Dari Politik Ghuluw” sehingga kembali ke jalan politik yang sejuk dan damai dalam berkompetisi karena politik adalah seni dalam berkompetisi. (Baca: Taubat Dari Politik Ghuluw, LintasGAYO.co, 21/01/2019).

Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat mengatakan bahwa agama seharusnya menjadi pencerahan bagi pemeluknya bagi yang memahami peran dari agama itu sendiri, adakalanya juga agama dibela mati-matian, tetapi lain kali agama diposisikan sebagai sumber konflik dan alat legitimasi kekuasaan. Pendeknya agama tidak menjadi sumber pencerahan.

Oleh karena itu, agar pemahaman agama membawa pencerahan maka pendekatan filsafat perlu dikembangkan. Masih adanya ketegangan antar beragama dan kurangnya sikap toleransi karena masih minimnya kajian filsafat secara keseluruhan dilembaga-lembaga pendidikan.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa filsafat mempunyai peran penting dalam sendi-sendi kehidupan, filsafat harus ada dalam diri manusia sebagaimana yang dikatakan oleh bapak sosiologi Ibn Khaldun; bahwa dalam diri manusia harus ada tiga ranah pengetahuan yaitu filsafat, tasawuf dan fikih. Ketiga ini harus bersinergi antara satu sama lain sehingga menciptakan harmonisasi dalam kehidupan.

Chaedar Alwasilah dalam bukunya “Filsafat Bahasa dan Pendidikan,” menulis manfaat mempelajari filsafat. Sedikitnya ada tiga manfaat mempelajari filsafat, sebagai berikut: pertama, menjajagi jawaban (baru) terhadap persoalan filsafat yang terus menerus dipertanyakan selama ini. Kedua, menunjukkan bahwa ide-ide falsafi memiliki relevansi dengan persoalan masa kini dan yang ketiga menjadi diri lebih memiliki kesadaran, lebih kritis, lebih cerdas dan lebih bijaksana.

Manfaaat pertama dan kedua terfokus pada perkembangan disiplin ilmu atau yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan sedangkan manfaat ketiga ditujukan kepada orang yang mempelajari filsafat itu sendiri bahwa dengan filsafat manusia memiliki kesadaran, lebih kritis memandang fenomena yang sedang terjadi, lebih cerdas dan lebih bijaksana sehingga melahirkan cinta dalam memandang alam semesta.

Novel filsafat Dunia Sophie karya Jostein Gaarder, menyebutkan bahwa Sophie harus menerima pelajaran filsafat karena Sophie tidak ingin membiarkannya sejajar di antara semua orang yang apatis (tidak peduli) dan acuh tak acuh. Sophie harus menjadi orang yang selalu ingi tahu. Dalam skrip film Big Brother yang dibintangi oleh Donnie Yen atau lebih dikenal dengan Ip Man, Donnie Yen berperan sebagai guru yang bernama Henry Chen Xia. Guru Chen Xia memotivasi muridnya dengan mengatakan “Gunakan otak untuk menganalisa agar tak mudah dibohongi, semakin banyak tahu, kita semakin punya daya nalar, pengetahuan adalah kekuatan.”

*Penulis: Kolumnis LintasGAYO.co

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.