Tak Hanya Kafe, Skala Coffee Juga “Kampus”

oleh

Oleh : Zuhra Ruhmi

Selain sebagai penghasil kopi berkelas dunia, Aceh juga dikenal sebagai kota 1000 warung kopi. Maka tak jarang segala aktivitas mulai dari menikmati waktu santai, diskusi, menyelesaikan tugas, transaksi bisnis bahkan juga menjadi tempat akademis layaknya kampus.

Skala Coffee yang terletak di Pango, Banda Aceh misalnya, selain menjadi tempat ngopi dan bersantai, tidak jarang kita akan menemui mahasiswa yang sedang belajar bisnis dan bimbingan skripsi atau diskusi.

Adalah Jamhuri S, Ag, MA sang owner juga dosen Fakultas UIN Ar-Raniry Banda Aceh seringkali terlihat duduk sambil membolak-balikkan kertas yang telah dijilid disertai cover dengan logo kampus dihadapannya, sesekali ia membubuhkan catatan.

Di lain waktu, pembawa acara keberni Gayo yang tayang secara live di Aceh TV ini juga menguji ujian komprehensif sebagai syarat wisuda untuk para mahasiswanya.

Bagi Jamhuri, Skala Coffe adalah kampus keduanya. Bahkan menurutnya dengan stand by di Cafe setelah menunaikan kewajiban mengajar di berbagai kampus, akan lebih memudahkan mahasiswa mengatur waktu bimbingan, ujian atau bahkan sekedar diskusi ringan.

Seperti terlihat pada Jum’at 11 Januari malam, 5 mahasiswanya telah menunggu ketika ayah dari 5 anak ini tiba usai membawakan acara Keberni Gayo di salah satu di Aceh TV.

Menghampiri dan menyapa 5 mahasiswanya, beberapa soal ia berikan. 5 mahasiwa mulai menyelesaikan satu persatu pertanyaan yang diberikan.

“Saya membuka ruang kepada mahasiswa untuk bimbingan skripsi atau ujian hingga kafe tutup,” kata Jamhuri.

Pengaturan waktu yang lebih fleksibel juga memudahkan mahasiswa menemuinya untuk bimbingan skripsi.

Salah satunya, Izka Amalia, mahasiswa jurusan perbandingan mazhab semester 7 di UIN Ar-Raniry mengaku ujian komprehensif di luar kampus dengan waktu fleksibel memudahkan ia untuk bisa bekerja memenuhi kebutuhannya.

“Karena tinggal skripsi, saya memanfaatkan waktu siang hari untuk bekerja di salah satu kafe di Banda Aceh. Bisa ujian komfrehensif di malam hari sangat membantu keefektifan waktu untuk ujian juga bekerja,” kata Izka.

Tidak hanya Jamhuri, dosen lainnya, Uswatul Hasanah juga memanfaatkan waktu bersantai di Skala sambil membimbing mahasiswa.

Menurut Uswah, pola kehidupan millenial ikut mempengaruhi tempat belajar.

“Bimbingan kan tidak harus terlalu formal yang penting maksud dan tujuan tercapai,” katanya.

Tidak hanya bimbingan mahasiswa, Skala kupi juga sering dijadikan sebagai tempat seminar tentang bisnis.

“Biasanya tiap Sabtu, puluhan anak muda mengadakan seminar tentang bisnis di lantai dua,” kata Jamhuri.

Menurut dosen yang juga mengajar di Poltekes ini, kafe miliknya tidak hanya sebagai bisnis yang menghasilkan uang, tapi juga menghasilkan ilmu.

“Di sini kita bisa saling berbagi ilmu,” kata Jamhuri.

Jamhuri juga berencana akan memboyong semua buku miliknya untuk diletakkan di Skala.

“Kita sedang rancang posisi yang tepat untuk meletakkan buku. Jika di rumah, hanya saya dan keluarga yang akan membacanya, kan lebih baik diletakkan di sini (Skala Coffee) agar lebih bermanfaat,” jelasnya.

Jamhuri berharap, dengan banyaknya kafe atau warung kopi di Aceh, juga semakin banyak tempat para anak kuda berdiskusi, belajar dan melakukan kegiatan positif lainnya.

“Sehingga keberadaan kafe dan warung kopi tidak dianggap sebelah mata,” pungkas Jamhuri.

 

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.